- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
AS Episentrum Corona, Pemerintah Diminta Tak Terlalu Harap Ventilator dari Uncle Sam


TS
Akong.Jiugui
AS Episentrum Corona, Pemerintah Diminta Tak Terlalu Harap Ventilator dari Uncle Sam
.
[/
[cAnggota Komisi IX DPR RI Saleh Partaonan Daulay mengapresiasi tawaran Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait bantuan ventilator ke Indonesia untuk penanganan COVID-19. Namun menurutnya, pemerintah perlu memperhatikan dan mencermati bahwa negeri Paman Sam sendiri sangat memerlukan ventilator di negaranya.
Mengingat sampai saat ini, dilaporkan bahwa penyebaran virus corona di AS sudah mencapai 938.154 orang. Sementara, korban meninggal dunia sudah mencapai 53.755 orang atau seperempat dari total jumlah meninggal di seluruh dunia. Angka ini menjadikan AS sebagai episentrum pandemi dunia.
“Amerika saat ini menghadapi persoalan serius dengan Virus Corona. Ini adalah isu utama yang diperbincangkan di negara tersebut. Semua aspek kehidupan sosial, politik, dan ekonomi sangat terpengaruh akibat pandemi ini. Ada banyak masalah yang perlu diselesaikan dan menjadi skala prioritas yang harus mereka tangani. Tentu salah satunya adalah soal pengadaan alat kesehatan dimana salah satu yang sangat penting adalah ventilator," kata Saleh dalam keterangannya, Minggu (26/4/2020).
Pada akhir Maret yang lalu, lanjut Wakil Ketua Fraksi PAN ini, Presiden Trump pernah menyatakan bahwa dia tidak percaya tingginya kebutuhan ventilator di New York. Pada waktu itu, gubernur New York, Andrew Cuomo, meminta pengadaan ventilator sebanyak 30.000 unit. Cuomo menilai bahwa pemerintah federal sangat lambat dalam memberikan respon terhadap pandemi yang melanda AS.
“Itu baru kebutuhan di satu negara bagian. Di negara-negara bagian lain juga sangat membutuhkan alat yang sama. Itulah sebabnya, di awal April kemarin, Presiden Trump meminta enam perusahaan besar untuk memproduksi ventilator. Keenam perusahaan itu adalah General Electric Co, Hill-Rom Holdings Inc, Medtronic Plc, Resmed Inc, Royal Philips N.V. dan Vyaire Medical Inc," kata Saleh.
Saleh mendapat informasi bahwa produksi ventilator di AS memang sedang ditingkatkan dan dipercepat. Tetapi beberapa waktu lalu, Presiden Trump sempat mengkritik Manager General Motor yang dinilainya sangat lambat memproduksi ventilator. Selain itu, produksinya di bawah dari jumlah yang dipesan.
“Kritik-kritik Trump itu disampaikan terbuka. Seperti biasanya, ada banyak yang disampaikan lewat tweeter. Sehingga banyak orang yang tahu dan mengikuti dinamikanya," kata mantan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah ini.
Berkenaan dengan itu, kata Saleh, Indonesia dinilai tidak masalah untuk meminta bantuan AS. Namun berdasarkan gambaran di atas, Indonesia tidak boleh berhenti dengan hanya berharap kepada AS. Sebaiknya, Indonesia juga berupaya untuk mencari ventilator dari negara lain. Sebab, sampai hari ini, banyak negara yang membutuhkan dan sedang mencari ventilator.
“Kalau kesan yang saya tangkap dari pernyataan pejabat AS, Indonesia akan dibantu bersama beberapa negara Amerika Latin lainnya. Namun, negara-negara tersebut tetap membayar sesuai dengan harga yang ditetapkan. Ini wajar sebab produsen ventilator tersebut adalah perusahaan swasta yang tentu membutuhkan biaya operasional dan produksi,” katanya.
“Kalau memang me mbeli, tidak ada sal ahnya juga mencari di negara lain. Mana yang paling cepat, itu yang didatangkan ke Indonesia. Sebab, kebutuhan ventilator ini memang sangat mendesak untuk penanganan pasien COVID-19 di Indonesia. Itu diakui oleh kementerian kesehatan dalam rapat terakhir bersama komisi IX minggu lalu," kata Saleh menambahkan. .
http://rilis.id/as-episentrum-covid-...dari-paman-sam


[cAnggota Komisi IX DPR RI Saleh Partaonan Daulay mengapresiasi tawaran Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait bantuan ventilator ke Indonesia untuk penanganan COVID-19. Namun menurutnya, pemerintah perlu memperhatikan dan mencermati bahwa negeri Paman Sam sendiri sangat memerlukan ventilator di negaranya.
Mengingat sampai saat ini, dilaporkan bahwa penyebaran virus corona di AS sudah mencapai 938.154 orang. Sementara, korban meninggal dunia sudah mencapai 53.755 orang atau seperempat dari total jumlah meninggal di seluruh dunia. Angka ini menjadikan AS sebagai episentrum pandemi dunia.
“Amerika saat ini menghadapi persoalan serius dengan Virus Corona. Ini adalah isu utama yang diperbincangkan di negara tersebut. Semua aspek kehidupan sosial, politik, dan ekonomi sangat terpengaruh akibat pandemi ini. Ada banyak masalah yang perlu diselesaikan dan menjadi skala prioritas yang harus mereka tangani. Tentu salah satunya adalah soal pengadaan alat kesehatan dimana salah satu yang sangat penting adalah ventilator," kata Saleh dalam keterangannya, Minggu (26/4/2020).
Pada akhir Maret yang lalu, lanjut Wakil Ketua Fraksi PAN ini, Presiden Trump pernah menyatakan bahwa dia tidak percaya tingginya kebutuhan ventilator di New York. Pada waktu itu, gubernur New York, Andrew Cuomo, meminta pengadaan ventilator sebanyak 30.000 unit. Cuomo menilai bahwa pemerintah federal sangat lambat dalam memberikan respon terhadap pandemi yang melanda AS.
“Itu baru kebutuhan di satu negara bagian. Di negara-negara bagian lain juga sangat membutuhkan alat yang sama. Itulah sebabnya, di awal April kemarin, Presiden Trump meminta enam perusahaan besar untuk memproduksi ventilator. Keenam perusahaan itu adalah General Electric Co, Hill-Rom Holdings Inc, Medtronic Plc, Resmed Inc, Royal Philips N.V. dan Vyaire Medical Inc," kata Saleh.
Saleh mendapat informasi bahwa produksi ventilator di AS memang sedang ditingkatkan dan dipercepat. Tetapi beberapa waktu lalu, Presiden Trump sempat mengkritik Manager General Motor yang dinilainya sangat lambat memproduksi ventilator. Selain itu, produksinya di bawah dari jumlah yang dipesan.
“Kritik-kritik Trump itu disampaikan terbuka. Seperti biasanya, ada banyak yang disampaikan lewat tweeter. Sehingga banyak orang yang tahu dan mengikuti dinamikanya," kata mantan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah ini.
Berkenaan dengan itu, kata Saleh, Indonesia dinilai tidak masalah untuk meminta bantuan AS. Namun berdasarkan gambaran di atas, Indonesia tidak boleh berhenti dengan hanya berharap kepada AS. Sebaiknya, Indonesia juga berupaya untuk mencari ventilator dari negara lain. Sebab, sampai hari ini, banyak negara yang membutuhkan dan sedang mencari ventilator.
“Kalau kesan yang saya tangkap dari pernyataan pejabat AS, Indonesia akan dibantu bersama beberapa negara Amerika Latin lainnya. Namun, negara-negara tersebut tetap membayar sesuai dengan harga yang ditetapkan. Ini wajar sebab produsen ventilator tersebut adalah perusahaan swasta yang tentu membutuhkan biaya operasional dan produksi,” katanya.
“Kalau memang me mbeli, tidak ada sal ahnya juga mencari di negara lain. Mana yang paling cepat, itu yang didatangkan ke Indonesia. Sebab, kebutuhan ventilator ini memang sangat mendesak untuk penanganan pasien COVID-19 di Indonesia. Itu diakui oleh kementerian kesehatan dalam rapat terakhir bersama komisi IX minggu lalu," kata Saleh menambahkan. .
http://rilis.id/as-episentrum-covid-...dari-paman-sam
Diubah oleh Akong.Jiugui 26-04-2020 15:57






infinitesoul dan 30 lainnya memberi reputasi
31
936
16


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan