Kaskus

Story

miss.autumnAvatar border
TS
miss.autumn
Paper, 2020 (A story from one heart)
Chapter 1 : Know You

Tell Me What It Is About You That I Can’t Forget


 (Unknown Brain ft. Bri Tolani - Why Do I )


"Seputar kita yang berkelana dalam perihal melupakan, memulai, dan mencoba menerima"

Tasikmalaya         


Aretha Almarina Alivia kini tengah sibuk dengan ransel hitamnya. Dia berulang kali mengecek isi ransel yang telah ia susun selama hampir 30 menit itu, memastikan apakah semua barangnya telah lengkap atau belum. Pasalnya, Aretha besok pagi hendak mengikuti liputan aksi buruh di Bandung. Kebetulan, liputan aksi ini bisa dibilang liputan paling menantang bagi Retha. Biasanya, Retha hanya ikut liputan aksi dikampus ataupun di Kota Tasik, namun sekarang ia harus memberanikan diri liputan ke Bandung. Jadi, segalanya harus dipersiapkan secara sempurna, terutama PDH (Pakaian Dinas Harian), Jaket Media, dan juga Id Card Pers nya.


“Lo beneran mau liputan aksi Re?”, tanya Alia yang merupakan tetangga sebelah kamarnya. Retha hanya bisa mengangguk pasrah dan tetap fokus membereskan isi ranselnya.


“Lo disana bakalan aman kan? Powerbank gua bawa ya, biar Hp lo nyala terus. Eh, lo udah izin belum sama orang tua lo?”


Pertanyaan Alia sukses membuat Retha bungkam. Bahkan, untuk mengabari kedua orang tua nya perihal liputan kali ini saja Retha merasa ketakutan. Sudah dipastikan orang tua nya tidak memberi izin, terutama ibunya yang memiliki tingkat parno yang tinggi. Namun, Retha harus tetap melakukan liputan ini. Selain tugas besar, ia juga merasa ini sudah menjadi tanggung jawabnya. Anak-anak Redaksi yang lain tengah melaksanakan Ujian Tengah Semester, hanya Program Studi Retha yang Ujian Tengah Semesternya dilaksanakan minggu depan, alias gelombang dua. Ya, dikampus Retha, semua program studi memang memiliki kebijakan masing-masing.


“Belum si, gua niatnya ga ngabarin mereka dulu”, jawab Retha lemah sembari memandang kosong kedepan.


“Pukkkkk”. Sebuah pulpen sukses mendarat di kening Retha.


“Aduhh, lo kenapa siiiii? Sakit niii kalo benjol gimana?”, kesal Retha sembari mempoutkan bibirnya.


“Woy bambanggg!! Aduh sumpah gua kesel ya sama lo! Cah ayu, Aretha Almarina. Dosa tau bohongin orang tua, tar kena karma lu!!”, geram Alia


“Hush, serem. Udah deh, gua bakalan baik-baik aja. Lagian gua tetep izin kok, Cuma bilangnya mau ngerjain tugas di bandung si”


Alia hanya memutar bola matanya pasrah. Enggan menanggapi keputusan Retha, lagian gadis itu sudah pasti susah diatur. Dengan penuh perhatian, Alia pun mengambil 3 buah susu kotak rasa cokelat dari ranselnya, dan memasukkannya pada ransel retha.


“Jangan lupa minum ini. Inget, gua gamau ya. Lo balik ke Tasik malah sakit, pokoknya gua gamau tau. Lo harus tetep sehat dan baik-baik aja, oke?”


“Siap ibu Negara kuu”, jawab Retha sembari tersenyum hangat pada Alia.


Retha dan Alia sahabatan sejak SMA, kebetulan mereka sedaerah. Jadi bukan hal aneh, jika mereka sudah seperti saudara kandung.  Retha jurusan Sastra Inggris, sedangkan Alia jurusan Keperawatan. Mereka sama-sama anak sulung, dan kebetulan memiliki banyak kesamaan, jadi sudah tidak heran jika mereka bisa sedekat itu.


Selesai dengan urusan ranselnya, Retha lalu beranjak ke tempat tidurnya. Waktu menunjukkan pukul 21:38 WIB, dan ia belum mengantuk. Akhirnya, ia memutuskan untuk mencari tahu informasi seputar aksi besok pagi, supaya ketika disana ia sudah preparebanyak hal.


*********                     


Bandung


“Halo, kembali lagi bersama liputan langsung Angkasa Media. Kali ini sedang berlangsung aksi demo buruh yang berlokasi di Jalan Buah Batu No. 3. Aksi ini dipelopori oleh para buruh yang merasa terdiskriminasi oleh kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah……..”


“Brukkk”


Ketika Retha sedang melakukan live report, tiba-tiba saja kerumunan massa berlarian hingga menabrak tubuh Retha. Sontak, Retha jatuh dan dikerumuni oleh massa yang juga ikut terjatuh. Aldar, yang merupakan partnerliputan Retha panik dan dengan cepat mengajak Retha untuk pergi dari lokasi dikarenakan Polisi tiba tiba saja melempar gas air mata untuk membubarkan para massa. Dengan langkah gemetar, Retha mencoba lari dan mencari tempat yang aman bersama Aldar. Ketika menemukan sebuah Mushola, mereka berhenti disana, dan duduk di pelataran Mushola.


“Re, lo ga apa apa?” Tanya Aldar khawatir melihat muka Retha yang pias.


“Engga. Gua baik-baik aja. Cuma agak pusing”, jawab Retha lalu meminum sebotol Air Mineral.


“Yah, video tadi ngga ke saveRe, pas lo lagi live report”, sesal Aldar ketika melihat-lihat isi dari Kamera yang ada di tanggan kanannya.


“Ga apa-apa Dar, lagian kan tadi kita udah uppas keadaan aksinya”, jawab Retha tenang sembari melepas sepatunya.


Sorryya Re, tadi gua kaget liat lo jatoh. Trus, salah gua juga ga merhatiin keadaan”, ucap Aldar dengan perasaan yang ga enak.


“Lo kenapa si? Udah lah santai aja. Eh, sholat dulu yuk, udah Adzan nih”, ajak Retha sembari mengalihkan pembicaraan agar Aldar berhenti mengungkit soal liputan barusan.


“Oke”, jawab Aldar lalu melangkahkan kakinya untuk mengambil air Wudhu.


************                

Selesai Sholat, Retha dan Aldar memutuskan untuk kembali ke Tasik, karena aksi sudah selesai dan massa pun telah bubar sepenuhnya. Namun, saat hendak merapihkan barang-barangnya, Retha baru sadar jika ia kehilangan barang penting, Id Card Pers nya. Hal itu tentunya membuat Retha panik ketakutan, pasalnya bisa saja ada pihak yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan identitasnya. Selain itu, tanpa Id Card resmi tentunya Retha tidak bisa melakukan liputan, karena hal itu sudah menjadi aturan dari organisasinya.

“Dar, gimana dong? Aduh gua takut”, tanya Retha dengan wajah cemasnya.


“Tenang Re, ayo kita cari ketempat yang tadi”, usul Aldar.


Dengan langkah tergesa, Retha berharap agar Id Card nya masih berada disana. Namun, sayangnya setelah mencari beberapa kali, Id Card itu tetap tidak ditemukan.


“Udah Re, santai aja. Nanti kan masih bisa bikin Id Card baru, mending sekarang kita balik. Udah mendung, dari pada nanti kehujanan di jalan kan?”


Dengan pasrah Retha mengangguk dan mengikuti saran dari Aldar, sembari berdoa agar Id Card nya tidak disalah gunakan oleh seseorang yang tidak bertanggung jawab. Sepanjang perjalanan pulang, Retha hanya bisa diam. Fikirannya melayang ke ucapan Alia kemarin malam.


“Cah ayu, Aretha Almarina. Dosa tau bohongin orang tua, tar kena karma lu!!”


Aduh, sepertinya Retha harus jujur dan minta maaf langsung ke orang tua nya.


*****       


Bandung


“Al, lo yakin anak-anak tinggal disekitar tempat ini?”


”Ini tempat bekas aksi beberapa jam yang lalu, gua yakin anak-anak pada trauma denger suara rusuh-rusuh”


Alandra dan salah satu temannya Alfath, yang biasa dipanggil “Fath”, sedang mencari kelompok anak jalanan yang akan mereka ajar. Al dan kawan-kawannya mendirikan komunitas sejenis volunteer yang mereka urus sekitar satu tahun belakangan ini. Para Volunteer yang bergabung, biasanya mayoritas mahasiswa, namum ada juga pemilik usaha dagang yang ikut bergabung, khususnya untuk memberikan bantuan dana secara langsung kepada anak jalanan. Komunitas ini biasanya memberikan pendidikan gratis ke anak jalanan. Selain itu, setiap minggunya, para volunteer biasanya mengadakan kumpul bersama, sekedar berbagi cerita dan memotivasi anak-anak ataupun berbagi makanan bersama.


“Tukkk…”, tanpa sengaja sepatu Alandra menginjak sesuatu, setelah Al lihat ternyata sebuah Id Card.


“Angkasa Media? Aretha Almarina? Kaya kenal”, gumam Al.


“Weitss bro. kayanya mereka ada di gubuk deket sungai deh. Kuy kesana”


Mendengar Alfath yang memberikan arahan, Alandra pun dengan segera mengikuti Alfath sembari memasukkan Id Card itu pada saku jaketnya. Setelah beberapa menit berjalan, Al pun melihat kerumunan anak-anak yang sedang bermain kelereng.


“Hai adek-adek”, sapa Al dengan ramah.


“Aa kadieu? Bade naon a kadieu? Aa nyandak emameun ?”(Aa kesini? Mau apa Aa kesini? Aa bawa makanan ?”)


Al hanya tersenyum mendengar penuturan bocah polos itu. Bayangan Al berkelana pada saat Al masih seusia mereka. Pada saat itu, Al belum mengerti bagaimana kerasnya hidup. Hidupnya terlampau sempurna, memiliki ayah dan ibu yang perhatian, hidup serba berkecukupan, bahkan jadi anak emas di tengah keluarganya. Apapun keinginannya pasti dituruti, berbeda dengan anak-anak ini. Untuk makan saja mereka kesulitan, apalagi untuk hal yang lainnya seperti mengenyam pendidikan? Itulah yang menjadi alasan Al untuk  mendirikan komunitas ini. Selain ingin berbagi, Al juga ingin mereka mendapatkan hidup yang lebih baik di masa depan.


“Aa bawa makanan, makanan nya masih di mobil tapi. Ayo kita ke mobil Aa, nanti kalian makan bareng-bareng ya”


“Asikk, ayo A. abi atos lapar”(Asik, ayo A. aku sudah lapar)


Sore itu, dengan Id Card di saku jaketnya, Al berbagi dan mendengar cerita anak-anak tentang aksi pagi tadi.


“Sadayana lari A, loba polisi. Tos jiga perang wae”(Semuanya lari A, banyak polisi. Sudah seperti perang saja)


“Lain kali, kalo ada aksi kalian menjauh ya. Demi keselamatan kalian juga”, ucap Al sembari mengusap salah satu kepala anak yang tengah bercerita itu.


“Siap A”, jawab mereka serempak.


*********                        


Tasikmalaya


“Hatchimmmm….”


Berulang kali Aretha bersin hingga membuat hidungnya merah. Pasalnya, setelah sampai dikosannya, Aretha malah langsung tidur dan lupa melepas jaketnya yang basah karena gerimis. Dengan kepala yang pening, Aretha mencoba meraih Hp nya yang ada diatas nakas dekat tempat tidurnya. Aretha membuka Whatsappnya dan menerima banyak pesan, terutama dari Pemimpin Redaksi. Aretha menepuk keningnya, ia lupa bahwa deadline tulisan maksimal 3 jam setelah liputan dan sekarang hanya tersisa waktu setengah jam untuk membuat Berita Aksi yang tadi. Dengan lemas, Aretha pun secepat kilat bangkit dari tempat tidur, menyalakan laptop nya, dan menulis berita aksi tadi.


“Aduh, ini kayanya Anemia gue kambuh deh. Pusing banget huhu”


Sisi cengeng Aretha mulai muncul tatkala ia sakit. Seperti sekarang ini, ia hanya meringkuk lemas dikasur sembari menangis pelan setelah selesai membuat berita tadi. Id Card nya hilang, obat Anemia nya habis, sekarang sudah tengah malam, terlalu beresiko untuk keluar. Dengan suara parau, ia pun menghubungi Ibunya. Tentu Ibunya panik luar biasa mendengar suara isak tangis Aretha, beliau bahkan marah besar perihal liputan aksi yang Aretha lakukan.


 Ibu      : “Mba, kamu kenapa? Ibu ga pernah ajarin kamu bohong?”


Retha : “Ibu, maafin Retha. Retha tahu Ibu ga bakal ngizinin Retha liputan. Jadi, Retha terpaksa bohong bu, maaf bu”


Ibu    : “Mba, kamu sudah dewasa. Ibu percaya kamu bisa jaga diri, Ibu percaya kamu anak yang baik, tapi kamu malah bikin kecewa Ibu sama Bapak”


Retha  : “Ibu maaf. Hiks…. Hiks… hiks Retha salah bu”


Ibu   : “Yo wis. Sudah terjadi, mau bagaimana? Sekarang, kamu minum susu biar panasnya turun. Jangan makan mie, kalo kamu laper go foodsaja mba. Beli sop ayam”


Retha  : “Iya Ibu, makasih ya Ibu sudah mau maafin Retha. Maafin Retha ya bu”


Ibu    : “Ya sudah. Istirahat dulu, Ibu belum maafin kamu. Ibu maafin kamu kalo kamu pulang besok”


Retha : “Tapi Bu, Retha mau UTS”


Ibu  : “Pulang atau Ibu tetep marah? Sudah malam, tidur ya nduk. Ibu mau istirahat. Wassalamualaikum”


Retha hanya mampu menghela nafasnya pasrah. Sebenarnya, Retha juga ingin pulang karena sudah lama ia tidak pulang ke rumah, terakhir pulang mungkin sekitar 2 bulan yang lalu. Namun, sayangnya waktunya kurang tepat. Beberapa hari lagi Retha akan melaksanakan UTS, sedangkan perjalanan Tasik-Jogja memakan waktu sekitar 5 jam dengan kereta, itupun biasanya pemberangkatan pukul 2 pagi, belum lagi kondisi nya sedang tidak fit. Terlalu beresiko untuk pulang, namun Retha juga tidak ingin Ibu nya  terus marah.


“Hmm, ya sudah” pasrah Retha sembari menenggelamkan wajahnya pada bantal yang ada di sebelahnya.


***               


Bandung


Al menghempaskan tubuhnya dikasur setelah seharian ini fullngampus dan mengunjungi anak-anak jalanan. Baru beberapa detik memejamkan matanya, Hp nya berbunyi dan tertera nama Ibu di layarnya. Al pun menggeser ikon berwarna hijau dan menyapa ibu nya. Sudah menjadi kebiasaan bagi orang tua Al untuk selalu menghubungi anak sulung nya tepat pada pukul 21:00 WIB. Selain memastikan keberadaan Al, mereka juga akan bertanya aktivitas apa saja yang telah Al lakukan. Meski terkesan seperti anak mommy, namun rasanya Al sangat bersyukur atas perhatian penuh Ibu dan Ayahnya.


Ibu : “Mas Adhi, besok jadi pulang?”


Al   : “Iya bu, Ibu mau dibawakan apa?”


Ibu : “Ibu mau Rengginang asli Cilacap mas”


Al   : “Siap ndoro. Nanti Al mampir dulu ke sentral oleh-olehnya”


Ibu : “Hati-hati mas nyetirnya. Jangan ngebut, ya”


Al   : “Iya bu, kaya biasa Adhi dari Bandung habis Maghrib”


Ibu : “Yo wismas, ibu mau istirahat. Kamu istirahat juga ya mas”


Al   : “Siap ibu sayang”


Setelah selesai berbincang pada sang Ibu, Al pun melepaskan jaketnya dan pergi ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya.


“Pukkk….”, Sebuah benda jatuh dari saku jaketnya.


“Id Card nya Aretha. Ini pasti penting. Gua gada kontaknya lagi. Eh iya, besok sekalian mampir ke kampusnya kali ya? Buat balikin ini. Kasian juga soalnya”, gumam Al.


Al pun dengan segera memasukkan Id Card itu pada ransel hitamnya, agar benda itu tidak hilang sebelum kembali pada pemiliknya.


***


Tasikmalaya


“Re, ya ampun. Lo pucet parah, ke dokter yuk?”, tawar Kak Ara yang sedang rebahan disekre UKM. Dia kaget melihat Retha yang datang dengan wajah pucat.


“Ini belum pake lipstickdoang. Gua ga apa-apa kak”, jawab Retha santai.


“Serius?”, tanyak Kak Ara memastikan.


“Iya kak, ini gua mau numpang nugas disekre. Soalnya, gua mau balik malem ini”, jelas Retha.


“Gua juga mau balik ini. Berarti kunci sekre lo bawa atau nanti lo gantung aja ya belakang pintu. Take caredijalan ya re. Salam buat keluarga”, ucap Kak Ara sembari melenggang pergi dari lingkungan sekre.


Kak Ara, yang merupakan Pemimpin Redaksi di Angkasa Media adalah kakak tingkat Aretha. Meski beda jurusan, namun Retha terbilang cukup dekat dengan kakak tingkatnya itu. Seperti sekarang, biasanya mereka nugas bareng di Sekre. Selain wi-finya bagus, Retha suka aja komunikasi sama kakak tingkatnya yang satu ini. Orangnya keliatan cuek dari luar, tapi sebenernya ramah banget kalo udah deket. Trus, jiwa Ke-ibuannya juga patut diacungi jempol. Makannya tidak heran jika ia begitu peka dengan keadaan Retha barusan.


Perasaan Retha, ini baru pukul 5 sore, tapi entah kenapa pandangannya gelap. Kepala nya pusing, dan badannya terasa sangat lemas. Akhirnya retha pun memutuskan untuk  menutup laptopnya dan berniat balik ke kost an. Tepat saat dia menutup dan mengunci pintu sekre, seorang cowok pake hoodie hitam nyamperin dia. Itu adalah Alandra, dengan memakai Topi Hitam favorit nya.

“Maaf, ada perlu apa ya A?”, Tanya Aretha dengan nada khawatir (A itu artinya kakak. Panggilan buat ke cowok yang biasanya lebih tua dari kita, khususnya di Tasik). Masalahnya, ini Aretha ngerasa pusing banget udah kaya mau pingsan, dan tiba-tiba dateng seorang cowok asing yang gak pernah Aretha liat sebelumnya. Selain itu, hanya tinggal mereka berdua yang masih berada di lingkungan sekre UKM.

“Oh ini, Saya mau balikin Id Card Pers Angkasa Media. Kemarin saya nemu di tempat Aksi yang ada di Buah Batu”. Aretha mau senyum bahagia dan sujud syukur rasanya, tapi sayangnya rasa pusingnya lebih mendominasi.

“oh iya.. mmm..”                      


Dengan segera Alandra menahan tubuh Aretha saat gadis itu hendak jatuh pingsan. Alandra panik bukan main, beruntungnya Aretha masih sadar walau suaranya lemas. Tanpa memikirkan banyak hal, Alandra menggendong gadis itu ke mobilnya, lalu melajukan mobilnya ke Klinik terdekat. Beruntungnya, Kampus Aretha terletak di wilayah strategis, namun alur lalu lintasnya tetap lancar tanpa adanya macet. Hanya dalam waktu 3 menit, Alandra berhasil menemukan sebuah Klinik. Sekarang, Aretha sedang diperiksa oleh Dokter. Gadis itu masih terlihat pucat pasi dan juga lemas. Ternyata, hal itu akibat dari Anemia nya yang kambuh. Ya, belakangan ini Aretha sering begadang karena tugas kampusnya, belum lagi tugasnya di Media. Pola makannya juga tidak teratur, sehingga seringkali ia melewatkan waktu sarapannya.

“Gua Alandra. Kebetulan kemaren gua nemu Id Card lo pas lagi ada kegiatan kampus deket tempat Aksi”, jelas Alandra saat melihat raut wajah Aretha yang masih kebingungan.


“Nama gua Aretha, makasih banyak ya. maaf juga gua malah ngerepotin”, sesal Aretha. Kenapa juga tadi dia harus pingsan di depan orang asing?


“Lo ga inget gua ya?”, tanya Al bergumam pelan.


“Hnggg… kenapa Alandra? Maaf barusan gua gak denger lo ngomong apa”, ucap Aretha sembari memandang bingung wajah cowok yang ada di depannya.


“Engga, gua ga ngomong apa-apa. Btw, Lo mau kemana abis ini?”, tanya Al sambil senyum ga jelas. Entah kenapa liat muka Aretha yang kebingungan jadi hiburan tersendiri.


“Ke kost-an, harus preparebuat pulkam soalnya”, jawab Aretha sembari beranjak bangun dari kasur klinik.


“Mau pulkam kemana?”, tanya Al kepo. Padahal dia sendiri udah tau sebenernya jawaban Aretha.


“Ke Jogja, ke Magelang”, jawab Aretha pelan. Aretha tampaknya merasa agak risih dengan tingkah laku Al yang SKSD.


“Lah…”, jawab Al sembari tersenyum bahagia.


“Kenapa?”, Aretha hanya menunjukkan ekspresi anehnya. Alandra ini baru ia kenal sekitar 15 menit yang lalu, namun tampaknya Alandra sudah seperti menganggap Retha teman dekatnya, bukan teman barunya.


“Kita searah. Gua juga pulkam ke Magelang. Mau bareng?”, tawar Alandra.

To be continue............................................


 

nona212Avatar border
.tioAvatar border
husnamutiaAvatar border
husnamutia dan 61 lainnya memberi reputasi
62
2.2K
26
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan