- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Cita-cita, Profesi, dan Diri Kamu Sendiri


TS
bistome.diyoni
Cita-cita, Profesi, dan Diri Kamu Sendiri
Hallo GanSist.
Sejak kecil kita sudah tahu asing lagi 'kan dengan apa itu cita-cita? jawabannya pasti iya. Sekarang ini Ane bertanya apa sih sebenarnya itu cita-cita? Ngga usah ribet-ribet buka KBBI atau tengok di Wikipedia atau mengutip pengertian dari para ahli. Coba jawab di kolom komentar atau jawab di hati anda masing-masing.
Sejak anak-anak, Ane merasa bahwa yang disebut cita-cita itu berkaitan dengan profesi. Dan jujur Ane ngga suka. Karena menurut Ane jika cita-cita itu adalah sebuah pekerjaan atau profesi, maka bagaimana dengan istilah "Cita-cita Bangsa Indonesia terdapat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945" toh memang bukan profesi atau pekerjaan 'kan?
Ane sering merasa ngga enak kalau membicarakan cita-cita, karena bagi Ane cita-cita itu adalah sebuah privasi. Dimana hanya pemilik dan mungkin orang-orang yang teramat ia percaya untuk mengetahuinya. Karena jujur, jika disekolah ditanya "Apa cita-citamu?" serius Ane bingung, pernah Ane jawab dengan "Menjadi orang yang sukses dunia dan akhirat," dan apa? Dan Ane ditanya lagi "Lha sukses dunia akhirat itu dengan jalan yang seperti apa?" Jujur dan serius Ane sebel banget. Ane akhirnya menjawab "Dengan menjadi orang yang berguna," menurut Ane jawaban itu adalah jawaban yang cukup lugas dan logis. Memang kata 'berguna' itu dapat diartikan dengan banyak hal, tapi apakah harus menjawab dengan nama sebuah profesi atau pekerjaan? dari situ Ane ditanya lagi guys :v
"Iya tahu menjadi orang yang berguna, lha mau jadi apa?" Karena Ane udah lelah karena kami berbeda persepsi ya sudah ane beralibi dengan menjawab "Menjadi wirausaha," wirausaha itu bagi Ane keren guys tapi mungkin itu hanya alibi Ane di depan temen-temen. "Kalau mau jadi wirausaha mau berwirausaha di bidang apa?" dan serius jujur kok NYEBELIN ya hahaha. Untuk terakhirnya Ane jawab "Pengusaha Kain,"
Menurut Ane, cita-cita itu adalah sebuah target kecil dan target besar. Mungkin target besarnya itu adalah profesi atau pekerjaan, tapi tiap insan itu tak selalu memimpikan pekerjaan yang mapan dengan yang yang bisa dihambur-hamburkan. Terkadang mungkin ada orang-orang yang mempunyai cita-cita hanya merubah nasib hidupnya. Bukan dari susah menjadi kaya raya. Tapi mungkin dari susah menjadi hidup yang lebih baik dari susah.
Diluar sana banyak anak-anak yang bercita-cita ingin sekolah. Ada juga yang bercita-cita bisa tinggal disebuah rumah bertembok semen. Ada yang bercita-cita bisa membaca. Ada yang bercita-cita ingin lancar berbicara. Dan ketika itu sudah tercapai pasti akan memikirkan cita-cita lagi 'kan?
Nyatanya, menurut Ane jarang yang dari kecil hingga besarnya hanya mempunyai satu cita-cita dan berambisi untuk mewujudkannya.
Anak desa semacam Ane ketika SD pernah bercita-cita menjadi Dokter (sepertinya tak sedikit anak-anak yang bercita-cita menjadi dokter :v ) namun pada tingkat akhir atau pada saat kelas 6 SD, Ane pernah dengar dari guru Ane, bahwa kuliah kedokteran itu sangat teramat mahal. Sungguh, dari situ Ane paham bahwa apa yang akan kita capai juga harus memperhatikan sayap yang akan kita gunakan untuk terbang. Hingga pada akhirnya pupus sudah harapan Ane untuk menjadi seorang dokter. Hahaha.
Pengetahuan semakin bertambah, hingga muncul istilah astronot. Ya, Ane sempat bercita-cita menjadi Astronot karena kagumnya Ane pada sosok Niel Amstrong (kalau salah nama maaf) yang pertama kali menginjakkan kakinya di bulan. Namun setelah Ane pikir-pikir,di Indonesia (pada saat itu) Ane belum pernah dengar ada astronot atau sesuatu yang berbau astronot-astronot itu. Jadi Ane putuskan ternyata itu hanya sebuah keinginan.
Lalu Ane ketika masuk SMP dan SMK, ketika ditanya apa cita-cita mu? Akhirnya hanya ku jawab asal. Misalnya Akuntan, guru, pengusaha, pegawai pajak, dan karyawan swasta.
Mungkin ini berputar-putar tak jelas, namun sungguh Ane rasa cita-cita itu adalah sebuah privasi yang hanya orang tertentu yang dapat mengetahuinya. Karena apa tujuan hidup kita adalah kita yang dapat menentukan, karena apa yang bisa terdengar oleh orang lain tak jarang bisa menghentikan semangat kita, seperti ketika Ane SD. Dan bukan berarti bermental pecundang jika dicaci menjadi tumbang. Tapi jika masih bisa diperkokoh kenapa harus diuji peruntuhannya?
Ane sadar, cita-cita kita selalu berubah-ubah setiap waktu. Karena jika hidup hanya terpaku pada satu hal, bagaimana kita bisa hidup bahagia sedangkan bahagia sangat menyenangkan jika dicari hingga ujung dunia dan hingga diambang maut.
Ada beberapa saran dari Ane mengenai cita-cita nih Gan Sist.
1. Kenali diri kamu
Mengenali diri sendiri memanh tak semudah mengenal orang lain, karena di sini kita wajib menyatukan otak, hati, logika, perasaan, dan emosi. Terkadang kita lupa pada siapa kita sebenarnya. Bukan persoalan harta, kemampuan, dan rupa yang menawan walaupun itu semua tentu ya juga akan menunjang, tapi kenali kemauanmu. Kau mampu tapi tak mau sama saja nol besar. Lebih baik mau tapi belum mampu, karena jika sudah mau pasti kemampuan itu akan hadir seiring dengan usaha yang kita tekuni.
2. Lakukan tanpa tapi dan nanti
Jangan suka menunda, walau mungkin ada yang mengatakan bahwa salah satu ciri orang jenius adalah suka menunda, tapi sadarlah siapa dirimu. Mungkin kamu sudah cerdas, tapi karena kau merasa cerdas itu adalah sebuah kesombongan yang bisa jadi malah Tuhan balikkan menjadi sebuah ketidaktahuan. Teruslah belajar dan belajar. Belajar apapun, karena cita-cita bukan hanya sebuah profesi yang akan kamu tekuni dimasa depan. Cita-cita menikah dengan orang yang mapan itu bukan profesi atau pekerjaan'kan? ambil lah contoh demikian, jika kamu mau dengan orang mapan, apa iya kamu masih blingsatan nyari pekerjaan atau pengangguran. Ah iya persoalan cinta memang buta, tapi sekarang sudah cukup banyak manusia yang realistis dan mempertanyakan materi untuk hidup kedepannya. Karena perasaan tak akan mengenyangkan layaknya makanan.
Lakukan tanpa tapi dan nanti. Jangan hanya berasalan untuk menunda. Karena jika begitu suksesmu juga tertunda, bukan?
3. Lakukan dengan sepenuh hati dan rasa senang
Otak memang memerintah, tapi hati juga seorang komandan. Sangat logis bukan, jika kamu sedang patah hati maka apapun yang kamu kerjakan bisa jadi berantakan, pikiran tak fokus, dan mood menjadi sangat buruk.
Jika kamu sudah memulai, jangan lakukan dengan malas-malasan. Keterpaksaan adalah awal dari terbiasa, namun jika malas-malasan itu awal dari kesia-siaan.
Hatimu senang melakukan suatu pekerjaan, maka jangan heran jika melakukan kegiatan dengan perasaan tak senang pasti tak jarang timbul kegagalan atau kekacauan.
Walaupun memang tak menjamin sebuah rasa senang adalah kunci kesuksesan, karena setiap orang pasti tersandung batunya sendiri-sendiri, tapi tak salah 'kan jika berusaha menyenangi agar ketika ada batu kita sedang berada dalam sikap awalan melompat hingga batu itu tak jadi menyandung kita?
4. Teruslah berkembang
Jangan karena kamu sudah menjadi seorang guru lalu kamu berhenti bercita-cita. Bercita-citalah lagi agar kehidupanmu semakin membaik. Misalnya jika kamu sudah menanti guru, kamu berusaha menjadi pegawai negeri sipil, lalu berupaya menjadi kepala sekolah, atau berusaha menjadi pribadi yang bercabang agar tak hanya mengandalkan gaji dari sebuah pekerjaan.
Mungkin cuma itu yang bisa Ane sampaikan. Banyak salah Ane mohon maaf. Mohon koreksinya. Semoga bermanfaat.
"Hidup memang sekali, tapi bukan berarti hanya memiliki satu tujuan hidup. Karena udara yang kita hirup masih cukup jika hanya untuk menunjukan pada dunia bahwa kamu bisa." (Bistome Diyoni)
Sejak kecil kita sudah tahu asing lagi 'kan dengan apa itu cita-cita? jawabannya pasti iya. Sekarang ini Ane bertanya apa sih sebenarnya itu cita-cita? Ngga usah ribet-ribet buka KBBI atau tengok di Wikipedia atau mengutip pengertian dari para ahli. Coba jawab di kolom komentar atau jawab di hati anda masing-masing.
Sejak anak-anak, Ane merasa bahwa yang disebut cita-cita itu berkaitan dengan profesi. Dan jujur Ane ngga suka. Karena menurut Ane jika cita-cita itu adalah sebuah pekerjaan atau profesi, maka bagaimana dengan istilah "Cita-cita Bangsa Indonesia terdapat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945" toh memang bukan profesi atau pekerjaan 'kan?
Ane sering merasa ngga enak kalau membicarakan cita-cita, karena bagi Ane cita-cita itu adalah sebuah privasi. Dimana hanya pemilik dan mungkin orang-orang yang teramat ia percaya untuk mengetahuinya. Karena jujur, jika disekolah ditanya "Apa cita-citamu?" serius Ane bingung, pernah Ane jawab dengan "Menjadi orang yang sukses dunia dan akhirat," dan apa? Dan Ane ditanya lagi "Lha sukses dunia akhirat itu dengan jalan yang seperti apa?" Jujur dan serius Ane sebel banget. Ane akhirnya menjawab "Dengan menjadi orang yang berguna," menurut Ane jawaban itu adalah jawaban yang cukup lugas dan logis. Memang kata 'berguna' itu dapat diartikan dengan banyak hal, tapi apakah harus menjawab dengan nama sebuah profesi atau pekerjaan? dari situ Ane ditanya lagi guys :v
"Iya tahu menjadi orang yang berguna, lha mau jadi apa?" Karena Ane udah lelah karena kami berbeda persepsi ya sudah ane beralibi dengan menjawab "Menjadi wirausaha," wirausaha itu bagi Ane keren guys tapi mungkin itu hanya alibi Ane di depan temen-temen. "Kalau mau jadi wirausaha mau berwirausaha di bidang apa?" dan serius jujur kok NYEBELIN ya hahaha. Untuk terakhirnya Ane jawab "Pengusaha Kain,"
Menurut Ane, cita-cita itu adalah sebuah target kecil dan target besar. Mungkin target besarnya itu adalah profesi atau pekerjaan, tapi tiap insan itu tak selalu memimpikan pekerjaan yang mapan dengan yang yang bisa dihambur-hamburkan. Terkadang mungkin ada orang-orang yang mempunyai cita-cita hanya merubah nasib hidupnya. Bukan dari susah menjadi kaya raya. Tapi mungkin dari susah menjadi hidup yang lebih baik dari susah.
Diluar sana banyak anak-anak yang bercita-cita ingin sekolah. Ada juga yang bercita-cita bisa tinggal disebuah rumah bertembok semen. Ada yang bercita-cita bisa membaca. Ada yang bercita-cita ingin lancar berbicara. Dan ketika itu sudah tercapai pasti akan memikirkan cita-cita lagi 'kan?
Nyatanya, menurut Ane jarang yang dari kecil hingga besarnya hanya mempunyai satu cita-cita dan berambisi untuk mewujudkannya.
Anak desa semacam Ane ketika SD pernah bercita-cita menjadi Dokter (sepertinya tak sedikit anak-anak yang bercita-cita menjadi dokter :v ) namun pada tingkat akhir atau pada saat kelas 6 SD, Ane pernah dengar dari guru Ane, bahwa kuliah kedokteran itu sangat teramat mahal. Sungguh, dari situ Ane paham bahwa apa yang akan kita capai juga harus memperhatikan sayap yang akan kita gunakan untuk terbang. Hingga pada akhirnya pupus sudah harapan Ane untuk menjadi seorang dokter. Hahaha.
Pengetahuan semakin bertambah, hingga muncul istilah astronot. Ya, Ane sempat bercita-cita menjadi Astronot karena kagumnya Ane pada sosok Niel Amstrong (kalau salah nama maaf) yang pertama kali menginjakkan kakinya di bulan. Namun setelah Ane pikir-pikir,di Indonesia (pada saat itu) Ane belum pernah dengar ada astronot atau sesuatu yang berbau astronot-astronot itu. Jadi Ane putuskan ternyata itu hanya sebuah keinginan.
Lalu Ane ketika masuk SMP dan SMK, ketika ditanya apa cita-cita mu? Akhirnya hanya ku jawab asal. Misalnya Akuntan, guru, pengusaha, pegawai pajak, dan karyawan swasta.
Mungkin ini berputar-putar tak jelas, namun sungguh Ane rasa cita-cita itu adalah sebuah privasi yang hanya orang tertentu yang dapat mengetahuinya. Karena apa tujuan hidup kita adalah kita yang dapat menentukan, karena apa yang bisa terdengar oleh orang lain tak jarang bisa menghentikan semangat kita, seperti ketika Ane SD. Dan bukan berarti bermental pecundang jika dicaci menjadi tumbang. Tapi jika masih bisa diperkokoh kenapa harus diuji peruntuhannya?
Ane sadar, cita-cita kita selalu berubah-ubah setiap waktu. Karena jika hidup hanya terpaku pada satu hal, bagaimana kita bisa hidup bahagia sedangkan bahagia sangat menyenangkan jika dicari hingga ujung dunia dan hingga diambang maut.
Ada beberapa saran dari Ane mengenai cita-cita nih Gan Sist.
1. Kenali diri kamu
Mengenali diri sendiri memanh tak semudah mengenal orang lain, karena di sini kita wajib menyatukan otak, hati, logika, perasaan, dan emosi. Terkadang kita lupa pada siapa kita sebenarnya. Bukan persoalan harta, kemampuan, dan rupa yang menawan walaupun itu semua tentu ya juga akan menunjang, tapi kenali kemauanmu. Kau mampu tapi tak mau sama saja nol besar. Lebih baik mau tapi belum mampu, karena jika sudah mau pasti kemampuan itu akan hadir seiring dengan usaha yang kita tekuni.
2. Lakukan tanpa tapi dan nanti
Jangan suka menunda, walau mungkin ada yang mengatakan bahwa salah satu ciri orang jenius adalah suka menunda, tapi sadarlah siapa dirimu. Mungkin kamu sudah cerdas, tapi karena kau merasa cerdas itu adalah sebuah kesombongan yang bisa jadi malah Tuhan balikkan menjadi sebuah ketidaktahuan. Teruslah belajar dan belajar. Belajar apapun, karena cita-cita bukan hanya sebuah profesi yang akan kamu tekuni dimasa depan. Cita-cita menikah dengan orang yang mapan itu bukan profesi atau pekerjaan'kan? ambil lah contoh demikian, jika kamu mau dengan orang mapan, apa iya kamu masih blingsatan nyari pekerjaan atau pengangguran. Ah iya persoalan cinta memang buta, tapi sekarang sudah cukup banyak manusia yang realistis dan mempertanyakan materi untuk hidup kedepannya. Karena perasaan tak akan mengenyangkan layaknya makanan.
Lakukan tanpa tapi dan nanti. Jangan hanya berasalan untuk menunda. Karena jika begitu suksesmu juga tertunda, bukan?
3. Lakukan dengan sepenuh hati dan rasa senang
Otak memang memerintah, tapi hati juga seorang komandan. Sangat logis bukan, jika kamu sedang patah hati maka apapun yang kamu kerjakan bisa jadi berantakan, pikiran tak fokus, dan mood menjadi sangat buruk.
Jika kamu sudah memulai, jangan lakukan dengan malas-malasan. Keterpaksaan adalah awal dari terbiasa, namun jika malas-malasan itu awal dari kesia-siaan.
Hatimu senang melakukan suatu pekerjaan, maka jangan heran jika melakukan kegiatan dengan perasaan tak senang pasti tak jarang timbul kegagalan atau kekacauan.
Walaupun memang tak menjamin sebuah rasa senang adalah kunci kesuksesan, karena setiap orang pasti tersandung batunya sendiri-sendiri, tapi tak salah 'kan jika berusaha menyenangi agar ketika ada batu kita sedang berada dalam sikap awalan melompat hingga batu itu tak jadi menyandung kita?
4. Teruslah berkembang
Jangan karena kamu sudah menjadi seorang guru lalu kamu berhenti bercita-cita. Bercita-citalah lagi agar kehidupanmu semakin membaik. Misalnya jika kamu sudah menanti guru, kamu berusaha menjadi pegawai negeri sipil, lalu berupaya menjadi kepala sekolah, atau berusaha menjadi pribadi yang bercabang agar tak hanya mengandalkan gaji dari sebuah pekerjaan.
Mungkin cuma itu yang bisa Ane sampaikan. Banyak salah Ane mohon maaf. Mohon koreksinya. Semoga bermanfaat.
"Hidup memang sekali, tapi bukan berarti hanya memiliki satu tujuan hidup. Karena udara yang kita hirup masih cukup jika hanya untuk menunjukan pada dunia bahwa kamu bisa." (Bistome Diyoni)






nona212 dan 24 lainnya memberi reputasi
25
1.6K
34


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan