- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Menguat ke 14.890/US$, Rupiah 'Belum Bosan' Jadi Juara Asia


TS
juraganind0
Menguat ke 14.890/US$, Rupiah 'Belum Bosan' Jadi Juara Asia

Quote:
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (8/5/2020) setelah muncul kabar baik dari dalam dan luar negeri.
Rupiah sebenarnya melemah 0,13% ke Rp 15.000/US$ begitu perdagangan hari ini dibuka, bahkan sempat melemah 0,33% ke Rp 15.030/US$ yang menjadi level terlemah intraday. Tetapi tidak lama rupiah langsung berbalik menguat hingga 0,76% ke Rp 14.866/US$.
Posisi tersebut sedikit terpangkas, di akhir perdagangan rupiah berada di level Rp 14.890/US$ atau menguat 0,6% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Dengan penguatan tersebut, rupiah sekali lagi menjadi juara alias mata uang dengan kinerja terbaik di Asia. Rabu lalu, rupiah juga menjadi juara Asia meski mengarungi mayoritas perdagangan di zona merah.
Bahkan jika melihat beberapa pekan ke belakang, rupiah sering kali menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia, hingga mencatat penguatan lebih dari 9% di bulan April.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hingga pukul 15:01 WIB:
Rupiah langsung mendapat tenaga untuk menguat sejak awal perdagangan hari ini. Sebabnya Kementerian Perekonomian mengeluarkan sebuah rentang waktu atau timeline pemulihan ekonomi nasional pasca pandemi Covid-19 yang menunjukkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akan dilonggarkan dalam beberapa fase mulai 1 Juni.
Meski dikatakan masih dalam bentuk kajian, setidaknya hal tersebut memberi harapan roda perekonomian akan segera berputar kembali secara perlahan.
"Itu merupakan kajian awal Kemenko Perekonomian, yang selama ini secara intens melakukan kajian dan kebijakan pemerintah menjelang, selama, dan pasca pandemi COVID-19," kata Susiwijono, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Kajian awal yang beredar tersebut, lanjut Susiwijono sebagai antisipasi untuk melakukan upaya-upaya yang diperlukan pasca pandemi COVID-19 mereda.
Saat ini Kemenko Perekonomian sedang membahas secara intens dengan Kementerian dan Lembaga terkait guna mematangkan Kajian Awal tersebut.
"Dalam waktu dekat Kemenko Perekonomian akan melakukan finalisasi atas Kajian tersebut, dan akan disampaikan kepada masyarakat," tuturnya.
Selain itu, Bank Indonesia (BI) melaporkan kenaikan cadangan devisa di bulan April. Kenaikan tersebut terutama dipengaruhi oleh penerbitan global bond pemerintah. Cadangan devisa Indonesia pada April 2020 tercatat sebesar US$ 127,9 miliar, atau naik US$ 6,9 miliar dari bulan sebelumnya.
Pada bulan lalu, Pemerintah Indonesia menerbitkan global bond sebesar US$ 4,3 miliar dalam 3 bentuk surat berharga global yaitu Surat Berharga Negara (SBN). Penerbitan tersebut dilakukan guna mendanai stimulus fiskal yang dikeluarkan pemerintah dalam memerangi pandemi virus corona (Covid-19).
Kenaikan cadangan devisa tersebut tentunya menambah amunisi BI untuk menstabilkan nilai tukar rupiah seandainya kembali mengalami gejolak di seperti di bulan Maret lalu.
Rupiah sebenarnya melemah 0,13% ke Rp 15.000/US$ begitu perdagangan hari ini dibuka, bahkan sempat melemah 0,33% ke Rp 15.030/US$ yang menjadi level terlemah intraday. Tetapi tidak lama rupiah langsung berbalik menguat hingga 0,76% ke Rp 14.866/US$.
Posisi tersebut sedikit terpangkas, di akhir perdagangan rupiah berada di level Rp 14.890/US$ atau menguat 0,6% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Dengan penguatan tersebut, rupiah sekali lagi menjadi juara alias mata uang dengan kinerja terbaik di Asia. Rabu lalu, rupiah juga menjadi juara Asia meski mengarungi mayoritas perdagangan di zona merah.
Bahkan jika melihat beberapa pekan ke belakang, rupiah sering kali menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia, hingga mencatat penguatan lebih dari 9% di bulan April.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hingga pukul 15:01 WIB:
Rupiah langsung mendapat tenaga untuk menguat sejak awal perdagangan hari ini. Sebabnya Kementerian Perekonomian mengeluarkan sebuah rentang waktu atau timeline pemulihan ekonomi nasional pasca pandemi Covid-19 yang menunjukkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akan dilonggarkan dalam beberapa fase mulai 1 Juni.
Meski dikatakan masih dalam bentuk kajian, setidaknya hal tersebut memberi harapan roda perekonomian akan segera berputar kembali secara perlahan.
"Itu merupakan kajian awal Kemenko Perekonomian, yang selama ini secara intens melakukan kajian dan kebijakan pemerintah menjelang, selama, dan pasca pandemi COVID-19," kata Susiwijono, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Kajian awal yang beredar tersebut, lanjut Susiwijono sebagai antisipasi untuk melakukan upaya-upaya yang diperlukan pasca pandemi COVID-19 mereda.
Saat ini Kemenko Perekonomian sedang membahas secara intens dengan Kementerian dan Lembaga terkait guna mematangkan Kajian Awal tersebut.
"Dalam waktu dekat Kemenko Perekonomian akan melakukan finalisasi atas Kajian tersebut, dan akan disampaikan kepada masyarakat," tuturnya.
Selain itu, Bank Indonesia (BI) melaporkan kenaikan cadangan devisa di bulan April. Kenaikan tersebut terutama dipengaruhi oleh penerbitan global bond pemerintah. Cadangan devisa Indonesia pada April 2020 tercatat sebesar US$ 127,9 miliar, atau naik US$ 6,9 miliar dari bulan sebelumnya.
Pada bulan lalu, Pemerintah Indonesia menerbitkan global bond sebesar US$ 4,3 miliar dalam 3 bentuk surat berharga global yaitu Surat Berharga Negara (SBN). Penerbitan tersebut dilakukan guna mendanai stimulus fiskal yang dikeluarkan pemerintah dalam memerangi pandemi virus corona (Covid-19).
Kenaikan cadangan devisa tersebut tentunya menambah amunisi BI untuk menstabilkan nilai tukar rupiah seandainya kembali mengalami gejolak di seperti di bulan Maret lalu.
Sumber
https://www.cnbcindonesia.com/market...adi-juara-asia
Juara Asia






fatqurr dan 15 lainnya memberi reputasi
16
1.3K
Kutip
24
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan