Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

whitehatsAvatar border
TS
whitehats
Selalu Kehabisan, Tak Bisakah RI Produksi Reagen Tes Corona Sendiri?


Selalu Kehabisan, Tak Bisakah RI Produksi Reagen Tes Corona Sendiri? Mendeteksi virus dengan RT-PCR membutuhkan kit reagen. (Foto: iStock)
Selalu Kehabisan, Tak Bisakah RI Produksi Reagen Tes Corona Sendiri?
Jakarta - Sebagian besar negara tidak memiliki stok reagen, meski sebelum ini telah ada epidemi virus baru seperti SARS, MERS, Ebola, dan Zika. Saat ini diketahui Korea Selatan adalah salah satu negara yang memproduksi dan mengekspor alat uji tersebut setelah menghadapi wabah MERS lima tahun lalu walau tidak semua reagen yang diproduksi cocok untuk ekstraksi virus Corona.
Belakangan, Institute of Tropical Disesase (ITD) Universitas Airlangga (Unair) kehabisan kit reagen ekstraksi Reverse Transcription-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). Bahkan sejak Senin (20/4) RS Unair tidak bisa melakukan pemeriksaan sampel untuk pasien Corona padahal ada 50 orang yang mengantre untuk tes swab.
Reagen yang merupakan komponen bahan kimia, digunakan untuk mengekstraksi virus dan mengubah materi genetik SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19, dari RNA menjadi DNA. Setelah terkonversi, baru dilakukan RT-PCR. Indonesia sendiri disebut belum memiliki kit reagen produksi dalam negeri.

"Sebagian besar sih masih impor. BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) dan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) yang sudah mencoba membuat kit reagen itu atau kumpulan dari beberapa reagen. Tapi sebagian besar reagennya, atau bahan bakunya masih impor juga," kata Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman (LBME) Prof Amin Soebandrio, Kamis (23/4/2020).




Mengutip laman Science Magazine dan Radio Free Europe / Radio Liberty, saat para ilmuwan di China pertama kali merilis informasi tentang genom COVID-19 pada 11 Januari 2020 lalu, beberapa negara kemudian menyiapkan reagen kimia untuk mendeteksi SARS-CoV-2. Namun tak semua laboratorium memiliki reagen yang bisa digunakan untuk mengekstraksi karena primer yang dibutuhkan pada dasarnya adalah potongan kode genetik yang harus cocok dengan materi genetik virus.
"Ini sedang diupayakan oleh BPPT dan LIPI. Mungkin bulan depan sudah ada produknya walaupun jumlahnya belum terlalu banyak," tambah Prof Amin.
Di akhir Januari 2020, Kepala Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Dr dr Vivi Setyawaty, M Biomed, menyebut laboratorium yang dipakai untuk mendeteksi virus Corona, yang kala itu diperiksa oleh Balitbangkes, sudah punya reagen untuk nCoV. Saat itu virus Corona belum terdeteksi di Indonesia dan menjadi pertanyaan dari banyak negara lain.


"Sejak akhir Desember sudah punya reagen untuk novel coronavirus," ungkap Vivi.


sumber : https://health.detik.com/berita-deti...rona-sendiri?
kumaniaks
infinitesoul
sebelahblog
sebelahblog dan 39 lainnya memberi reputasi
40
1.6K
32
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan