bekticahyopurnoAvatar border
TS
bekticahyopurno
Misteri Laut Kumai : Pesan Terakhir dan 'Orang Laut'
Cerita Misteri Horor Mencekam Hilangnya Pesawat AirAsia dan Misteri 'Orang Laut' di Laut Kalimantan Tengah 



Rama baru saja menyalakan laptopnya ketika terdengar keributan disusul derai tawa Putra dan Putri, anaknya. Ia menyetel audio gadgetnya. Bunyi gamelan Kidung Kolo Sebo mengalun merdu lewat kidung-kidung jawa penuh petuah dan spritual. Derai tawa putra dan putrinya semakin keras mengalahkan suara auidio Mp3-nya. Gaduh. Diliriknya group whatshapplewat layar datar persegi empat itu. Terlihat pesan masuk ada event menulis cerita horor disalah satu platform ia menulis. 

Rasanya sudah beberapa bulan Rama tidak aktif menulis. Banyak pekerjaan di dunia nyata yang harus diselesaikan. Belum lagi setiap menulis cerita horor ia sulit menyelesaikannya. 

"Istirahat, Pa. Jaga kesehatan. Apalagi sekarang lagi musim virus Corona." Sebuah suara dari Ahya mencebik manja. Istrinya itu tau betul jika suaminya di depan laptop lupa segalanya. Rama hanya melempar senyum.



"Apa mama ingat peristiwa jatuhnya pesawat AirAsia QZ5801 dulu?"
"Iya ingat! Papa mau menulis cerita horor lagi?" 
Ahya mengintrogasi Rama. Selama ini ia marah setiap Rama menulis horor misteri. Pasalnya 'mereka' suka jahil saat ditulis ceritanya. 

Bukan Ahya membenci 'anugrah semesta' milik suaminya, hanya ia tidak rela Putra dan Putrinya diganggu. Akan tetapi melarang suaminya menulis adalah sebuah keniscayaan. 
"Iya, Ma. Boleh 'kan, Ma?"
"Boleh tapi siang hari kalau menulis, jangan malam hari!"
"Mama kok tambah cantik deh! Makasih sayang. Emuuaah!" 
Kecupan mesra mendarat dikening Ahya sebelum akhirnya buyar oleh tangisan Putra, anak pertamanya. 

Tangisan Putra membawa ingatan Rama  pada 'sosok' sebut saja namanya Jeseon. Bocah berumur sepuluh tahun berkulit putih dan bermata sipit. Seolah kembali ke masa lalu, pagi itu dua bocah sepermainan bercengkrama ....

"Koko mau pergi sama Mama dan Papa ke Singapura. Nanti Daren main dengan siapa?" 

Jesoen adalah anak dari sebut saja Baba Liang dan Nona Lie, masih paman dari sebut saja Lihang papanya Daren.

"Ada-ada saja Koko ini. Kan ada Owen, ada teman-teman yang lain." 
Daren menjawabnya dengan polos tanpa sadar. Seperti anak-anak pada umumnya mereka berdua memang teman dekat. 

"Selamat tinggal Daren. Koko mau pulang dulu ya!"

Jeseon melambaikan tangan dan kemudian pulang bersama Bibi pengasuhnya. Kalimat 'pamit' itu ia ucapkan berkali-kali dan Daren 'pun hanya membalas dengan melambaikan tangan juga.

Siapa sangka, tiga hari berikutnya ucapan itu menjadi perpisahan terakhir dan selamanya. Jeseon dan kedua orang tuanya ikut serta menjadi korban jatuhnya pesawat AirAsia di atas perairan Laut Kumai, Kalimantan Tengah dan hingga cerita ini ditulis, jasad mereka belum ditemukan. 

Perairan laut kumai hinga selat karimata  Kalimantan Tengah,  memang menyimpan banyak misteri. Menurut cerita warga keberadaan 'orang laut' maka tidak lepas dengan Putri Junjung Buih. 

"Bukanya Putri Junjung Buih pernah Papa angkat ceritanya dengan tokoh Adelia Putri Delima Badiang itu, Pa?"

Entah sejak kapan diam-diam Ahya ikut membaca tulisan Rama pada layar datar laptopnya. 

"Iya, Ma. Kenapa? Emm dari pada Mama kepo, lebih baik kalau ada yang buatin kopi, Mama tambah cantik deh."

Rama menatap miring sebelum akhirnya 'Lampir Muda' itu mencubit perutnya. 

Jemari Rama kembali menari-nari di atas keyboard, menyusun kisah yang belum juga menemukan jawabanya. Sementara 'sosok Jeseon' hanya tersenyum di pojokan kamar tempat Rama menulis. 

Berkali-kali Rama menepis bayang visual 'sosok' itu namun tidak bergeming. Wajah pucat, sorot matanya lesu seperti menyampaikan sesuatu yang entah apa? 

"Selamat tinggal Daren. Koko mau pulang dulu ya!"

Lagi dan lagi sekelebatan peristiwa aneh itu muncul, ada apa dengan 'sosok Jesion'? Rama tertegun. Telah belasan tahun laki-laki bermata elang itu menjalani 'anugrah' Tuhan. Anugrah  melihat dan merasakan 'mereka' yang tidak teraba oleh visual manusia normal.

"Selamat tinggal Daren. Koko mau pulang dulu ya!" 

Rama menghela nafas memenuhi rongga kosong dalam dada. Baru kali ini ia mengalami 'penyatuan' dengan dimensi yang selama ini setia mengikuti tidak ubahnya bayang-bayang sendiri.

Pesan apa yang sebenaranya ingin disampaikan oleh 'sosok bocah' itu? Perlahan bulu kuduk merinding, hawa dingin meresapi dan suasana semakin mencekam hingga menulis cerita tentang 'dia', Rama hentikan. Jangan menengok ke belakang, awas ada ....!!!

"Selamat tinggal Daren. Koko mau pulang dulu ya!" 

Next

Sumber; Opri 
Ilustrasi gambar : Merdeka 
NB; Jika ada kesamaan nama, tokoh, cerita, semua itu hanyalah faktor ketidaksengajaan.
Diubah oleh bekticahyopurno 18-03-2020 01:01
raaaaud20
darmawati040
nona212
nona212 dan 27 lainnya memberi reputasi
28
3.5K
59
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan