Lampu jalan telah berpendar berganti menjadi warna merah. Pertanda berhentinya kaki melangkah, ketika lari menjadi kegiatan baru, biasnya akan menjadikan sejarah baru.

Persinggahan hanya akan menyajikan perpisahan, seperti halnya halte yang hanya menjadi tempat trans metro untuk sekedar membuka pintu lalu mempersilahkan naik orang-orang yang baru. Dan mempersilahkan orang-orang lama untuk berlalu.

Persinggahan akan selalu seperti itu, kalau ingin menetap. Maka pulang menjadi pilihan yang tepat.

Cuaca akhir-akhir ini lagi asik,

Seperti siang ini, dari hujan tipis menjadi panas yang membuat meringis.

Hujan mereda, peluh keringat akibat lari telah kering berkat tiupan angin yang muncul bersama dengan hujan beberapa saat yang lalu.

Tapi kebingungan datang menyapa dengan ramahnya, selanjutnya kemana?

Pertanyaan tidak menemukan jawaban, kebimbangan tertawa dengan bahaknya. Tanpa sadar, matahari telah pulang ke peraduannya.

Malam menyapa, sepi bertamu dan suara jangrik bergantian dengan syahdu.

Lagi-lagi, cuaca lagi asik.

Malam ini hujan datang lagi dengan derasnya dan membawa ribuan pasukan membasahi teras kedai dan sesaknya jalanan. Hujan kali ini menjadi kambing hitam atas sepinya kedai kopi yang telah sering aku kunjungi. Hujan yang datang tiba-tiba, membuat lalu lalang mendadak sepi.

Sepi, kata yang terus menggaung bersama dengan berhentinya lagu, polusi suara yang berubah senyap begitu saja, hanya dengkuran lirih dari pria muda yang melepas letih.

Dengan sorotan mata telah merekam semua kejadian di bawah kanopi kedai yang sedang basah. Rekaman yang tak bisa dicetak berbentuk nyata hanya bisa diputar ulang dengan gulungan kaset yang tak pernah rusak di dalam pikiran.

Pertemuan dan perpisahan menjadi ambigu, kontradiktif dalam waktu yang bersamaan. Belum lama kita berjabat tangan dan mengucapkan salam kenal, dalam waktu yang bersamaan sudah ada dua salam yang terlontarkan. Salam kenal dan sampai berjumpa kembali


SehatxBerbahagia
Ade Fahrizal