- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Pecinta Kopi Abal-Abal!!!


TS
akmal162
Pecinta Kopi Abal-Abal!!!
Lanjutan dari [SFTH] IKATAN POLAR
Spoiler for Part 57:
Part 57
"Selamat ya vin, akhirnya lulus juga kamu"
Saat ini aku dan teman-temanku sedang berada di depan gedung fakultas psikologi untuk memberikan selamat atas kelulusan beby dan viny.
"Iya mar, makasih juga ya, ini berkat bantuan kalian juga lhooo...."
Entah lah, apa beby benar-benar tidak mau bertemu denganku, saat ini hanya viny yang menemui kami ber 5 setelah sidang mereka selesai, sedangkan beby lebih memilih untuk menemui teman-temannya yang lain.
"Iya viin, buat kamu apa sih yang enggak"
Pletaaaakkk....
Devan: "sa ae lu monyet"
Mario: "santai dong, sewot aja lu"
Dyo: "wey.... wey...., di tempat orang nih, masih pada ribut aja lu berdua"
Nabil: "oh iya, beby mana vin?"
Pandanganku dan viny sempat bertemu sekilas setelah nabil menanyakan keberadaan beby.
Viny: "ennngg, ada kok bil, tapi kayaknya langsung jalan sama temennya, dia tadi udah titip salam kok buat kalian"
Nabil: "lah, tumben, berantem ya lu nat ama beby?"
Duuukkk.....
Tiba-tiba devan menyenggol lengan nabil, masalahku dan beby saat ini, devan seolah ingin memberi kode kepada nabil untuk tidak melanjutkan pertanyaannya, ya, memang untuk saat ini nabil masih belum mengerti tentang permasalahanku.
Karena melihat nabil yang sepertinya masih belum bisa mengerti dengan kodenya barusan, devan memilih untuk mengalihkan topik pembicaraan kearah lain.
Devan: "e ehh, iya vin, santai kok"
Viny: "ohh iya, btw makasih ya hadiahnya"
Mario: "iya vin, sama-sama, spesial dari abang itu"
Pletaak.....
Dyo: "weyy..., kita belinya patungan ya.."
Nabil: "cieee, marah nih vinynya digodain"
Dyo: "apaan sih, gue cuma negur si mario bross, ngaku-ngaku spesial dari dia segala"
Devan: "helehhh..., cemburu kan lu"
Obrolan kami berlanjut dengan meledek dyo yang dikabarkan dekat dengan viny, ya..... meskipun sebenarnya tidak juga, viny tidak pernah bercerita kepadaku tentang kedekatannya dengan dyo, tapi.... bisa jadi aku saja yang belum tahu.
Tapi itu tidak penting, yang terpenting sekarang adalah bagaimana cara agar aku bisa menemui beby dan menyelesaikan masalah ini secepatnya.
"Vin, toilet di mana ya??"
Sebenarnya aku tidak benar-benar ingin buang air, ini hanya alasanku agar bisa keliar dari obrolan bersama viny dan 4 temanku, aku ingin mencari keberadaan beby.
Setelah hampir 1 minggu aku belum bertatap muka sama sekali dengannya rasanya.....
Arrggghhh......
Intinya saat ini menurutku adalah waktu yang tepat untuk menemui beby dan menjelaskan semuanya.
"Nanti kamu ke lorong sebelah kanan nat, sebelah kiri jalan, nanti ada tulisannya kok"
Tanpa pikir panjang akupun memisahkan diri dari 4 temanku untuk mencari keberadaan beby.
Aku memutuskan untuk kembali menghampiri ruangan tempat beby dan viny tadi melaksanakan sidang akhir, siapa tahu aku bisa menemuinya.
Aku berjalan dengan langkah cepat, berharap agar beby masih disana.
Daannn........
Saat aku sudah menemukan keberadaannya....., ternyata dia sedang berasama seorang laki-laki, dengan raut wajah bahagia dan sebucket bunga yang ada di tangannya.
Perasaan sesak kembaki menyeruak masuk kedalam dadaku, masalah kemaren saja belum selesai, dan sekarang...... sudah ada masalah baru.
Huuuuhhhh.....
Yasudah lah, masalah ini juga aku yang mengawali, sudah harusnya aku yang menerima konsekuensinya, aku tidak berhak protes ataupun marah kepada beby.
Aku juga melakukan hal yang sama kemaren, bahkan....... bisa dibilang lebih parah.
Akupun memutuskan untuk tidak melanjutkan langkahku, aku memilih untuk berjalan ke arah berlawanan untuk kembali menghampiri teman-temanku.
Nabil: "udah nat?, cepet amat?"
Aku: "ngapain lama-lama, kencing doang kok"
Nabil: "oooohhhh, kirain lu mau nitip benih juga di toilet fakultas sini"
Pletaaaakkk.....
Aku: "sembarangan kalo ngomong lu, eh, viny mana?"
Mario: "udah nyamperin temennya tadi"
Aku: "lah, ngapain masih di sini lu pada?"
Pletaaaaakkk.....
"Nungguin lo monyeeett..."
Aku hanya terkekeh setelah mendengar jawaban dari devan.
"Yaudah yuk, makan dulu dah, bi idah aja"
Kamipun memutuskan untuk meninggalkan gedung fakultas psikologi, lalu menuju warung bi idah untuk makan siang bersama.
.
.
.
"Duduk di sana aja yuk nat"
Malam ini aku dan viny sedang berada di salah satu kafe yang mengusung kopi sebagai menu utamanya, semerbak bau biji kopi langsung menyambut kedatangan kami malam ini, mesin-mesin pembuat kopi yang terlihat canggih dan berbagai jenis macam biji kopi menjadi pemandangan pertama yang kami lihat.
Setelah beberapa hari ini dia memintaku untuk menunggu, viny akhirnya mengirimkan pesan kepadaku dan mengajakku untuk berbicara 4 mata.
"Kamu mesen apa nat?"
Viny bertanya sambil membaca buku menu yang ada di tangannya.
"Kopi susu aja deh mbak"
Viny langsung menuliskan pesananku dan menyerahkan buku menu kepada mas-mas penjaga kafe yang masih berdiri di samping kami.
Viny: "kamu gak suka kopi ya nat?"
Aku: "kurang sih mbak, aku lebih suka minuman manis"
Viny: "mmmm, tumben ya..., biasanya cowok anti sama minuman manis"
Aku: "lah, emang ada aturannya ya tentang selera minuman cowok sama cewek"
Viny: "hehehe, gak ada sih nat, tumben aja soalnya"
Aku hanya membalas kalimat viny dengan sebuah kekehan kecil.
"Kenapa kamu gak suka kopi-kopi asli gitu nat, robusta, arabika atau sejenisnya?"
Jujur aku sama sekali tidak paham dengan jenis-jenis kopi yang disebutkan oleh viny, yang aku tahu jenis kopi seperti itu adalah kopi dengan cita rasa pahit dengan paduan sedikit rasa asam yang disajikan dalam sebuah cangkir berukuran kecil.
Aku: "mmmm, pertama, rasanya gak enak, udah pahit, ada asem-asemnya gitu lagi, gak bisa dinikmatin, yang kedua karena harganya mahal, padahal rasanya sampah"
Viny tertawa kecil setelah mendengar jawabanku.
Viny: "mmmmm, iya juga sih, tergantung selera sebenernya"
Aku: "emang sekarang lagi rame banget ya orang-orang yang mendadak jadi pecinta kopi"
Viny: "mmmmm, iya sih nat, sekarang kafe-kafe jenis kayak gini lagi banyak banget peminatnya"
Memang saat ini kafe-kafe dengan tema kopi seperti ini keberadaannya mulai menjamur di kota jogja.
Dengan mengusung tema cozy yang saat ini memang sangat digandrungi oleh banyak anak muda, tempat-tempat seperti ini bisa mulai menaikkan eksistensinya.
Aku: "cih, aku sih gak mau jadi pencinta kopi dadakan kalo cuma mau keliatan keren"
Viny: "mmm, bener juga sih nat, sekarang banyak pencinta kopi abal-abal bermunculan"
Aku: "termasuk mbak kan?"
Sontak raut wajah viny berubah menjadi kesal setelah mendengar pertanyaanku.
Viny: "idih, enak aja, asal kamu tau ya, bapakku setiap pulang dari tugas pasti bawa oleh-oleh biji kopi, sesuai daerahnya masing-masing, aku juga sering diskusi sama dia masalah cita rasa kopi"
Aku: "iya deh mbak..., mbak emang paling keren deh"
Pletaaakkk.....
Viny: "iiihhhh....., nyebelin banget sih"
Aku: "hehehe, peace mbak"
Viny: "lagian ya nat, kamu harus tau, filosofi dan cara menikmati kopi"
Aku: "widiihh...., emang gimana mbak?"
Aku bertanya sambil menunjukkan wajah tengilku.
"Nih ya nat, orang-orang penikmat kopi itu keren looh...."
"Dia bisa merasakan kenikmatan dari sesuatu yang pahit seperti kopi"
"Otomatis, dia juga bisa merasakan kenikmatan dalam hidup, meskipun hidupnya pahit, kayak hidup kamu"
Sontak aku tertawa setelah mendengar penjelasan viny.
"Wkwkwkwkwkwk"
"Halah...., basi mbak...., udah bosen aku denger begituan"
"Ngomongnya nikmat, nikmat apaan?, nikmat tai kuda....."
Pletakk....
"Hehh, mulutnya ya, kasar banget sih"
Aku hanya terkekeh setelah mendapatkan peringatan dari viny.
"Ngomongnya sih nikmat, padahal pas di lidah, paling juga kerasa sepet"
"Kalo gak enak mah gak enak aja, entah itu kopi, entah itu hidup"
"Sesuatu yang gak enak mana bisa dinikmatin"
"Lagian ya mbak..., sesuatu yang gak enak itu bukan buat dinikmatin, tapi buat ditinggalin"
"Bego banget sih orang-orang, udah tau pahit, masih diminum"
"Udah tau gak enak, masih mau dinikmatin"
Dukkk....
Viny memukul pelan bahuku.
"Iiihh...., gak bisa ngehargain selera orang banget sih"
Aku kembali terkekeh setelah melihat wajah kesal viny.
"Yaa kalo seleranya emang begitu sih sah-sah aja mbak"
"Tapi sampah aja buat orang-orang yang maksain seleranya supaya keliatan keren"
"Ehh, tapi itu hak orang sih, hehehe"
Viny ikut terkekeh pelan setelah mendengar pernyataanku barusan.
"Iya sih nat, bener juga kata kamu, emang lebih enak jadi diri sendiri, walaupun gak keliatan keren"
Keadaan sempat hening sejenak setelah viny mengeluarkan kalimat terakhirnya.
Akupun memutuskan untuk langsung menanyakan apa tujuan utama viny mengajakku berbicara malam ini.
"Mbak...., btw, mbak mau ngomong apa?"
Viny menghembuskan nafasnya dengan kasar setelah mendengar jawabanku.
"Kamu ada masalah apa sama beby?"
Viny betanya sambil menunjukan wajah seriusnya kearahku.
"Mbak beby belum cerita?"
Viny menggelengkan kepalanya sebelum menjawab pertanyaanku.
"Beby emang gitu nat, kadang-kadang kalo lagi ada masalah orangnya malah jadi tertutup, gak mau cerita apa-apa"
Huuhhh.....
Apa benar masalah kemaren membuat beby sampai seperti itu? , bahkan untuk bercerita kepada viny tentang masalahnya saja dia tidak mau, padahal viny salah satu orang yang sangat dekat dengannya.
Akupun memutuskan untuk bercerita kepada viny tentang alasan mengapa hubunganku dan beby bisa retak seperti sekarang.
Viny hanya mengusap kasar wajahnya dengan kedua tangannya setelah mendengar penjelasanku yang lumayan panjang.
"Kan aku udah bilang nat kemaren......, seharusnya kamu terbuka dari awal tentang masalah ini sama beby"
"Oke lah, aku paham kenapa kamu bilang ke beby kalo kamu di kosan shani kemaren"
"Tapi..... gimana ya nat"
"Beby udah pasti marah lah kalo kamu ngomong jujurnya langsung tiba-tiba kayak kemaren"
"Dia kan sebelumnya gak pernah tau hubungan dan perasaan kamu sama shani sekarang kayak gimana, ya jelas shock lah dia"
"Apalagi kamu langsung bilang kalo kamu lagi di kosan shani"
"Aku paham..., kamu mau terbuka sama beby, tapi..... tapi yaa..... jangan kayak gitu juga nat"
Viny menghembuskan nafasnya dengan kasar.
Huuuhhh.....
Kalau dipikir-pikir, apa yang dikatakan oleh viny ada benarnya juga, beby pasti shock ketika aku berkata seperti itu kemaren, mengingat kami tidak pernah sama sekali membahas hubunganku dengan shani sebelumnya.
"Sebenernya tujuan kamu ngomong ke beby kalo kamu lagi di kos shani itu apa sih nat?"
Kali ini viny bertanya dengan nada yang penuh penekanan.
"Yaaa..., yang jelas aku pengen terbuka aja mbak, aku juga merasa bersalah kalo bohongin mbak beby terus-terusan, kata mbak juga kan, kalo aku harus terbuka sama mbak beby"
Jujur aku mulai bingung apa tujuan viny bertanya seperti itu.
"Kamu terbuka ke beby cuma buat sekedar memenuhi ekspektasi aku?, nurutin apa kata aku?, cuma buat nunjukin ke beby kalau kamu itu jujur?"
Deeeegggg....
Pertanyaan dari viny barusan cukup membuatku merasa tertohok.
"M m m maksudnya??"
Viny menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"Iya nat, sama kayak pencinta kopi abal-abal yang cuma mau memenuhi ekspektasi orang-orang supaya terlihat keren"
Huuuhhhh.....
Pernyataan dari viny cukup berhasil mengaduk-aduk logikaku.
"Tujuan utama saling terbuka itu apa sih nat?"
"kalo menurutku terbuka itu tujuannya buat menjaga dan membangun kepercayaan dalam suatu hubungan nat"
"Bukan buat nurutin apa kata orang, bukan buat nunjukin kalau kita seseorang yang jujur "
"Terbuka itu ada caranya nat, dan...."
Viny menarik nafasnya terlebih dahulu sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Kalau cara kamu untuk terbuka kayak kemaren...., aku gak yakin tujuan kamu terbuka itu buat mejaga hubungan kamu sama beby"
Deeeeggggg......
Pernyataan viny kali ini sangat menohok, entah kenapa otakku membenarkannya, walaupun pernyataan tersebut seolah-olah menunjukkan bahwa aku orang yang sangat sampah.....
Ya..., pernyataan viny seolah membalikkan hinaanku kepada pecinta kopi abal-abal tadi kepada diriku sendiri.
Tidak ada sama sekali pembelaan yang keluar dari mulutku, sekarang aku sibuk mencerna pernyataan-pernyataan viny sekaligus menginstropeksi tujuanku.
Sekarang aku dan viny sama-sama terdiam, aku hanya bisa mengacak-acak rambutku sambil meratapi kebodohan yang sudahku lakukan.
Yaa..., aku memang ceroboh, setiap kata-kata yang baru ku terima, seringkali kutelan mentah-mentah tanpa memikirkannya terlebih dahulu.
Ya... contohnya seperti kemaren, ketika viny menyarankan agar aku terbuka kepada beby tentang kedekatanku dan shani, aku langsung mempraktekkannya, tapi..... aku melakukannya di waktu yang salah, dan tentu juga caranya juga salah.
Tapi... sepertinya apa yang dikatakan viny benar adanya, aku mencoba bertanya kepada diriku sendiri tentang tujuanku berkata jujur kepada beby saat itu.
Huuuhhh....
Aku yang terlalu bodoh?, atau..... apa yang dikatakan viny memang benar, aku hanya ingin terlihat jujur di hadapan beby?.
Arrrrggghhhh........
Tapi itu bukan masalah utamanya, sebenarnya dari awal aku sudah salah, tidak seharusnya aku terus-menerus bermain api dengan shani seperti kemaren, mengingat....... secara tidak langsung, aku dan beby sudah sering mengungkapkan perasaan satu sama lain, ya.... meskipun sebenarnya kami belum terikat komitmen sama sekali, tapi sudah seharusnya aku lebih menghargai dan menjaga perasan beby.
"Sorry nat, bukan maksudku nuduh kamu yang enggak-enggak"
"Apapun niat kamu ngomong gitu ke beby kemaren, cuma kamu yang tau nat"
"Pertanyaan tadi gak perlu kamu jawab, cukup kamu simpen dalam hati aja"
Keadaan kembali hening, aku dan viny kembali sibuk dengan pikiran masing-masing.
Huuuhhh....
"Entah lah mbak, aku masih belum bisa jawab, mungkin bener juga apa yang mbak bilang"
Kali ini viny malah tersenyum kearahku, ya... seperti biasanya, tersenyum adalah salah satu cara viny untuk menghiburku.
Dan.... matanya yang hilang akibat kedua sudut bibirnya yang tertarik keatas itu... selalu berhasil melakukan tugasnya dengan baik.
"Gakpapa kok nat, namanya juga manusia, pasti punya keinginan untuk terlihat baik di depan manusia lainnya, dan kadang.... karena keinginan itu kita bisa lupa sama tujuan utama kita"
"Aku juga kadang-kadang masih gitu kok, cukup sering malah, aku cuma gak mau kamu ngelakuin kesalahan yang sama, jadi.... kamu gak usah berkecil hati nat"
Aku hanya menganggukkan kepalaku untuk meng iya kan kalimat yang keluar dari mulut viny.
"Terus aku harus gimana mbak?, langsung aku jelasin habis ini aja kali ya mbak?"
Entah kenapa tiba-tiba wajah viny berubah menjadi agak sedikit panik.
"J j jangan malem ini nat"
Jujur aku merasa ada yang aneh dengan perubahan sikap viny yang tiba-tiba.
"Kenapa mbak?"
Bola mata viny bergerak ke ujung kanan atas, seolah-olah dia sedang mengarang alasan untuk menjawab pertanyaanku.
"Kok jadi panik sih mbak?, kenapa kemaren-kemaren mbak ngelarang aku buat ke rumah?, aku cuma mau jelasin ke dia mbak"
Karena sudah merasa frustasi, kalimat yang keluar dari mulutku seolah-olah membuatku terlihat sedang menyalahkan dan menyudutkan viny, dan sepertinya viny merasakannya.
"Kata aku jangan ya jangan dulu nat!!!!, aku udah kenal beby lebih lama daripada kamu!!!, aku lebih paham apa yang dia butuhin!!!"
Viny menjawab pertanyaanku dengan nada yang sedikit tinggi, sehingga memancing perhatian para pengunjung kafe lainnya untuk melihat kearah kami, sontak suasana canggungpun mulai tercipta.
"Misi mas, mbak, ini pesanannya"
Suasana canggung semakin terasa ketika mas-mas penjaga kafe datang kemeja kami untuk mengantarkan minuman yang kami pesan.
"Ada yang kurang?"
Aku dan viny hanya menggelengkan kepala untuk menjawab pertanyaan dari mas-mas penjaga kafe.
"Oke, selamat menikmati"
Keadaan sempat hening sejenak, kami mencoba memberikan waktu kepada seluruh pengunjung kafe untuk mengalihkan perhatiannya kearah lain.
Hmmmm...
Entah kenapa aku merasakan viny sedang menyembunyikan sesuatu, apa lagi setelah melihat sikap viny barusan, entah lah, mungkin itu tentang beby.
"M m maaf nat, tolong ngertiin aku nat, aku lebih tau apa yang beby butuhin"
"Nanti kalo sudah waktunya, aku pasti ngasih tau kamu kok"
"Please nat...., sabar dulu ya..."
Seraya berkata seperti itu, viny meletakkan telapak tangannya di atas tanganku sambil menatapku penuh harap, seolah-olah dia sedang memberikan isyarat agar aku tidak terburu-buru dan mau lebih sabar untuk menunggu.
Huuuhhh....
Kalau jurus andalannya sudah keluar, tidak ada alasan bagiku untuk tidak menuruti keinginan viny.
Aku hanya bisa mengangguk pasrah, aku menarik tanganku dari tangan viny, aku memilih untuk mengambil gelas yang berisi es kopi susu di depanku, lalu meminumnya, mungkin dengan ini aku bisa sedikit melemaskan otakku yang sedari tadi bekerja keras.
"Nih nat, kamu mau cobain punya ku nggak?"
Viny menyodorkan cangkir kopi miliknya kearahku. Karena merasa penasaran, akupun meng iya kan tawaran viny.
"Gimana nat?, enak gak?"
Aku berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan viny sambil sesekali menyeruput secangkir kopi yang ada di tanganku untuk memastikan kembali bagaimana rasanya.
"Ini emang kopi apaan mbak?"
Viny kembali tersenyum setelah mendengar pertanyaanku.
"Gak tau nat"
Akupun dibuat heran dengan jawaban viny.
Aku: "terus, kenapa kamu pesen ini?"
Viny: "hehehe, soalnya namanya keren"
Hmmmm.....
Mulai terasa ada yang aneh.
"Gak enak mbak, pait sama asem doang"
Aku menyodorkan kembali cangkir kopi milik viny kearahnya.
Tapi..., dia menolaknya, dia malah mengambil gelas es kopi susu milikku.
"Tukeran ya nat, ternyata rasanya gak enak, kayaknya enakan punya kamu deh, hehehe"
Viny berkata seperti itu sambil menunjukkan senyum jahilnya, sontak hal itu membuatku terkejut, dan tentu juga kesal.
"Yeee....., dasar!!!, pecinta kopi abal-abal"
Tawa viny pun langsung pecah setelah melihat wajah kesalku.
.
.
.
"Selamat ya vin, akhirnya lulus juga kamu"
Saat ini aku dan teman-temanku sedang berada di depan gedung fakultas psikologi untuk memberikan selamat atas kelulusan beby dan viny.
"Iya mar, makasih juga ya, ini berkat bantuan kalian juga lhooo...."
Entah lah, apa beby benar-benar tidak mau bertemu denganku, saat ini hanya viny yang menemui kami ber 5 setelah sidang mereka selesai, sedangkan beby lebih memilih untuk menemui teman-temannya yang lain.
"Iya viin, buat kamu apa sih yang enggak"
Pletaaaakkk....
Devan: "sa ae lu monyet"
Mario: "santai dong, sewot aja lu"
Dyo: "wey.... wey...., di tempat orang nih, masih pada ribut aja lu berdua"
Nabil: "oh iya, beby mana vin?"
Pandanganku dan viny sempat bertemu sekilas setelah nabil menanyakan keberadaan beby.
Viny: "ennngg, ada kok bil, tapi kayaknya langsung jalan sama temennya, dia tadi udah titip salam kok buat kalian"
Nabil: "lah, tumben, berantem ya lu nat ama beby?"
Duuukkk.....
Tiba-tiba devan menyenggol lengan nabil, masalahku dan beby saat ini, devan seolah ingin memberi kode kepada nabil untuk tidak melanjutkan pertanyaannya, ya, memang untuk saat ini nabil masih belum mengerti tentang permasalahanku.
Karena melihat nabil yang sepertinya masih belum bisa mengerti dengan kodenya barusan, devan memilih untuk mengalihkan topik pembicaraan kearah lain.
Devan: "e ehh, iya vin, santai kok"
Viny: "ohh iya, btw makasih ya hadiahnya"
Mario: "iya vin, sama-sama, spesial dari abang itu"
Pletaak.....
Dyo: "weyy..., kita belinya patungan ya.."
Nabil: "cieee, marah nih vinynya digodain"
Dyo: "apaan sih, gue cuma negur si mario bross, ngaku-ngaku spesial dari dia segala"
Devan: "helehhh..., cemburu kan lu"
Obrolan kami berlanjut dengan meledek dyo yang dikabarkan dekat dengan viny, ya..... meskipun sebenarnya tidak juga, viny tidak pernah bercerita kepadaku tentang kedekatannya dengan dyo, tapi.... bisa jadi aku saja yang belum tahu.
Tapi itu tidak penting, yang terpenting sekarang adalah bagaimana cara agar aku bisa menemui beby dan menyelesaikan masalah ini secepatnya.
"Vin, toilet di mana ya??"
Sebenarnya aku tidak benar-benar ingin buang air, ini hanya alasanku agar bisa keliar dari obrolan bersama viny dan 4 temanku, aku ingin mencari keberadaan beby.
Setelah hampir 1 minggu aku belum bertatap muka sama sekali dengannya rasanya.....
Arrggghhh......
Intinya saat ini menurutku adalah waktu yang tepat untuk menemui beby dan menjelaskan semuanya.
"Nanti kamu ke lorong sebelah kanan nat, sebelah kiri jalan, nanti ada tulisannya kok"
Tanpa pikir panjang akupun memisahkan diri dari 4 temanku untuk mencari keberadaan beby.
Aku memutuskan untuk kembali menghampiri ruangan tempat beby dan viny tadi melaksanakan sidang akhir, siapa tahu aku bisa menemuinya.
Aku berjalan dengan langkah cepat, berharap agar beby masih disana.
Daannn........
Saat aku sudah menemukan keberadaannya....., ternyata dia sedang berasama seorang laki-laki, dengan raut wajah bahagia dan sebucket bunga yang ada di tangannya.
Perasaan sesak kembaki menyeruak masuk kedalam dadaku, masalah kemaren saja belum selesai, dan sekarang...... sudah ada masalah baru.
Huuuuhhhh.....
Yasudah lah, masalah ini juga aku yang mengawali, sudah harusnya aku yang menerima konsekuensinya, aku tidak berhak protes ataupun marah kepada beby.
Aku juga melakukan hal yang sama kemaren, bahkan....... bisa dibilang lebih parah.
Akupun memutuskan untuk tidak melanjutkan langkahku, aku memilih untuk berjalan ke arah berlawanan untuk kembali menghampiri teman-temanku.
Nabil: "udah nat?, cepet amat?"
Aku: "ngapain lama-lama, kencing doang kok"
Nabil: "oooohhhh, kirain lu mau nitip benih juga di toilet fakultas sini"
Pletaaaakkk.....
Aku: "sembarangan kalo ngomong lu, eh, viny mana?"
Mario: "udah nyamperin temennya tadi"
Aku: "lah, ngapain masih di sini lu pada?"
Pletaaaaakkk.....
"Nungguin lo monyeeett..."
Aku hanya terkekeh setelah mendengar jawaban dari devan.
"Yaudah yuk, makan dulu dah, bi idah aja"
Kamipun memutuskan untuk meninggalkan gedung fakultas psikologi, lalu menuju warung bi idah untuk makan siang bersama.
.
.
.
"Duduk di sana aja yuk nat"
Malam ini aku dan viny sedang berada di salah satu kafe yang mengusung kopi sebagai menu utamanya, semerbak bau biji kopi langsung menyambut kedatangan kami malam ini, mesin-mesin pembuat kopi yang terlihat canggih dan berbagai jenis macam biji kopi menjadi pemandangan pertama yang kami lihat.
Setelah beberapa hari ini dia memintaku untuk menunggu, viny akhirnya mengirimkan pesan kepadaku dan mengajakku untuk berbicara 4 mata.
"Kamu mesen apa nat?"
Viny bertanya sambil membaca buku menu yang ada di tangannya.
"Kopi susu aja deh mbak"
Viny langsung menuliskan pesananku dan menyerahkan buku menu kepada mas-mas penjaga kafe yang masih berdiri di samping kami.
Viny: "kamu gak suka kopi ya nat?"
Aku: "kurang sih mbak, aku lebih suka minuman manis"
Viny: "mmmm, tumben ya..., biasanya cowok anti sama minuman manis"
Aku: "lah, emang ada aturannya ya tentang selera minuman cowok sama cewek"
Viny: "hehehe, gak ada sih nat, tumben aja soalnya"
Aku hanya membalas kalimat viny dengan sebuah kekehan kecil.
"Kenapa kamu gak suka kopi-kopi asli gitu nat, robusta, arabika atau sejenisnya?"
Jujur aku sama sekali tidak paham dengan jenis-jenis kopi yang disebutkan oleh viny, yang aku tahu jenis kopi seperti itu adalah kopi dengan cita rasa pahit dengan paduan sedikit rasa asam yang disajikan dalam sebuah cangkir berukuran kecil.
Aku: "mmmm, pertama, rasanya gak enak, udah pahit, ada asem-asemnya gitu lagi, gak bisa dinikmatin, yang kedua karena harganya mahal, padahal rasanya sampah"
Viny tertawa kecil setelah mendengar jawabanku.
Viny: "mmmmm, iya juga sih, tergantung selera sebenernya"
Aku: "emang sekarang lagi rame banget ya orang-orang yang mendadak jadi pecinta kopi"
Viny: "mmmmm, iya sih nat, sekarang kafe-kafe jenis kayak gini lagi banyak banget peminatnya"
Memang saat ini kafe-kafe dengan tema kopi seperti ini keberadaannya mulai menjamur di kota jogja.
Dengan mengusung tema cozy yang saat ini memang sangat digandrungi oleh banyak anak muda, tempat-tempat seperti ini bisa mulai menaikkan eksistensinya.
Aku: "cih, aku sih gak mau jadi pencinta kopi dadakan kalo cuma mau keliatan keren"
Viny: "mmm, bener juga sih nat, sekarang banyak pencinta kopi abal-abal bermunculan"
Aku: "termasuk mbak kan?"
Sontak raut wajah viny berubah menjadi kesal setelah mendengar pertanyaanku.
Viny: "idih, enak aja, asal kamu tau ya, bapakku setiap pulang dari tugas pasti bawa oleh-oleh biji kopi, sesuai daerahnya masing-masing, aku juga sering diskusi sama dia masalah cita rasa kopi"
Aku: "iya deh mbak..., mbak emang paling keren deh"
Pletaaakkk.....
Viny: "iiihhhh....., nyebelin banget sih"
Aku: "hehehe, peace mbak"
Viny: "lagian ya nat, kamu harus tau, filosofi dan cara menikmati kopi"
Aku: "widiihh...., emang gimana mbak?"
Aku bertanya sambil menunjukkan wajah tengilku.
"Nih ya nat, orang-orang penikmat kopi itu keren looh...."
"Dia bisa merasakan kenikmatan dari sesuatu yang pahit seperti kopi"
"Otomatis, dia juga bisa merasakan kenikmatan dalam hidup, meskipun hidupnya pahit, kayak hidup kamu"
Sontak aku tertawa setelah mendengar penjelasan viny.
"Wkwkwkwkwkwk"
"Halah...., basi mbak...., udah bosen aku denger begituan"
"Ngomongnya nikmat, nikmat apaan?, nikmat tai kuda....."
Pletakk....
"Hehh, mulutnya ya, kasar banget sih"
Aku hanya terkekeh setelah mendapatkan peringatan dari viny.
"Ngomongnya sih nikmat, padahal pas di lidah, paling juga kerasa sepet"
"Kalo gak enak mah gak enak aja, entah itu kopi, entah itu hidup"
"Sesuatu yang gak enak mana bisa dinikmatin"
"Lagian ya mbak..., sesuatu yang gak enak itu bukan buat dinikmatin, tapi buat ditinggalin"
"Bego banget sih orang-orang, udah tau pahit, masih diminum"
"Udah tau gak enak, masih mau dinikmatin"
Dukkk....
Viny memukul pelan bahuku.
"Iiihh...., gak bisa ngehargain selera orang banget sih"
Aku kembali terkekeh setelah melihat wajah kesal viny.
"Yaa kalo seleranya emang begitu sih sah-sah aja mbak"
"Tapi sampah aja buat orang-orang yang maksain seleranya supaya keliatan keren"
"Ehh, tapi itu hak orang sih, hehehe"
Viny ikut terkekeh pelan setelah mendengar pernyataanku barusan.
"Iya sih nat, bener juga kata kamu, emang lebih enak jadi diri sendiri, walaupun gak keliatan keren"
Keadaan sempat hening sejenak setelah viny mengeluarkan kalimat terakhirnya.
Akupun memutuskan untuk langsung menanyakan apa tujuan utama viny mengajakku berbicara malam ini.
"Mbak...., btw, mbak mau ngomong apa?"
Viny menghembuskan nafasnya dengan kasar setelah mendengar jawabanku.
"Kamu ada masalah apa sama beby?"
Viny betanya sambil menunjukan wajah seriusnya kearahku.
"Mbak beby belum cerita?"
Viny menggelengkan kepalanya sebelum menjawab pertanyaanku.
"Beby emang gitu nat, kadang-kadang kalo lagi ada masalah orangnya malah jadi tertutup, gak mau cerita apa-apa"
Huuhhh.....
Apa benar masalah kemaren membuat beby sampai seperti itu? , bahkan untuk bercerita kepada viny tentang masalahnya saja dia tidak mau, padahal viny salah satu orang yang sangat dekat dengannya.
Akupun memutuskan untuk bercerita kepada viny tentang alasan mengapa hubunganku dan beby bisa retak seperti sekarang.
Viny hanya mengusap kasar wajahnya dengan kedua tangannya setelah mendengar penjelasanku yang lumayan panjang.
"Kan aku udah bilang nat kemaren......, seharusnya kamu terbuka dari awal tentang masalah ini sama beby"
"Oke lah, aku paham kenapa kamu bilang ke beby kalo kamu di kosan shani kemaren"
"Tapi..... gimana ya nat"
"Beby udah pasti marah lah kalo kamu ngomong jujurnya langsung tiba-tiba kayak kemaren"
"Dia kan sebelumnya gak pernah tau hubungan dan perasaan kamu sama shani sekarang kayak gimana, ya jelas shock lah dia"
"Apalagi kamu langsung bilang kalo kamu lagi di kosan shani"
"Aku paham..., kamu mau terbuka sama beby, tapi..... tapi yaa..... jangan kayak gitu juga nat"
Viny menghembuskan nafasnya dengan kasar.
Huuuhhh.....
Kalau dipikir-pikir, apa yang dikatakan oleh viny ada benarnya juga, beby pasti shock ketika aku berkata seperti itu kemaren, mengingat kami tidak pernah sama sekali membahas hubunganku dengan shani sebelumnya.
"Sebenernya tujuan kamu ngomong ke beby kalo kamu lagi di kos shani itu apa sih nat?"
Kali ini viny bertanya dengan nada yang penuh penekanan.
"Yaaa..., yang jelas aku pengen terbuka aja mbak, aku juga merasa bersalah kalo bohongin mbak beby terus-terusan, kata mbak juga kan, kalo aku harus terbuka sama mbak beby"
Jujur aku mulai bingung apa tujuan viny bertanya seperti itu.
"Kamu terbuka ke beby cuma buat sekedar memenuhi ekspektasi aku?, nurutin apa kata aku?, cuma buat nunjukin ke beby kalau kamu itu jujur?"
Deeeegggg....
Pertanyaan dari viny barusan cukup membuatku merasa tertohok.
"M m m maksudnya??"
Viny menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"Iya nat, sama kayak pencinta kopi abal-abal yang cuma mau memenuhi ekspektasi orang-orang supaya terlihat keren"
Huuuhhhh.....
Pernyataan dari viny cukup berhasil mengaduk-aduk logikaku.
"Tujuan utama saling terbuka itu apa sih nat?"
"kalo menurutku terbuka itu tujuannya buat menjaga dan membangun kepercayaan dalam suatu hubungan nat"
"Bukan buat nurutin apa kata orang, bukan buat nunjukin kalau kita seseorang yang jujur "
"Terbuka itu ada caranya nat, dan...."
Viny menarik nafasnya terlebih dahulu sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Kalau cara kamu untuk terbuka kayak kemaren...., aku gak yakin tujuan kamu terbuka itu buat mejaga hubungan kamu sama beby"
Deeeeggggg......
Pernyataan viny kali ini sangat menohok, entah kenapa otakku membenarkannya, walaupun pernyataan tersebut seolah-olah menunjukkan bahwa aku orang yang sangat sampah.....
Ya..., pernyataan viny seolah membalikkan hinaanku kepada pecinta kopi abal-abal tadi kepada diriku sendiri.
Tidak ada sama sekali pembelaan yang keluar dari mulutku, sekarang aku sibuk mencerna pernyataan-pernyataan viny sekaligus menginstropeksi tujuanku.
Sekarang aku dan viny sama-sama terdiam, aku hanya bisa mengacak-acak rambutku sambil meratapi kebodohan yang sudahku lakukan.
Yaa..., aku memang ceroboh, setiap kata-kata yang baru ku terima, seringkali kutelan mentah-mentah tanpa memikirkannya terlebih dahulu.
Ya... contohnya seperti kemaren, ketika viny menyarankan agar aku terbuka kepada beby tentang kedekatanku dan shani, aku langsung mempraktekkannya, tapi..... aku melakukannya di waktu yang salah, dan tentu juga caranya juga salah.
Tapi... sepertinya apa yang dikatakan viny benar adanya, aku mencoba bertanya kepada diriku sendiri tentang tujuanku berkata jujur kepada beby saat itu.
Huuuhhh....
Aku yang terlalu bodoh?, atau..... apa yang dikatakan viny memang benar, aku hanya ingin terlihat jujur di hadapan beby?.
Arrrrggghhhh........
Tapi itu bukan masalah utamanya, sebenarnya dari awal aku sudah salah, tidak seharusnya aku terus-menerus bermain api dengan shani seperti kemaren, mengingat....... secara tidak langsung, aku dan beby sudah sering mengungkapkan perasaan satu sama lain, ya.... meskipun sebenarnya kami belum terikat komitmen sama sekali, tapi sudah seharusnya aku lebih menghargai dan menjaga perasan beby.
"Sorry nat, bukan maksudku nuduh kamu yang enggak-enggak"
"Apapun niat kamu ngomong gitu ke beby kemaren, cuma kamu yang tau nat"
"Pertanyaan tadi gak perlu kamu jawab, cukup kamu simpen dalam hati aja"
Keadaan kembali hening, aku dan viny kembali sibuk dengan pikiran masing-masing.
Huuuhhh....
"Entah lah mbak, aku masih belum bisa jawab, mungkin bener juga apa yang mbak bilang"
Kali ini viny malah tersenyum kearahku, ya... seperti biasanya, tersenyum adalah salah satu cara viny untuk menghiburku.
Dan.... matanya yang hilang akibat kedua sudut bibirnya yang tertarik keatas itu... selalu berhasil melakukan tugasnya dengan baik.
"Gakpapa kok nat, namanya juga manusia, pasti punya keinginan untuk terlihat baik di depan manusia lainnya, dan kadang.... karena keinginan itu kita bisa lupa sama tujuan utama kita"
"Aku juga kadang-kadang masih gitu kok, cukup sering malah, aku cuma gak mau kamu ngelakuin kesalahan yang sama, jadi.... kamu gak usah berkecil hati nat"
Aku hanya menganggukkan kepalaku untuk meng iya kan kalimat yang keluar dari mulut viny.
"Terus aku harus gimana mbak?, langsung aku jelasin habis ini aja kali ya mbak?"
Entah kenapa tiba-tiba wajah viny berubah menjadi agak sedikit panik.
"J j jangan malem ini nat"
Jujur aku merasa ada yang aneh dengan perubahan sikap viny yang tiba-tiba.
"Kenapa mbak?"
Bola mata viny bergerak ke ujung kanan atas, seolah-olah dia sedang mengarang alasan untuk menjawab pertanyaanku.
"Kok jadi panik sih mbak?, kenapa kemaren-kemaren mbak ngelarang aku buat ke rumah?, aku cuma mau jelasin ke dia mbak"
Karena sudah merasa frustasi, kalimat yang keluar dari mulutku seolah-olah membuatku terlihat sedang menyalahkan dan menyudutkan viny, dan sepertinya viny merasakannya.
"Kata aku jangan ya jangan dulu nat!!!!, aku udah kenal beby lebih lama daripada kamu!!!, aku lebih paham apa yang dia butuhin!!!"
Viny menjawab pertanyaanku dengan nada yang sedikit tinggi, sehingga memancing perhatian para pengunjung kafe lainnya untuk melihat kearah kami, sontak suasana canggungpun mulai tercipta.
"Misi mas, mbak, ini pesanannya"
Suasana canggung semakin terasa ketika mas-mas penjaga kafe datang kemeja kami untuk mengantarkan minuman yang kami pesan.
"Ada yang kurang?"
Aku dan viny hanya menggelengkan kepala untuk menjawab pertanyaan dari mas-mas penjaga kafe.
"Oke, selamat menikmati"
Keadaan sempat hening sejenak, kami mencoba memberikan waktu kepada seluruh pengunjung kafe untuk mengalihkan perhatiannya kearah lain.
Hmmmm...
Entah kenapa aku merasakan viny sedang menyembunyikan sesuatu, apa lagi setelah melihat sikap viny barusan, entah lah, mungkin itu tentang beby.
"M m maaf nat, tolong ngertiin aku nat, aku lebih tau apa yang beby butuhin"
"Nanti kalo sudah waktunya, aku pasti ngasih tau kamu kok"
"Please nat...., sabar dulu ya..."
Seraya berkata seperti itu, viny meletakkan telapak tangannya di atas tanganku sambil menatapku penuh harap, seolah-olah dia sedang memberikan isyarat agar aku tidak terburu-buru dan mau lebih sabar untuk menunggu.
Huuuhhh....
Kalau jurus andalannya sudah keluar, tidak ada alasan bagiku untuk tidak menuruti keinginan viny.
Aku hanya bisa mengangguk pasrah, aku menarik tanganku dari tangan viny, aku memilih untuk mengambil gelas yang berisi es kopi susu di depanku, lalu meminumnya, mungkin dengan ini aku bisa sedikit melemaskan otakku yang sedari tadi bekerja keras.
"Nih nat, kamu mau cobain punya ku nggak?"
Viny menyodorkan cangkir kopi miliknya kearahku. Karena merasa penasaran, akupun meng iya kan tawaran viny.
"Gimana nat?, enak gak?"
Aku berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan viny sambil sesekali menyeruput secangkir kopi yang ada di tanganku untuk memastikan kembali bagaimana rasanya.
"Ini emang kopi apaan mbak?"
Viny kembali tersenyum setelah mendengar pertanyaanku.
"Gak tau nat"
Akupun dibuat heran dengan jawaban viny.
Aku: "terus, kenapa kamu pesen ini?"
Viny: "hehehe, soalnya namanya keren"
Hmmmm.....
Mulai terasa ada yang aneh.
"Gak enak mbak, pait sama asem doang"
Aku menyodorkan kembali cangkir kopi milik viny kearahnya.
Tapi..., dia menolaknya, dia malah mengambil gelas es kopi susu milikku.
"Tukeran ya nat, ternyata rasanya gak enak, kayaknya enakan punya kamu deh, hehehe"
Viny berkata seperti itu sambil menunjukkan senyum jahilnya, sontak hal itu membuatku terkejut, dan tentu juga kesal.
"Yeee....., dasar!!!, pecinta kopi abal-abal"
Tawa viny pun langsung pecah setelah melihat wajah kesalku.
.
.
.
Diubah oleh akmal162 05-05-2020 03:36






nona212 dan 71 lainnya memberi reputasi
72
3.1K
Kutip
28
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan