Kaskus

Story

cicimasniAvatar border
TS
cicimasni
Bab 33 : Yang Terlupakan (A Little Cupid)
Bab 33 : Yang Terlupakan

🌸🌸🌸

"....."

"....."

"Sikapnya udah begini sejak kalian pergi." Jelas Ibunda Lily.

"Awalnya dia masih ceria, kami ajak keliling Jakarta dia juga senang-senang aja. Tapi begitu malam tiba dan...begitulah."

"Dia nggak nangis tapi juga nggak ngomong. Ini udah dua minggu dan dia bikin kami takut."

Lily dan Varo menatap Arion yang menolak ketika mereka ingin memeluknya. Si kecil itu hanya terus memeluk Ibunda Lily dan tidak mau melihat kearah mereka.

"Bunda bilang harusnya telpon kalian. Tapi kami takut ganggu jadi...tapi kami juga nggak kepikiran kalau kalian nggak akan nelpon ke rumah sekalipun." Devan kali ini menjelaskan situasinya.

"Rion~." Panggil Lily tapi si kecil itu malah makin mengeratkan pelukannya pada bunda Lily.

"Kalian benar-benar lupa kalau punya anak di rumah ya??." Dinda bertanya dengan nada menyindir.

"Awalnya ku pikir biasa aja, soalnya Rion emang penurut banget, tapi pas liat dia nggak senyum, nggak nangis dan diam aja itu...benar-benar bikin stress. Kami bahkan memanggil dokter dan dokternya bilang kalau nggak ada apa-apa sama Rion." Jelas Dinda lagi.

"Udah kalian masuk dulu, mandi dan istirahat. Biar Rion mama yang jagain."

"....."

"....."

Varo dan Lily kembali ke kamar dengan wajah murung.

Aku benar-benar lupa. Ungkap keduanya dalam hati.

🌺🌺

Alasan mengapa anak menjadi pendiam??

Cara menangani balita marah

Cara menangani perubahan sikap pada balita

Cara membuat balita ceria

Cara menangani tingkah laku balita

"....."

"....."

Setelah mandi dan berganti pakaian, kedua pasangan pengantin yang baru pulang dari honeymoon itu sibuk searching di google tentang perubahan sikap Arion. Intinya balita itu sedang ngambek pada mereka berdua.

3 hari berlalu, ibunda Lily dan adik serta suami dan anak mereka sudah pulang ke Palembang tadi pagi. Si kecil itu diam saja waktu Varo dan Lily memeluknya bahkan mengajaknya bicara ketika mereka dalam perjalanan pulang ke rumah setelah dari bandara.

"Apa...kita bawa ke psikiater saja." Usul Lily dan langsung di setujui oleh Varo.

"Kita akan meletakkannya di ruang bermain. Kalian bilang kalau pergi sebentar dan kita bisa lihat reaksinya." Ucap psikiater itu memberi perintah.

Varo mengendong Rion, lalu berkata pada si kecil itu bahwa ia boleh bermain sepuasnya di sana sementara Varo dan Lily menunggunya di luar.

"Papa sama mama keluar sebentar ya." Lily berkata pada Arion ketika si kecil itu diambil alih oleh asisten psikiater.

Si kecil itu diam saja ketika di bawa asisten psikiater ke ruang bermain.
Reaksi itu berlanjut bahkan sampai pemeriksaan selesai.

"Mungkin karena sebelumnya Arion belum pernah di tinggal langsung oleh kalian berdua, makanya sikapnya berubah. Terus lakukan interaksi, ajak Arion bermain atau istirahat bersama kalian dan kalau bisa jangan tinggalkan dia sendirian dulu untuk sebulan ini. Pantau reaksinya. Tidak ada pil yang bisa menyembuhkan rasa rindunya kecuali pelukan hangat kalian."

"Pada usia ini, normalnya dia sudah bicara lebih dari 6 suku kata. Bahkan ada bayi/balita yang terus mengoceh dan meniru kata yang di dengarnya. Di usia ini dia sudah mengerti yang mana dia suka atau tidak suka, dia sudah bisa menolak dan tentunya sudah bisa mengekspresikan kemarahannya. Jadi terus lakukan komunikasi dan pantau perkembangannya di rumah. Kalau ada apa-apa, ibu dan bapak bisa konsultasi via telpon atau datang kesini langsung."

Setelah dari tempat psikiater itu. Mereka pergi ke tempat bermain anak-anak.

Reaksi Arion lebih mengejutkan lagi. Si kecil yang sudah berusia 19 bulan itu, tidak berkumpul atau bermain bersama teman sebayanya. Ia malah memilih mengambil buku lalu duduk di pojokan sendirian, sambil sesekali mencuri pandang kearah Lily dan Varo yang duduk tak jauh dari sana.

"......"

"......"

Lily menghela nafas dalam. Ia semakin merasa bersalah. "Lain kali pergi kemanapun, mesti ajak Rion."

Varo mengangguk setuju.

"Berapa lama pun mesti Ajak Rion."

"Oke."

Varo ikutan menghela nafas dalam. Ia juga ikut merasa bersalah.

Mereka pulang hampir sore. Untungnya snack favorit Rion juga tiba sore itu. Si kecil terlihat lahap memakannya. Bahkan ia juga mulai tersenyum.

"Rion mau mandi sama papa??." Tanya Lily menunjuk kearah Varo yang sudah memegang handuk.

Rion mengangguk, jelas ada senyum kegembiraan di wajahnya, tapi si kecil itu tetap tak mengatakan apapun.

Rion di letakkan dalam bak mandi dan Varo duduk didepannya. Mereka bermain di sana hampir 15 menit. Rion terlihat makin senang karena ada tawa yang terdengar dari balik pintu kamar mandi.

Kedua orang itu terus bekerja sama membuat Arion kembali merasa nyaman dengan mereka. Lily membacakan buku cerita sementara Varo meniru suara beberapa karakter binatang di buku itu.

Biasanya, Arion akan meniru tingkah Varo dan mereka mulai berguling-guling di lantai bersama. Tapi kali ini si kecil itu duduk diam di sofa dan hanya memperhatikan Varo sambil tersenyum.

"......"Bagaimana ini???

"......"Bagaimana ini???


🌺🌺


Varo melihat Arion yang sudah menguap beberapa kali. Tapi si kecil itu menolak untuk melepaskan buku cerita bergambar ditangannya, ia juga menggenggam erat sudut baju Lily hingga membuat gadis itu tidak bisa pergi ke mana-mana.

"Rion malam ini bobok sama papa ya." Ucap Varo tiba-tiba menggendong Arion, membuat si kecil yang sudah sangat mengantuk itu terkejut. Buku dan genggamannya pada sudut baju Lily pun terlepas.

Varo menggendong Arion ke kamarnya sementara Lily membereskan buku. Begitu mereka sampai di kamar, si kecil itu terus menatap kearah pintu kamar yang terbuka.

"Rion belum mau bobok??." Tanya Varo ketika menyadari bahwa Arion masih menatap kearah pintu. Si kecil itu diam saja.

"Rion nggak mau bobok sama papa ya??."

"....."

"Atau Rion mau bobok di kamar Rion??."

"....."

Varo berpikir sebentar sebelum kembali bicara. "Atau Rion mau bobok sama mama juga??."

"....."

Si kecil itu masih tidak mau bicara tapi Varo mendapat jawaban anggukan dari Arion.

Varo memangku Arion. "Mama nggak mau bobok sama Rion, mama tadi bilang...mau bobok sama Baby Rion dan Pooh (boneka yang ada di kamar Arion)."

"....."

Varo tersenyum. Ia melihat mata si kecil itu sudah berkaca-kaca.

"Mama nggak sayang sama Rion lagi. Soalnya Rion nggak mau ngomong sama mama dan papa."

"......"

"Mamaaaa~~~..."

Lily yang baru saja tiba di depan pintu langsung berlari kearah Arion. Ia segera memeluk si kecil itu, namun heran karena melihat Varo malah menahan tawanya.

"Rion kamu apain ha'???."

Varo hanya menyunggingkan senyum.

"Mama~~.." si kecil itu memeluk Lily dengan sangat erat.

"Rion kenapa nangis sayang??."

"Mama bobok cini. Lion cayang mama..."

"....."Lily terdiam, ia menoleh kearah Varo yang pura-pura tidak tau.

"Cuma sayang mama??, Papa nggak sayang??nggak mau bobok sama-sama??, Jadi biar papa yang bobok sama Baby Rion dan Pooh."

Varo baru akan beranjak dari tempat tidur ketika tangan kecil itu menggapai lengan baju Varo.

"Lion cayang papa, mau....bobok cama-cama"

Lily menatap Varo sedikit kesal karena pria itu terus menggoda Arion. Tapi ia juga lega karena akhirnya Arion mulai bicara pada mereka.

Keduanya menatap Arion yang tertidur pulas sambil memeluk boneka beruang kesayangannya ,(Pooh) dan Baby Rion (boneka bjd). Si kecil itu tidur ditengah-tengah antara Varo dan Lily.

Lily mengelus kepala si kecil sementara Varo menatap telunjuknya yang digenggam Arion dengan perasaan senang.

🌸🌸🌸

Bab selanjutnya :

https://www.kaskus.co.id/show_post/5...7e93364f5fc4e0
Diubah oleh cicimasni 22-04-2020 21:35
nona212Avatar border
Richy211Avatar border
nitajungAvatar border
nitajung dan 22 lainnya memberi reputasi
23
1.7K
1
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan