Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

powerpunkAvatar border
TS
powerpunk
Masih Bisa Kerja Ditengah Pandemi Aja Syukur, Nggak Usah Ngarep THR. Begitukah?

Selamat pagi, siang, sore, petang, dan malam kawan - kawan kaskuser semua yang baik hati. Bertemu kembali di thread sederhana ane.
emoticon-Nyepi




Kehadiran virus korona memang membuat tatanan kehidupan dunia berubah 180 derajat. Orang - orang yang sebelumnya mapan pun kena dampaknya, apalagi bagi golongan masyarakat menengah kebawah yang serba pas - pasan, hidup akan terasa makin sulit. Ruang gerak dibatasi, yang berarti kesempatan untuk mencari nafkah semakin kecil.

Himbauan pemerintah untuk bekerja dari rumah nyatanya tak bisa dikerjakan semua kalangan. Bagi pekerja kantoran mungkin pekerjaanya bisa di kerjakan dari rumah. Bagaimana dengan para pekerja lapangan seperti sopir, sales, pekerja pabrik, asongan, dan sejenisnya? Tentu mereka tidak bisa mengikuti himbauan pemerintah untuk bekerja dari rumah.

Sopir harus mencari penumpang dijalanan, sales harus mencari orderan di toko, pekerja pabrik harus datang ke tempat kerjanya, dan seterusnya. Kalau mereka tidak mengerjakan pekerjaan yang selama ini mereka geluti, tentu dapur tak bisa ngebul. Terlebih, bantuan sosial (bansos) yang digembar - gemborkan pemerintah tak pernah mereka terima. Pilihannya hanya dua, dirumah saja tapi tak bisa makan, atau keluar rumah tapi berpotensi terpapar virus korona. Pilihan yang sama - sama tidak mengenakkan. Meski, tentu saja mereka tak bisa disalahkan sepenuhnya jika tetap ngeyelkeluar rumah dengan alasan ekonomi. Beda halnya jika keluar rumah hanya sekedar untuk kongkow - kongkow saja.


Toh, alasan mereka keluar juga untuk menggerakkan roda perekonomian. Sopir angkutan umum membantu orang yang akan pergi berangkat kerja. Sales membantu agar konsumen tetap bisa mendapatkan kebutuhannya di toko. Begitu juga dengan pekerja pabrik yang memproduksi kebutuhan masyarakat. Apalagi pandemi korona yang berbarengan dengan bulan puasa dan kini menjelang lebaran, membuat ekonomi tambah makin sulit. Harga bahan pokok makin merangkak naik. Meski, bagi pekerja sektor formal masih ada angin segar, yaitu adanya Tunjangan Hari Raya (THR).

Seperti biasa, setiap tahunnya THR selalu menjadi isu. Ada perusahaan yang tertib dalam membayar THR karyawannya, ada pula yang tak mampu, bahkan ada pula yang pura - pura tak mampu. Terlebih dimusim pandemi seperti sekarang ini, pasti akan banyak pengusaha yang tak mampu membayar THR karyawannya, dengan alasan omzet yang turun drastis. Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Tenaga Kerja hanya bisa menghimbau agar para pengusaha tetap menjalankan kewajibannya untuk membayar THR karyawannya. Begitu juga para buruh melalui serikat pekerja juga menuntut THR mereka agar dibayar penuh.


Memang tak ada yang salah, karena mereka memang menuntut haknya. Setiap pekerja memiliki hak untuk mendapat tunjangan keagamaan yang wajib dibayarkan oleh pengusaha maksimal 7 hari sebelum hari raya. Namun, ditengah lesunya ekonomi akibat wabah korona seperti sekarang ini, ada yang berpendapat bahwa masih bisa bekerja dan mendapat gaji seperti biasa saja harusnya sudah bersyukur, tak perlu berharap THR. Apakah pemikiran seperti itu dibenarkan?

Tergantung dari perspektif mana kita melihatnya. Jika dibanding dengan ribuan orang pekerja yang saat korona ini dirumahkan maupun di PHK, sudah seharusnya bagi pekerja yang tetap bisa bekerja untuk bersyukur. Disaat yang lain terkena imbas dan kehilangan pekerjaan, namun kita masih bisa bekerja dan mendapat penghasilan seperti biasa. Namun jika dilihat dari perspektif lain, THR tetaplah merupakan kewajiban pengusaha dan hak pekerja. Apalagi jika kita memahami bahwa THR sebenarnya bukanlah bonus yang ujug - ujug diberikan pengusaha kepada karyawannya. THR sesungguhnya merupakan upah karyawan yang "ditahan" atau "tidak dibayarkan" setiap bulan selama setahun. Sehingga tidak ada alasan bagi pengusaha untuk tidak membayarkan "gaji yang ditahan" tersebut.


Namun sekali lagi, ditengah pandemi seperti sekarang ini hendaklah kita saling menyadari dan memahami. Meski THR sebenarnya gaji kita yang ditahan, tak semua pengusaha benar - benar menyisihkan "gaji yang ditahan" tersebut setiap bulannya. Mereka pasti baru akan menganggarkan pembayaran THR menjelang hari raya. Dan di situasi seperti ini, tentu saja berat bagi pengusaha yang omzetnya merosot untuk membayar gaji dan THR hampir bersamaan dalam satu bulan. Lalu bagaimana kita menyikapi hal demikian? Tentu kembali ke diri kita masing - masing. Yang pasti, kita wajib bersyukur jika ditengah pandemi ini.kita masih sehat dan bisa bekerja seperti biasa. Anggap saja THR sebagai bonus. Tetap berharap dibayarkan, namun seandainya pengusaha benar - benar kesulitan, kita pun harus memahaminya.





Disclaimer : Asli tulisan TS
Referensi : Ini, Ini, dan Ini
Sumur Gambar : Om Google






999999999
kedudu
nona212
nona212 dan 134 lainnya memberi reputasi
133
8K
185
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan