- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Awal Langkah Menggapai Gelar Sarjana bagi Seorang Anak Pulau
TS
senjakita09
Awal Langkah Menggapai Gelar Sarjana bagi Seorang Anak Pulau

Pada waktu senggang ketika tidak ada mata kuliah apapun, aktivitas yang dilakukan ialah mengisi waktu dengan hal yang bermanfaat. Hari itu hari libur namun belum bisa pulang ke rumah sebab menunggu jadwal pengisian KRS untuk semester berikutnya. Aku tinggal bersama teman perantauan yang sama-sama lagi menuntut ilmu di tanah orang. Tahun itu 2014 pertengahan, aku menyalakan laptop Acer andalan dan sudah setia menemani sejak tahun 2011. Ku pasang modem dan berselancarlah di dunia maya. Beranda facebook dibuka dan aku menyukai laman kampusku, Universitas Bangka Belitung. Ku lihat postingan dari pengunjung dan ada sebuah postingan yang menarik.
Anak laki-laki bertanya disana, kurang lebih mengatakan dengan kecewa bahwa ia tidak bisa melanjutkan cita-cita untuk menggapai ilmu di jenjang S1 karena tidak ada biaya. Aku melihat profil anak itu dan mengamati dengan seksama, sambil turut prihatin. Namanya Mahdi, Facebook yang mempertemukan kami berdua. Rupanya ia bukan berasal dari pulau yang sama denganku, ia tinggal di Pulau Belitung, lebih tepatnya menyeberang lagi ke suatu pulau yang bernama Mendanau.
Selat Nasik ialah sebuah daerah di Pulau Mendanau dengan nama kecamatan yang sama yaitu Kecamatan Selat Nasik. Untuk sampai kesini, anak laki-laki itu memberitahu kepadaku bahwa harus menyeberang naik boat dari Penggantongan sekitar 30 menit. Oh Ya Allah, lumayan jauh juga perjalanan yang akan ia tempuh ke Pangkalpinang jika ingin meneruskan sekolah.
Obrolan ku dengannya dimulai dari pesan Facebook. Lalu beralih ke pesan dan telepon. Aku menanyai niatnya ingin bersekolah, asal-usulnya, keluarganya, dll. Aku mengatakan bahwa ada beasiswa dari pemerintah pusat untuk anak-anak yang kurang mampu. Program ini diberikan kepada mahasiswa se-Indonesia dengan kuota per daerah berbeda-beda. Alhamdulillah kampusku tiap tahunnya semakin bertambah penerima beasiswa tersebut. Dengan semangat dan berpikir positif bisa, maka aku tawarkan ia untuk mengambil beasiswa ini.
Beasiswa Bidik Misi tahun 2014 diusulkan oleh sekolah dan diisi oleh calon mahasiswa yang memiliki persyaratan dan nilai yang memadai. Anak ini sudah separuh jalan mengajukan beasiswa namun ia pesimis, ia takut dan ia khawatir. Bagaimana kalau tidak lolos? Bagaimana kalau syaratnya ada yang kurang? Bagaimana jika yang diterima dan lolos jalur tesnya saja, beasiswanya tidak, artinya ia diterima kuliah tapi tanpa beasiswa? Bagaimana kak? Bagaimana lainnya? Aku menyemangatinya, "Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini bagi orang-orang yang mau berusaha. Kau harus percaya diri dan berani, ok?"
Tibalah hari itu, hari bertemunya kami pertama kali ibukota provinsi ini. Juni atau Juli, lupa tepatnya. Ia berangkat ditemani sang ayah, tiba di Pelabuhan Pangkal Balam dengan menaiki kapal cepat dari Tanjung Pandan. Mereka tinggal di sekitar Pangkal Balam, menyewa kamar kos harian. Semua persyaratan sudah dibawa dan besok akan verifikasi berkas di rektorat. Kami bertemu disana.
Anak ini berperawakan kurus tinggi dengan kuliat sawo matang. Ia diwajibkan mengenakan kemeja dan bersepatu saat verifikasi. Sang ayah memakai kaos berkerah dengan tinggi sedang dan perawakan seorang guru. Bapak bercerita tentang kegiatannya disana, hidup sangat pas-pasan bahkan kurang. Biaya kuliah yang jauh dari rumah tidaklah kecil, ia harus memikirkan biaya-biaya lain selain uang kuliah. Aku berkata Mahdi bisa kuliah sambil kerja nanti agar tidak merepotkan orang tuanya, lagipula ia sudah besar dan dewasa, dia pasti bisa hidup jauh dari orang tua. Setelah selesai verifikasi, Mahdi pun keluar dan kami pun berpisah. Semoga ada hasil baik yang kami semua harapkan dari hari ini.
Pengumuman pun tiba, alhamdulillah anak itu lolos dan diterima jalur beasiswa. Sungguh senang! Daftar ulang pun tiba dan Mahdi ke Pangkalpinang lagi untuk melakukan proses itu. Untuk kuliah disini, biaya UKT ditetapkan dari golongan I hingga V. Golongan I ialah biaya kuliah Rp 0 alias tidak membayar apapun, jadi tanggungjawab pemerintah. Lalu, sebulan atau 2 bulan berikutnya masa OSPEK pun tiba, 23 Agustus 2014. Ospek akan dilaksanakan selama 1 minggu fulldari pagi hingga petang. Hari sabtu siang sebelum dimulai ospek, mahasiswa baru (maba) wajib datang untuk mendengarkan arahan dan mencatat keperluan selama ospek. Ohya, Mahdi tinggal ngekos didekat masjid Raya bersama temannya dari SMK yang sama, mereka 1 jurusan. Hari minggu aku menemani mereka berdua ke pasar untuk membeli dan menawar perlengkapan yang dibutuhkan. Banyak barang yang dibeli hingga kami pun pulang petang.
Quote:
Dari Paman Andrea Hirata, kami belajar banyak hal bahwa mengejar cita-cita setinggi langit itu tidaklah mudah, sulit memang, banyak rintangan, apalagi menjadi anak pulau yang akses internet susah. Maret 2017 aku diwisuda dan anak ini datang membawa boneka lucu dan turut merasakan kebahagiaan dari semua mahasiswa yang sudah menyandang gelar dibalik nama masing-masing. Ia mengucapkan selamat dan bertemu orang tua dan keluargaku. Aku dan Mahdi merasakan hal yang sama, berjuang demi pendidikan dan menjadi perantau, walau kami dari asal daerah yang berbeda tetapi Allah mempertemukan kami dengan cara online. Hehehe.

Taken from private photos
Banyak orang menyangka anak itu pacar saya, padahal bukan. Keluarga? Apalagi. Alasan kuat mengangkat cerita ini kepada teman-teman kaskus disini adalah semangat bersekolah setinggi bintang di langit harus ditularkan kepada orang lain, energi-energi positif dan membantu siapapun tanpa pandang buluh. Aku membantunya dan mengenalnya sudah seperti adikku sendiri, dia pun begitu. Jika ia kesulitan, ku akan sangat senang membantunya. Anak ini ya apa adanya, dia baik, polos, lucu, ga enakan, suka menolong dan suka organisasi. Dia juga punya banyak teman, sekarang wawasannya makin luas saja.

Taken from Facebook : Mahdi Surah
Dua tahun berikutnya tepatnya bulan September, anak yang dulu pesimis, kecewa dan putus harapan untuk menjadi sarjana teknik pun diwisuda. Jangan coba-coba bilang bahwa IPK anak teknik pastilah kecil, dengan semangat tinggi ia meraih IPK 3,24. Yeay! Sayangnya aku tak bisa hadir karena aku sekarang sudah kembali ke daerah asal. Walaupun begitu, akupun ikut bangga kepadanya. Anak ini jarang pulang kampung karena butuh ongkos yang mahal pun sudah bergelar ST. Saat ini ia masih di Pangkalpinang, kerja dan hidup disana. Ditengah pandemik Covid-19 ini ia bertahan dan tetap kerja untuk terhindar dari penyakit mematikan itu dan aku keep in touchdengannya hingga sekarang.

Taken from Facebook : Mahdi Surah



Spoiler for 10 cendol ke kaskuser lain:
lsenseyel dan 17 lainnya memberi reputasi
18
335
1
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan





