Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

adeeefrAvatar border
TS
adeeefr
Varsha
Suara rintik hujan yang menjatuhi atap kamar kos ku terdengar nyaring sekali. Sayup-sayup suara jangkrik ikut mengiringi aku yang hendak mendatangi tempat peraduan. Bau khas dari tanah yang baru saja diguyur air hujan memberikan wewangian penenang untuk sejenak melupakan penat dari aktivitas di keseharian.


Tuhan selalu punya segala cara untuk mendamaikan semesta. Salah satunya dengan memberikan hujan. Orang-orang berteduh, saling bertukar senyum dan berbagi cerita sembari menunggu hujan reda. Tak peduli latar kehidupan dan status sosial, semua menjadi satu di teras toko tempat orang-orang berteduh.


Aktivitas yang padat di lampu merah mendadak berhenti seiring jatuhnya air hujan ke bumi. Sebagian anak berlarian dengan riang, tertawa terbahak-bahak seperti baru mendapatkan uang jajan berlebih dari ibu. Dilain pandangan, dua orang anak kecil berlarian terburu-buru menghindari hujan agar koran dagangan nya tidak basah.

Di titik ini, aku kembali bertanya apa itu keadilan atau lebih tepatnya adakah keadilan itu sendiri?


Hujan mengguyur semakin deras disertai angin kencang yang menggoyangkan pohon-pohon di sekitar perempatan Godean. Anak-anak yang tertawa riang tadi sudah tidak lagi bermain, yang ada hanya dua orang anak kecil penjual koran yang sedang berteduh dibawah atap salah satu toko yang ada. Aku menebak yang ada di dalam hatinya saat ini hanyalah ingin hujan ini segera berhenti agar mereka bisa kembali menjual sisa koran yang mereka miliki.

Aku mendekat, ternyata hujan yang turun membuat mereka merasakan dingin yang merasuk ke dalam pori-pori. Anak yang lebih pendek bereaksi terlebih dahulu, giginya merapat keras dan sesekali terdengar giginya saling beradu hingga membuat anak yang lebih jangkung tertawa geli.

Terkadang aku iri dengan mereka yang masih bisa menertawakan hal-hal kecil sekalipun walaupun keadaan mereka tidak seberuntung anak lainnya.



Hujan masih meninggalkan jejak pelariannya di tanah ini, kharisma berbalut angin sepoi yang menerbangkan asa tiap individu. Bagaimanapun juga, jejak pelarian hujan akan tercium bahkan oleh mikroorganisme di luar cakupan mikroskop sekalipun. Mungkin yang bisa menandingi wangi nya hanya parfum dengan harga yang sangat mahal yang tidak semua orang bisa memakainya.

Bercerita tentang hujan, tak jauh-jauh kaitannya denga petir. Seperti dua sahabat yang sudah berteman dari kecil, mereka selalu datang bergantian dan bahkan terkadang datang berbarengan. Mesra, kompak membuat orang-orang yang ada di bumi seketika bergidik takut mendengarnya. Mungkinkah mereka melukai? Atau mereka datang karena sedang terluka? Entah lah, tidak pernah ada yang tau.

Hujan terus mengguyur seperti tidak pernah merasa bosan bercumbu dengan bumi, datang bergerombol dan membuktikan bahwa mereka lah yang terkuat. Ya memang, ketika hujan datang banyak orang tidak bisa melakukan apa-apa hanya bersembunyi dibalik selimut untuk sekadar menghangatkan tubuh.

Seperti keadaan malam ini, aku hanya bisa berdiam diri didalam kamar kos ku yang berukuran 3x4, tidak ada yang bisa aku lakukan selain menghabiskan semangkuk mie rebus yang baru saja aku buat dan ditemani kopi panas yang juga aku buat sendiri. Ibu ku pernah bilang "jangan kebanyakan merokok dan ngopi, nggak baik untuk kesehatan". Tapi, malam ini aku kembali melanggar apa yang Ia sering katakan. Kopi dan rokok selalu menemani dalam keadaan sepi, apalagi hujan begini.

Tak selang berapa lama, aku mengambil buku harian dari rak buku yang sudah lama tak ku sentuh akibat dari pekerjaan yang memburu. Aku mulai menuliskan beberapa kata yang sudah terekam apik didalam kepala ku yang coba aku tuangkan menjadi rangkaian kalimat yang mungkin saja suatu saat nanti orang-orang dapat membaca nya. Telah banyak yang tertulis di buku harian ku, kata orang, aku sulaman kata-kata yang bila orang membacanya bisa membuat pipi merah merona. Biarlah mereka menyebutku apa, bukankah sebutan itu tidak begitu penting?

Hujan membuat semuanya menjadi sunyi, memberikan waktu untuk setiap individu merefleksikan diri, mencari arti dan pemaknaan hidup.

Hujan memberi kesempatan untuk berterimakasih kepada diri sendiri yang sudah berjuang keras sejauh ini. Hujan seabstrak realita, tidak terikat siapapun. Membingungkan.

Sudahlah, malam ini aku ingin istirahat.

Salam,

SehatxBerbahagia
Ade Fahrizal
Iqiramadan21
abellacitra
nona212
nona212 dan 14 lainnya memberi reputasi
15
329
7
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan