- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Baterai Kembung dan Belajar Ilmu Komunikasi dari Tukang Pulsa


TS
herrypengarang
Baterai Kembung dan Belajar Ilmu Komunikasi dari Tukang Pulsa

Ikan kembung enak rasanya, baterai kembung kesal jadinya.
Baterai kembung, maksud saya baterai ponsel (smartphone) yang berubah gendut, membesar, karena rusak. Sebabnya banyak, tapi tak perlu saya sebutkan satu per satu di sini. Kita bisa membaca trik dan tips agar baterai tak cepat rusak di banyak tulisan yang sudah bertebaran sangat banyak.
Sebenarnya sudah duka kali saya punya pengalaman kena serangan baterai kembung. Dari dua kali pengalaman yang mengesalkan itu, saya mendapatkan inspirasi untuk saya obrolkan di sini. Enak kan ada bahan obrolan? Daripada bengong...yeee...
Singkat cerita, saya tentu saja harus beli baterai baru, agar ponsel saya kembali berfungsi. Dari usaha mencari baterai baru itu saya datang ke beberapa penjual pulsa sekaligus yang menjual aksesori hp.
Oya, kebetulan nih, ponsel saya tidak dari pabrikan merek hp bergengsi atau yang lazim dipakai anak muda zaman sekarang, atau dipakai orang-orang yang memang suka dengan merek-merek terkenal. Jadi, agak susah nih cari baterai penggantinya.
Dari satu tukang pulsa ke tukang pulsa lainnya saya coba cari baterai yang cocok untuk hp saya.
Maaf, saya pakai istilah tukang pulsa untuk menyingkat kata saja ya, bukan untuk merendahkan pekerjaan orang lain. Tukang pulsa yang saya maksud di sini ya penjual pulsa berikut aksesori hp; dan kebetulan yang di pinggir jalan.
Jangan juga remehkan tukang pulsa yang buka konter di pinggir jalan. Kalau nggak di pinggir jalan pasti nggak laris. Jadi, pinggir jalan merupakan tempat yang strategis untuk berjualan, berbisnis, termasuk jualan pulsa. Tapi jangan di tengah jalan ya, ketabrak dah tuh warung...hehehe...
Dari beberapa tukang pulsa yang saya datangi, saya belajar sisi lain dari ilmu komunikasi. Ini ilmu yang setidaknya saya dapatkan.
1. Ada yang menguasai persoalan, ada juga yang tidak

Ilmu komunikasi mengajarkan kepada kita untuk menguasai persoalan jika kita ingin berbicara atau berpidato, menulis, dan bentuk interaksi lainnya. Ada tukang pulsa yang menjelaskan kepada saya bahwa di warungnya tidak ada merek baterai seperti yang saya cari. Ketika saya bertanya bisakah baterai merek lain masuk ke hp saya?
Si tukang pulsa menjelaskan, “Tergantung pada kuningan yang ada pada baterai dan ponselnya. Kalau cocok ya bisa. Tapi kebetulan kami tidak menjualnya.”
Saya lalu mendatangi tukang pulsa lainnya dan bertanya apakah menjual baterai yang saya cari. Agak sedikit bingung ia melihat ponsel saya dan hanya menjawab singkat, nggak ada. Tanpa penjelasan lain bahkan dibarengi dengan sikap kurang peduli terhadap saya sebagai calon pembelinya.
Saya lalu menyimpulkan, sesuai pendapat pribadi, entah benar atau salah, setidaknya ada tukang pulsa yang menguasai persoalan dengan baik, ada juga yang tidak. Itu sebagai pengingat saya jika ingin berkomunikasi dengan baik dengan orang lain. Simpel kan?
2. Ada yang meremehkan, ada yang menghargai

Komunikasi dengan orang lain bisa dibarengi dengan saling meremehkan, bisa juga saling menghargai. Semua terserah pada pilihan masing-masing, tapi sebisa mungkin imbangi komunikasi dengan rasa saling menghargai.
Ketika saya kembali mencari baterai ponsel untuk mengganti yang kembung, tibalah saya di konter pulsa lainnya. Penjualnya ada tiga orang, dan, lagi kompak: main hp. Mungkin lagi sepi pembeli ya karena memang di masa corona ini tidak banyak orang keluar rumah.
Saya bertanya apakah ada baterai seperti yang saya cari, penjualnya kompak bilang, “Nggak ada.” Lalu dengan cepat kembali ke hp masing-masing. Saya dicuekin hahaha....
Hmmm...dengan memendam kesal dan rasa aneh, saya meninggalkan konter itu lalu beralih ke tukang pulsa lainnya.
Nah, ternyata di sinilah pencarian terakhir saya.
Di tukang pulsa yang penghabisan ini saya akhirnya mendapatkan apa yang saya cari. Meski harus menunggu dulu beberapa hari kelak baterai akan tersedia, setidaknya saya terkesan dengan respons si tukang pulsa.
Dia menjelaskan dengan bahasa yang ramah dan menyentuh hati. “Maaf, kebetulan baterai seperti ini stok lagi kosong. Kalau mau, saya bisa menyediakannya dalam tiga hari. Tinggal pilih, apakah ingin yang harganya murah tapi baterai cepat ngedrop, atau yang standar dengan harga lebih mahal tapi terjangkau. Ada juga yang kualitas bagus, tapi mahal.”
Tidak sampai di situ. Tukang pulsa itu juga memberikan saran atau rekomendasi. “Pakai yang standar aja udah bagus, nggak perlu keluarin duit banyak.”
Akhirnya, saya mendapatkan baterai yang saya cari diawali dengan dua sikap yang berbeda dari tukang pulsa. Ada yang meremehkan saya, ada juga yang menghargai, dibarengi dengan sambutan ramah, penguasaan persoalan yang baik, serta saran yang tidak merugikan pembelinya.
Masih ada satu lagi sebenarnya yang bisa saya tuliskan, tapi naskah ini sudah terlalu panjang. Saya akhiri saja di sini, semoga ada yang positif, yang bisa dibaca dan dimaknai. Maaf kalau ada istilah atau kata-kata yang kurang pas. Tidak ada maksud meremehkan atau merendahkan orang lain dengan tulisan ini, sekadar berbagi obrolan dan inspirasi, untuk kita belajar ilmu komunikasi secara sederhana. Salam kreatif!
Ilustrasi foto pemanis tulisan: pixabay.com






fan.kui dan 24 lainnya memberi reputasi
25
1.2K
30


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan