- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Cinta dan Air Mata


TS
Ninaahmad
Cinta dan Air Mata

Tak Cukup Hanya dengan Kata Cinta
Quote:
Sejujurnya untuk membuka kembali lembaran cerita ini, sama saja menyayat luka lama yang hampir mengering. Cerita ini telah berlalu termakan usia bahkan sudah puluhan tahun. Butuh perjuangan tuk menahan air mata untuk merangkai kata.
Aku, sebut saja Dian Ayu Mahendra, kala itu aku tercatat sebagai Mahasiwa Semester Lima di Fakultas Kesehatan Masyarakat. Tak banyak orang seberuntung diriku, terlahir ditengah keluarga yang cukup lumayan mampu menopangku untuk melenggang masuk ke Universitas. Ini penggalan kisah saat ku mulai mengenal yang namanya jatuh cinta. Usaha di dukung oleh keberuntungan mengantarku terdaftar sebagai mahasiswi disebuah Universitas ternama dan terbesar di Indonesia Timur. Kampus Merah disinilah cerita tentang cinta dan cita – citaku dimulai.
Cerita saat menimba ilmu mungkin tidak terlalu berbeda dengan mahasiswa lain. Dan cerita cinta lebih menarik untuk aku tuangkan dalam penggalan kisah ini. Saat pertama kali menyandang status mahasiswa saat itu juga kumulai menjalin kisah dengan seorang pria yang perbedaan umur jauh, sosok pria itu cukup pendiam dan sangat pendiam menurut penilain kawan kawan seperjuanganku. Kisah bersamanya berakhir tidak cukup manis, perbedaan karakter diantara kami tak mampu membuatku bertahan disisinya.
Hingga sosok pria lebih muda, 3 tingkatan dibawahku membuatku mampu bertekuk lutut. Sosok penuh perhatian dengan kecemburuan diatas rata rata. Untuk menghabiskan waktu dengan sahabat sahabatku semua harus dengan seizinnya. Hingga membuatku lelah dan memilih untuk menutup kisah cinta bersamanya. Namun keinginanku tidaklah bersambut, hingga aku hidup dalam bayang bayang ketakutan. Saat aku butuh perlindungan saat itu hadir sosok pria penuh wibawa, awalnya perkenalanku dengan dia benar benar hubungan hanya sebagai mahasiswi dan seorang pengajar muda.
Awal kebersamaan boleh dikatakan kami simbiosis mutualisme, sama halnya dengan mahasiswa lain awalnya saya tidaklah istimewa buat dia, begitu pula sebaliknya. Sepintas lalu, tak ada hal istimewa dimataku. Hingga suatu hari, yang berawal dari ketidak hadiranku pada ujian tengah semester pada mata kuliahnya membuatku harus berurusan dengannya diluar jam kuliah. Saat itu saya menjalani semester tujuh bersamaan dengan penelitianku yang menjadi salah satu syarat untuk melangkah pada tugas akhir. Siang itu, rasa lelah mendera memaksaku untuk kembali ketempat kost dan akhirnya tertidur. Deringan telepon pun memaksaku untuk membuka mata, panggilan dari Koko Sahabatku
“Kamu dimana?” Tanyanya
“Dikost! lagi tidur, ngantuuuuuk.” Jawabku setengah beteriak
“Hei, kamu tau nggak kita mau ujian” Ucap Koko
“Haaaah, dosen udah ada nggak?” Tanyaku
“Iya, udah masuk di kelas.”
“Haaaah, jadi saya mesti gimana?”Tanyaku
“Entar saya tanyain kedosennya, lanjut aja tidur.” Jawabnya
“Ok! Makasih ya.” Jawabku
Keesokan harinya, jam menunjukkan pukul 13.00 Siang itu aku melangkah kaki ke MKU . Sesuai kesepakatan aku harus menemui dosen bersangkutan sebagai konsekuensi atas ketidakhadiranku pada ujian kemarin. Mengumpukan seluruh keberanian, dan menepis semua rasa malu kucoba menyapanya
“Maaf Pak, Kemarin saya nggak ikut ujian, saya mahasiswa kelas 33B.” Kuberanikan diriku memperkenalkan diri
“Trus, mau apa?” Tanyanya dengan nada sinis
“Kemarin saya tidak ikut ujian Pak.! saya tidak tau klo ada ujian, lagian saya lelah sekali penelitianku sangat menyita waktuku, mohon diberi keringanan Pak.” Jawabku.
“Kamu maunya gimana?” Tanyanya
“Terserah bapak saja.” Jawabku pasrah
“Yuk ikut aku!.” Jawabnya sambil melangkahkan kaki menuju ruangan yang cukup besar.
“Trus, mau apa?” Tanyanya dengan nada sinis
“Kemarin saya tidak ikut ujian Pak.! saya tidak tau klo ada ujian, lagian saya lelah sekali penelitianku sangat menyita waktuku, mohon diberi keringanan Pak.” Jawabku.
“Kamu maunya gimana?” Tanyanya
“Terserah bapak saja.” Jawabku pasrah
“Yuk ikut aku!.” Jawabnya sambil melangkahkan kaki menuju ruangan yang cukup besar.
Sejenak kumelirik kiri kanan, nampak beberapa pengajar mondar mandir dalam ruangan itu. Beberapa diantaranya sibuk dengan kerjaan didepan meja kerja masing-masing. Sesekali saya menyapa dengan senyum dan anggukan kepala kepada beberapa dosen yang ada diruangan itu
“Duduk.” Ujarnya sambil menujukkan kursi kosong dipojok ruangan kecil
Didepanku terlihat meja kecil dan sebuah Laptop dan 1 kalkulator berukuran cukup besar. Terlihat dilayar Laptop nampak file Excel terbuka, sejenak keperhatiakan file tersebut
“Kenapa?” Tanyanya, seolah menebak ada pertanyaan dikepalaku saat itu.
“Emmm bapak kerja apa?” Maksudku file ini.” ujarku sambil menunjuk di layar Laptop.
“Oooooo itu, Bapak pusing kerja begituan, benar benar Bapak tidak paham kerja perhitungan di excel.” jawabnya
”Benaran bapak tidak tau?” Tanyaku penuh selidik dan ragu. Saya bisa bantu, saya cukup menguasai excel kok Pak.! Saya jamin saya bisa mengerjakan 10 tabel tidak sampai 20 menit” ujarku kembali menyambung pembicaraan
Didepanku terlihat meja kecil dan sebuah Laptop dan 1 kalkulator berukuran cukup besar. Terlihat dilayar Laptop nampak file Excel terbuka, sejenak keperhatiakan file tersebut
“Kenapa?” Tanyanya, seolah menebak ada pertanyaan dikepalaku saat itu.
“Emmm bapak kerja apa?” Maksudku file ini.” ujarku sambil menunjuk di layar Laptop.
“Oooooo itu, Bapak pusing kerja begituan, benar benar Bapak tidak paham kerja perhitungan di excel.” jawabnya
”Benaran bapak tidak tau?” Tanyaku penuh selidik dan ragu. Saya bisa bantu, saya cukup menguasai excel kok Pak.! Saya jamin saya bisa mengerjakan 10 tabel tidak sampai 20 menit” ujarku kembali menyambung pembicaraan
“Baik.! saya mau liat kemampuan kamu, jika kamu bisa mengerjakan dengan baik, kamu bebas minta nilai apa saja pada mata kuliahku. Dan tidak perlu ikuti mata kuliahku selanjutnya, untuk ujian finalnya pun tidak perlu, untuk absen pada saat perkuliahan saya yang akan menemui kamu” Jawabnya sambil menyodorkan beberapa lebar karya tulis dan buku paket
“Nah, disini ada sebagai bahan rujukan, silahkan bekerja.! jika sudah selesai saya menunggu kamu ditempat pertama kau menemuiku tadi. Jangan lupa bawa laptop ini dan tunjukkan hasil pekerjaan kamu dan saya akan menepati janjiku untuk memberimu nilai sesuai permintaan kamu.” Ujarnya seraya berlalu dengan mimik wajah yang masih nampak ragu padaku
Aku kemudian begelut dengan file-file Excel, dan mulai mengotak-atik angka demi angka. 15 Menit berlalu dan semuanya rampung kukerjakan dengan sempurna
“Pak, saya telah selesai mengerjakannya dengan baik, silahkan bapak memeriksanya. Jika ada kesalahan saya akan revisi kembali” Ujarku sambil menyodorkan laptop.
Sejenak nampak dia pun memulai memperhatiakn satu per satu tabel pekerjaan ku pada layar Laptop
Sejenak nampak dia pun memulai memperhatiakn satu per satu tabel pekerjaan ku pada layar Laptop
“Good Job! Sebagai imbalannya akan saya berikan nilai sesuai permintaan kamu.” Ujarnya sambil mengacungkan 2 jempolnya padaku.
Perputaran waktu begitu cepat, hingga tak terasa hubunganku dengan Pengajar Muda itu bukan lagi sebatas Pengajar dan Mahasiswa. Hubungan kami berjalan begitu saja tanpa ada komitmen, namun kami sering menghabiskan waktu bersama hanya sekedar ngobrol atau sekedar nonton di bioskop bersama teman-teman kost. Terkadang pada saat libur pun aku menghabiskan waktuku di rumahnya. Banyak hal yang kami obrolkan saat bersama namun kami lebih banyak mengobrol persoalan Kampus.
Dia hanya tinggal sendiri di rumahnya. Rumahnya terbilang luas untuk ukuran sendiri. Malam itu tidak seperti biasanya diapun menemuiku dan mengajakku untuk menikmati udara malam kota angin Mammiri. Saat itu malam sudah cukup larut, dalam perjalanan yang ada hanya keheningan sesekali dia nampak menghela nafas panjang, dari gelagatnya saya bisa membaca bahwa pikirannya lagi kalut. Namun saya tidak punya keberanian untuk memulai pembicaraan.
“Boleh tanya sesuatu nggak?“ Tanyanya memecah keheningan
“Tanya apaan?” Jawabku
“Jawab dulu dong, boleh atau nggak?” Ujarnya sambil memegang kepalaku Tapi segera kutepis tangannya
“Iyya, boleh.” Jawabku
“Apa kamu senang dengan keadaan kita seperti ini?” Tanyanya
“Maksudnya?” Ucapku
“Selama ini kan, hubungan kita barangkali semua orang tau kalau kita sering menghabiskan waktu bersama tapi apa kamu nggak pernah merasa keberatan dengan situasi seperti ini, ibarat kata tanpa ada ujung pangkal tanpa ada kejelasan” Ucapnya
“Entahlah” Kujawab dengan begitu saja
“Tapi saya boleh jujur nggak kekamu?”Tanyanya
“Boleh.” Ujarku
“Tapi saya harap kamu tidak kecewa ataupun sakit hati. Sejujurnya jika boleh memilih saya ingin selamanya begini, kita dekat tapi, saya juga merasa sangat bersalah dan berdosa kekamu jika selamanya saya menutupi identitasku yang sebenarnya kekamu.” Ujarnya
Aku terdiam dan hanya menatapnya sejenak lalu menghela nafas panjang.
“Kamu tau nggak klo saya sudah beristri, saya menikah muda karena orang tua mengingingkan pernikahan itu. Namun 2 tahun terakhir ini saya pisah dengan dia dan belum perpisahan resmi, orang tualah alasanku untuk tidak menggugat cerai padanya.” Ujarnya
Kusandarkan bahuku ke jok mobil dan tak terasa air mataku menetes, saya bingung mau jawab apa saat itu, dia pun meraihku dan saya menepis tangan dia. Dan saat itu aku bertekad untuk melupakan semua cerita yang pernah ada. Siapapun yang merasa ane ceritain di sini ane cuma punya satu pertanyaan dan satu pernyataan
Pertanyaan : Sedalam itukah rasaku padamu, hingga rasa sakit yang kau torehkan mampu mengikis habis rasa percayaku pada sosok pria lain?
Pernyataan : Cintai orang sepenuh hati yang telah halal bagimu agar kau tak meraskan sakitnya kehilangan. Cinta nggak sebercanda itu, saat kau membuka hatimu pada cinta yang tak halal saat yang sama kau harus siapkan separuh hatimu untuk terluka
Penulis : ninaahmad
Diubah oleh Ninaahmad 09-05-2020 00:41






zafranramon dan 64 lainnya memberi reputasi
65
1.3K
33


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan