- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Bukan Spekulasi, Rupiah ke 15.000/US$ karena Semakin Dicintai


TS
juraganind0
Bukan Spekulasi, Rupiah ke 15.000/US$ karena Semakin Dicintai

Quote:
Jakarta, CNBC Indonesia - Di bulan April, nilai tukar rupiah di bulan April menunjukkan kinerja impresif melawan dolar Amerika Serikat (AS), bahkan melawan semua mata uang utama dari Asia hingga Eropa. Memasuki bulan Mei, rupiah mengalami koreksi yang cukup tajam, Senin kemarin rupiah melemah 1,52% dan kembali bergerak di atas Rp 15.050/US$. Sementara hari ini membukukan penguatan
Sepanjang bulan lalu, total rupiah membukukan penguatan 9,05%, dan pada akhir perdagangan 30 April berada di bawah level Rp 15.000/US$, tepatnya Rp 14.825/US$. Selain itu Mata Uang Garuda juga sukses mencatat quattrick alias penguatan empat pekan beruntun melawan dolar AS.
Melawan mata uang Asia, rata-rata penguatan rupiah di atas 8% di bulan April. Sementara melawan mata uang Eropa, rupiah menguat lebih dari 9% melawan euro dan dan franc Swiss, sementara melawan poundsterling dan krona Swedia menguat lebih dari 7%. Mata Uang Garuda hanya mencatat penguatan lebih dari 3% melawan dolar Australia.
Di saat rupiah menguat tajam, arus modal asing (hot money) keluar masuk dari Indonesia, yang menjadi indikasi adanya aksi spekulan. Pergerakan rupiah memang sangat rentan oleh keluar masuknya aliran modal (hot money) sebagai sumber devisa. Sebabnya, pos pendapatan devisa lain yakni transaksi berjalan (current account), belum bisa diandalkan.
Sehingga muncul anggapan penguatan rupiah yang terjadi merupakan aksi spekulasi para pelaku pasar. Tetapi hasil survei Reuters menunjukkan hal yang berbeda, para pelaku pasar memang semakin "mencintai" rupiah.
Survei dua mingguan yang dilakukan Reuters menunjukkan para pelaku pasar mulai mengurangi posisi short (jual) rupiah sejak awal April. Survei tersebut konsisten dengan pergerakan rupiah yang mulai menguat sejak awal April.
Hasil survei terbaru yang dirilis Kamis (30/4/2020) pekan lalu menunjukkan angka 0,58, turun jauh dari rilis sebelumnya 16 April sebesar 0,86. Angka tersebut menunjukkan penurunan dalam tiga survei beruntun, sejalan dengan penguatan rupiah di bulan April.
Survei dari Reuters tersebut menggunakan rentang -3 sampai 3. Angka positif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) terhadap dolar AS dan jual (short) terhadap rupiah, begitu juga sebaliknya.
Semakin rendahnya angkat positif di hasil survei tersebut menunjukkan pelaku pasar semakin menurunkan posisi long dolar AS, yang berarti perlahan-lahan rupiah kembali diburu pelaku pasar.
Di bulan Maret, rupiah mengalami gejolak, hingga menyentuh level Rp 16.620/US$ yang merupakan level terlemah sejak krisis moneter 1998. Hasil survei Reuters kala itu menunjukkan angka 1,57, artinya posisi jual rupiah sedang tinggi.
Sementara itu sebelum bulan Maret, hasil survei Reuters tersebut selalu menunjukkan angka minus (-) yang berarti pelaku pasar mengambil posisi short dolar AS dan long rupiah. Ketika itu rupiah masih membukukan penguatan secara year-to-date (YTD) melawan dolar AS.
Di bulan Januari, rupiah bahkan menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di dunia alias mata uang dengan penguatan terbesar. Saat itu bahkan tidak banyak mata uang yang mampu menguat melawan dolar AS. Hal tersebut juga sesuai dengan survei Reuters pada 23 Januari dengan hasil -0,86, yang artinya pelaku pasar beli rupiah.
Rupiah bahkan disebut menjadi kesayangan pelaku pasar oleh analis dari Bank of Amerika Merryl Lycnh (BAML) saat itu.
"Salah satu mata uang yang saya sukai adalah rupiah, yang pastinya menjadi 'kesayangan' pasar, dan ada banyak alasan untuk itu" kata Rohit Garg, analis BAML dalam sebuah wawancara dengan CNBC International Selasa (21/1/2020).
Kepanikan Global Mereda, Rupiah Perkasa
Sumber
https://www.cnbcindonesia.com/market...makin-dicintai
Semakin dicintai






crazzyid dan 15 lainnya memberi reputasi
16
658
Kutip
7
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan