- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
IMPOSSIBLE LOVE


TS
Ranputra123
IMPOSSIBLE LOVE
IMPOSSIBLE LOVE


Ini hanya secuil kisah saat SMP, saat cinta hadir untuk pertama kali. Saat jati diri berlari mengejar mimpi. Saat aku dan dia menyapa lewat jemari dan tiada sangka sentuhan pada layar itu membuat tulisan terpatri.
Drrrtttt!
Sebuah notifikasi muncul di layar handphone memberitahukan bahwa permintaan pertemanan telah diterima. Saat itu aku senang bukan main, kupandangi fotonya yang sedang tersenyum menyimpul lesung pipit. Namanya Cristina Mei, remaja seusiaku yang sama-sama tinggal di kota Purbalingga. Entahlah, aku juga tidak terlalu paham dimana tepatnya, yang pasti ada kemungkinan untuk bertemu. Langsung saja aku beraksi untuk mengirim pesan.
[Asalamu'alaikum. Hai!]
Send, seketika satu pesan terkirim. Aku menunggu pesan untuk dibalas, berharap bisa berkenalan dengannya lebih jauh. Namun, sudah beberapa hari pesan terabai tanpa dibaca. Aku sebenarnya ingin sekali mengirim pesan lagi, tetapi ragu-ragu. Akhirnya kubiarkan saja dan mencari-cari lainnya.
Hingga saat aku mengupload foto kegiatan pramuka, dia komentar di statusku. Awalnya aku tidak percaya karena pesanku pun sama sekali belum dibaca olehnya.
[Suka pramuka juga? Emang sekolah di mana?]
[Iya. SMP Muhammadiyah 06, kamu?]
[Tahu SMP lima? Depannya ...]
[Tahu. Inbox baca dong!]
Seketika inbox pun langsung dibaca, kami banyak bahas pramuka, pelajaran di sekolah atau chat tentang keseharian di rumah.
Sampai saat aku mau melaksanan shalat maghrib, aku minta izin kepadanya.
[Aku izin shalat dulu, ya? Kamu udah shalat?]
[Selamat menjalankan ibadah.]Balasnya.
Seketika aku pun tahu kalau Cristina beragama kristen. Saat itu aku tidak berpikir macam-macam karena saking polosnya. Kami masih sering chat tentang macam-macam. Bahkan lama-lama aku nyaman ngobrol dengannya.
Puncaknya adalah ketika Cristina memintaku untuk bertemu di Alun-alun Purbalingga. Selepas dia beribadah ke gereja, aku bela-belain dari rumah naik angkot ke Alun-alun.
Well, aku dan Cristina bertemu, kami saling diam. Lebih tepatnya karena canggung, tidak seperti di ruang chat. Akhirnya aku dan Cristina cuma makan cimol dan Es Pisang ijo.
Lagi dia di chat dia cerita kalau suka sama aku, tetapi nggak tau harus bagaimana. Kami sama-sama tahu kalau agama kami berbeda.
Akhirnya setelah nggak ada kepastian dia bilang ke aku kalau dia bakal ke Jakarta. Akun facebooknya pun sudah hilang, kami lost kontak.
Begitulah, hmmm ... kalau saja aku ketemu lagi tentu saja masih ingat. Kecuali kalau dia sudah tidak ingat denganku.
🍁🍁🍁🍁
Masa remaja memang aneh, secuil kenang yang selalu membuat senang. Padahal tiada hati terpaut abadi. Dan kini menjadi cerita yang akan selalu ada.

Selamat tinggal cinta yang entah itu ada. Hanya sekilas namun jelas membekas.
























Cerita by Randre Putra
Pict : editan pribadi

🍁CINTA BEDA AGAMA🍁

Ini hanya secuil kisah saat SMP, saat cinta hadir untuk pertama kali. Saat jati diri berlari mengejar mimpi. Saat aku dan dia menyapa lewat jemari dan tiada sangka sentuhan pada layar itu membuat tulisan terpatri.
Drrrtttt!
Sebuah notifikasi muncul di layar handphone memberitahukan bahwa permintaan pertemanan telah diterima. Saat itu aku senang bukan main, kupandangi fotonya yang sedang tersenyum menyimpul lesung pipit. Namanya Cristina Mei, remaja seusiaku yang sama-sama tinggal di kota Purbalingga. Entahlah, aku juga tidak terlalu paham dimana tepatnya, yang pasti ada kemungkinan untuk bertemu. Langsung saja aku beraksi untuk mengirim pesan.
[Asalamu'alaikum. Hai!]
Send, seketika satu pesan terkirim. Aku menunggu pesan untuk dibalas, berharap bisa berkenalan dengannya lebih jauh. Namun, sudah beberapa hari pesan terabai tanpa dibaca. Aku sebenarnya ingin sekali mengirim pesan lagi, tetapi ragu-ragu. Akhirnya kubiarkan saja dan mencari-cari lainnya.
Hingga saat aku mengupload foto kegiatan pramuka, dia komentar di statusku. Awalnya aku tidak percaya karena pesanku pun sama sekali belum dibaca olehnya.
[Suka pramuka juga? Emang sekolah di mana?]
[Iya. SMP Muhammadiyah 06, kamu?]
[Tahu SMP lima? Depannya ...]
[Tahu. Inbox baca dong!]
Seketika inbox pun langsung dibaca, kami banyak bahas pramuka, pelajaran di sekolah atau chat tentang keseharian di rumah.
Sampai saat aku mau melaksanan shalat maghrib, aku minta izin kepadanya.
[Aku izin shalat dulu, ya? Kamu udah shalat?]
[Selamat menjalankan ibadah.]Balasnya.
Seketika aku pun tahu kalau Cristina beragama kristen. Saat itu aku tidak berpikir macam-macam karena saking polosnya. Kami masih sering chat tentang macam-macam. Bahkan lama-lama aku nyaman ngobrol dengannya.
Puncaknya adalah ketika Cristina memintaku untuk bertemu di Alun-alun Purbalingga. Selepas dia beribadah ke gereja, aku bela-belain dari rumah naik angkot ke Alun-alun.
Well, aku dan Cristina bertemu, kami saling diam. Lebih tepatnya karena canggung, tidak seperti di ruang chat. Akhirnya aku dan Cristina cuma makan cimol dan Es Pisang ijo.
Lagi dia di chat dia cerita kalau suka sama aku, tetapi nggak tau harus bagaimana. Kami sama-sama tahu kalau agama kami berbeda.
Akhirnya setelah nggak ada kepastian dia bilang ke aku kalau dia bakal ke Jakarta. Akun facebooknya pun sudah hilang, kami lost kontak.
Begitulah, hmmm ... kalau saja aku ketemu lagi tentu saja masih ingat. Kecuali kalau dia sudah tidak ingat denganku.
🍁🍁🍁🍁
Masa remaja memang aneh, secuil kenang yang selalu membuat senang. Padahal tiada hati terpaut abadi. Dan kini menjadi cerita yang akan selalu ada.

Selamat tinggal cinta yang entah itu ada. Hanya sekilas namun jelas membekas.
























Cerita by Randre Putra
Pict : editan pribadi






nona212 dan 33 lainnya memberi reputasi
34
856
7


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan