Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

gangel160487Avatar border
TS
gangel160487
Pengalaman Horor di Rumah Tinggal (Part I)

2009, tidak terasa 4 tahun berkuliah di kota plat KB akhirnya diterima di perusahaan perkebunan sawit dan oleh atasan aku ditransfer ke kota plat B, senangnya hati karena sebelumnya pada saat aku sudah diterima oleh sebuah perusahaan perbankan, pada saat medical check up, aku dinyatakan tidak lolos dikarenakan ada sesuatu hal.
Skip skip.. sebelum aku bercerita lebih jauh. Perkenalkan panggil saja aku Garry Ninawaty, dengan nama seperti lelaki aku cukup sering diolok dan dibully teman teman sekelas tetapi karena aku cuek dan ceria maka itu tidaklah pernah aku masukan ke hati untuk setiap jokes jokes setiap kali nama ku diteriakan oleh guru pas absensi, oke, aku akan bercerita beberapa pengalaman supranatural or mistis or tahayul maybe yang mungkin belum tentu akan dipercaya oleh kebanyakan orang.
Hmm.. pertama tama aku bercerita dari mana dahulu ya enaknya, maybe dimulai dari perkenalan, aku seorang wanita, lahir dan besar di kota plat KB yang nama kota nya sendiri diambil dari nama makhluk halus. Menurut beberapa orang, aku terlahir dengan perawakan yang menarik, mata yang tajam dan tidak sipit (seperti tipikal kebanyakan), rambut ku lurus dan panjang, dan tubuh langsing dan kulit putih. Jadi kadang, saat aku berjalan di keramaian aku dapat merasakan beberapa pasang mata lelaki yang mencuri pandang kearah ku. Well..........

skip skip, lanjut lagi cerita perkenalannya, aku dari suku T (keturunan Chinese), dan tinggal hampir selama 23 tahun di kota P (plat KB), walaupun kota P diambil dari nama kuntilanak, tapi kota itu sendiri cukup menyenangkan dan nyaman untuk ditinggali dan tidak banjir seperti di Jakarta beberapa waktu lalu di awal 2020, kekurangannya hanya karena dilalui garis khatulistiwa kota itu sangatlah panas.
...........
Pernah suatu waktu di masa sekolah menengah ku di kota P, sekolah mengadakan acara retreat di Sanggau (sebuah susteran) dimana tempat retreat tersebut berada di tempat yang cukup terpencil. 8 jam perjalanan, terdapat riam atau air mancur dan suasananya dingin dan dikelilingi hutan hutan, masih teringat di kepala ku, dimana pada malam nya acara retreat ditengah tengah acara terdengar jeritan dari temen ku perempuan karena saat berjalan menuju aula dia melihat suatu bayangan dengan baju putih dan rambut panjang, tetapi kita menggangap itu hanyalah khayalan dari Wati (kita sebut saja namanya begitu) dikarenakan dia sudah kecapean mengikuti sepanjang hari kegiatan dari retreat tersebut.
Skip skip.. acara doa di aula sudah dimulai dan kita semua peserta mengikuti retreat dan tidak terpkirkan lagi pengalaman yang dialami Wati dikarenakan pada saat kejadian pak Anton, guru pembimbing kita ditemani bu Yus segera membawa Wati ke ruangan tersendiri karena pada saat setelah kejadian Wati sudah sangat pucat dan hampir pingsan seketika juga.

Penampakan Lokasi (Ilustrasi):

lokasi di dekat kaki lembah gunung dan suasana sejuk, cukup terpencil

(gambar hanya ilustrasi)

skip skip... akhirnya setelah hampir tengah malam 😂 acara sudah akan ditutup untuk malam ke 1 acara retreat sekolah, oleh panitia kita akan dibagi kamar dimana 1 kamar ditempati oleh 2 orang, fyi area cowo dan cewe lebih tepatnya mess antara pria dan wanita tepat di utara dan selatan atau berseberangan cukup jauh untuk mencegah hal hal yang tidak diinginkan.
Setelah beberapa pengumuman dan teknikal meeting serta briefing singkat, akhirnya kami serombongan diarahkan oleh panitia menuju kamar masing masing sesuai dengan pengumuman yang ada, aku ditempatkan bersama dengan Lily, teman dari kelas 2B yang untungnya cukup aku kenal dan kami sama sama cukup badung, dia sudah mengedipkan mata sambil memberikan gestur dua tangan di mulut, wah rupanya Lily ada bawa rokok dan kami bisa sembunyi sembunyi merokok di wc mess (tiap kamar ada wc nya sendiri).
Tiba tiba di pertengahan briefing bu Yus yang sedari tadi bersama dengan Wati masuk ke aula dan dengan muka bingung dia menghampiri salah seorang sahabat Wati dan berbisik bisik.
Setelah itu bu Yus pergi lagi dari aula retreat dan aku bersama Lily (lily sudah bergabung dalam barisan ku) sama sama berbisik "maybe bu Yus kembali ke ruangan nya Wati kali, ada sesuatu yang gawat kali ya? Jangan jangan Wati kesurupan lagi? Waduh udah kaya filem exorcist aja? Gimana nih Nin? Kamu kenapa tenang tenang aja?" Begitu Lily berbisik di telinga ku, well terus terang aku sudah terbiasa menghadapi kejadian horor dan mistis begitu jadi kejadian Wati aku juga sudah anggap biasa apalagi di tengah tengah hutan begini dan acara rohani, anggapan aku mungkin aja memang gerombolan hantu disana ga senang or gimana.
Jam 02 (kurang) akhirnya kami sudah masuk ke kamar masing masing dan karena cape n sudah sangat ngantuk aku bersama Lily nongkrong di toilet sambil selonjor jongkok or whatever sambil menyalakan rokok kami berbincang bincang mengenai kejadian sepanjang hari dan sambil guyon si Lily berkata, "eh si Wati itu gimana tuh or jangan jangan lagi di adakan ritual pengusiran lagi ...serem ui"
di tengah tengah kami berbicara tiba tiba lampu ruangan mendadak mati, kami cukup terkejut dibarengin teriakan dari kamar sebelah, Lily langsung spontan memeluk aku dan sambil mencari senter (waktu itu tahun 2000 an Hp masih ga semua punya n barang mewah). Buru buru kami mematikan rokok dan sambil berbisik Lily berkata "Nin, kenapa itu ada yang teriak?"
Aku hanya menjawab mungkin karena belum tidur dan terkejut lampu mati, tetapi tiba tiba kami berdua mendengar adanya tangisan dari ruangan kamar yang kami tidak tahu kamar berapa. Tangisan nya cukup keras disertai lirihan... aku dan Lily semakin erat berpegangan dan sambil buru buru menyalakan senter kami berpandangan.

FYI: mess cewe seperti kamar kamar dan ada lorong panjang



Cukup lama (or karena kami mungkin sedang merasa ketakutan), tiba tiba ada suara ketukan di pintu kamar dan kakak kelas kami yang panitia dan penanggung jawab (mereka rombongan), memanggil kamu untuk keluar, pada saat kami keluar rupanya kami semua dipanggil ke selasar depan (serupa balkon atau ruang tamu), kami ber 8 sampai ber 10 di mess cewe Akasia (jadi rombongan wanita ada dibagi dalam beberapa mess, yaitu Akasia, Bougenvile, Chrysant etc, satu mess bisa 8 sampai 16 orang). Dan saat berkumpul kakak panitia, yang bertanggung jawab untuk mess Akasia, kak Eli sontak bertanya pada kami semua "Adik adik siapa ya yang tadi nangis dan teriak pas mati lampu?"
Kami semua berpandang pandangan dan sontak menggelengkan kepala, dari panitia terlihat mengabsen kami memastikan semua lengkap dan saat diabsen kami semua sudah emoticon-Shutup dalam perasaan campur aduk dan tegang, karena diluar juga kondisi hujan sangat lebat dan petir menyambar berkali kali sehingga dengan situasi begini untuk memanggil guru pembimbing juga sangat tidak memungkinkan karena takut nya salah jalan dan tergelincir ke lembah atau riam malah membuat situasi tambah runyam.

Di tengah tengah keheningan dan kebingungan kami tiba tiba Lily yang mengarahkan senter ke lorong berteriak karena melihat sesuatu, dan kami semua pun sontak berteriak


Sungguh suatu hal yang tidak masuk akal disaat semua orang sudah berkumpul di selasar mess, di ujung dari lorong kamar (saat pulang dari retreat kakak pembina kami bercerita kamar di ujung tidak ada yang menempati) ada tangan yang melambai lambai sambil pintu terbuka sedikit, sontak beberapa dari kami mulai menangis, ada yang terduduk (mungkin sangking lemas dan ketakutan) dan kakak pembina kami langsung berkata "Guys, ke sofa di ruang tamu cepetan, kita tunggu sampai pagi disana aja, sambil kakak coba telepon dari telepon dekat ruang tamu selasar", kami ber 10 buru buru menyingkir ke sofa dan saling meringkuk berdekatan, di tengah tengah kegelapan dan cuaca hujan lebat dan petir (jam waktu itu menunjukan pukul 2.50 kalau tidak salah), masih ada kurang lebih 3-4 jam sampai pagi dan hujan tidak menunjukan tanda tanda reda, kami semua sudah sangat ketakutan pada malam ke 1 dari retreat kami.
Lily yang disamping ku sudah menangis dan berbisik "Nin, aku mau pulang aja, hiks hiks", tetapi untuk bisa pulang pun kami harus menunggu bus rombongan yang sudah men drop kami ke tempat retreat yang sedianya menjemput kami kembali pada hari terakhir dari acara retreat kami.

04.15 pagi, hujan tidak mereda dan seakan akan malam begitu panjang dan tidak seorang pun dari kami yang bisa beristirahat, walaupun rombongan retreat pasti sudah sangat lelah, saat aku mau menutup mata tiba tiba pintu depan mess diketok, kami semua sangat lah terkejut dan seketika itu juga kami berdiri, pintu diketok lagi dan tiba tiba lampu menyala dengan diiringi teriakan dari pak Anton "Buka pintu nya ruang Akasia, ini pak Anton bersama dengan Pak Angga, kami mau memeriksa apakah semua nya aman? Tadi pembina kalian menelepon ke ruangan guru guru."
Betapa lega perasaan kami dan setelah pak Anton dan pak Angga masuk pembina kami pun menceritakan singkat kejadian yang kami alami, setelah itu pak Anton dan rekannya memeriksa lorong tersebut dan kembali ke selasar depan ruang tamu dan berkata "Bapak sudah periksa ruangan yang kalian sebutkan dan terkunci, mungkin kalian kelelahan dan kondisi gelap jadi kalian salah lihat dan sudah panik duluan. Sekarang kalian masuk kamar masing masing dan istirahat karena jam 6 akan mulai acara doa pagi." Demikian instruksi pak Anton dan di iya kan oleh pembina kami, setelah itu para guru pergi ke hall lain untuk memeriksa kondisi dan hujan pun mulai berhenti. Sepertinya subuh ini akan berakhir dengan kejadian penampakan tersebut, tetapi dalam hati kecil ku aku merasa masih akan tersisa beberapa 2 hari lagi yang harus kami jalanin sampai saat berakhir nya retreat kami.

Hari ke 2, jam 6.18
Aku terbangun mendadak dan menggerutu dalam hati karena sudah telat briefing dan doa pagi, sambil setengah mengantuk aku memanggil Lily untuk bangun tetapi dia tidak bereaksi sedikitpun, aku goyang goyangkan badan Lily yang dingin dan kaku, dan akhirnya dia terbangun dan setengah menggingau dia bertanya "Nin, napa?"
Memang ada satu hal yang ga bisa dibohongin untuk seorang perokok berat dan social drinker seperti Lily dan aku bangun pagi itu cukup berat.
Dan sepertinya diluar masih turun hujan rintik rintik, akhirnya Lily sadar dan dengan terburu buru akhirnya kami putuskan untuk masuk ke toilet berdua dan mandi bareng mempersingkat waktu.
Pembimbing kami kakak Eli sudah berteriak teriak dan mengetok satu persatu pintu, sepertinya kamar lain juga mengalami susah bangun apalagi dengan kejadian kemarin yang cukup menyita energi kami dan stamina.

Skip skip.. setengah hari mengikuti kegiatan rekoleksi, doa dan sore sampai malam nya setelah acara makan kami dikumpulkan kembali di aula, peserta retreat tahun ini lumayan banyak gabungan dari kelas 1 dan 2, beberapa panitia dari kakak kelas 3 bersama dengan 10an guru pembimbing, total peserta 120 sampai 130 orang, yang membingungkan aku dan Lily, dari pagi sampai sore kami tidak melihat Wati mengikuti acara dan teman dekat Wati juga mengatakan tidak melihat Wati di ruangan guru ataupun ruang kesehatan, saat kami mencoba bertanya ke guru ataupun kakak pembimbing mereka hanya mengatakan Wati di tempat susteran beristirahat, dan kami pun larut dalam acara retreat dan menggangap Wati mungkin sakit dan butuh beristirahat.
Jam 11.20 malam, acara selesai lebih cepat dikarenakan di luar mulai turun hujan kembali dan guru guru serta pembimbing berpikir akan lebih baik apabila murid murid diantar ke ruangan istirahat mereka masing masing sebelum hujan turun semakin lebat, tetapi mendadak lampu aula mati dan dibarengi dengan suara petir mengelegar keras, dan tiba tiba panggung di depan aula terdapat bunyi seperti bola besi terjatuh menghantam papan, hingga berbunyi krak yang keras, ditengah tengah kegelapan tidak ada satupun peserta dapat melihat jelas apa dan siapa yang di panggung aula.

Flashback, tempat retreat kita sebenarnya berfungsi sebagai sekolah asrama dan dahulu
adalah bekas bangunan pembantaian pejuang (menurut mitos). Mereka dibunuh secara masal di dalam ruangan yang sekarang akhirnya menjadi gedung sekolah.
Bekas-bekas darah di tempat pembantaian yang tersisa di atas lantai tidak bisa dihapus dengan cara apapun.
Bahkan setelah lantai lama ditimpa dengan lantai baru, bercak darah tetap merembes naik ke atas lantai yang sekarang.
Oleh karena tidak ada cara untuk menghilangkannya, akhirnya ruangan lama dihancurkan dan diganti baru, bangunan sekolah dan komplek yang terletak di tengah tengah kaki gunung ini memang terkenal menyimpan banyak kisah horor yang sudah bukan menjadi rahasia lagi.
Kalau malam, suasananya bisa menambah seram. Apalagi ditambah cerita mengenai hantu yang kerap kali menampakkan diri di jendela sekolah.

Hantu wanita yang sering diceratakan ini adalah hantu seorang noni Belanda yang cantik banget, penghuni kedua sekolah ini yang sukses jadi trending topic warga SMA sekitar kita dari tahun ke tahun.
Ada yang mengatakan bahwa ia bunuh diri akibat dirudapaksa tapi ada juga yang bilang kalau hantu ini adalah korban pembantaian yang sangat keji. Hii..
Komplek aula ini memiliki tiga jendela yang selalu terbuka setiap saat. Konon kabarnya jika kamu memutari bangunan komplek ini sebanyak empat kali, kamu bisa melihat sosok hantu ini di salah satu Jendela yang terbuka itu.
Nggak cuma cerita dari hantu wanita, cerita-cerita tentang penampakan atau tokoh-tokoh lain seperti hantu pastor atau perwira Belanda juga sering menampakkan dirinya di gedung atau seputaran komplek ini.
Hantu nonik belanda ini juga diyakini sering menampakkan dirinya di tangga dekat aula. Beberapa orang yang melihat, mengatakan bahwa ia akan menampakkan diri di bagian atas tangga tersebut dengan darah mengalir dari salah satu sudut bibirnya.
Cukup banyak peristiwa heboh yang terjadi akibat kemunculan hantu ini. Salah satunya datang dari seorang guru yang ketika itu memiliki beberapa pekerjaan sehingga baru bisa selesai ketika hari sudah mulai gelap.
Sang guru yang ketakutan akhirnya memutuskan untuk menghubungi satpam (penjaga sekolah) untuk mengantarnya ke mess.
Karena pada masa itu belum ada ponsel, guru tersebut harus menggunakan telepon umum yang berada persis di seberang tangga.
Awalnya pembicaraan berjalan lancar, tapi beberapa saat kemudian sang guru tak lagi menjawab panggilan panggilan dari balik telepon. ketika si penjaga sekolah sampai di sekolah, dia mendapati sang guru sudah tak sadarkan diri di samping tangga telepon umum.
Ternyata, ketika percakapan berlangsung, hantu nonik muncul tepat di depan sang ibu guru, sehingga seketika dia langsung jatuh pingsan.

Aula, ok kembali ke ruangan aula, sontak mendengar suara tersebut murid murid berteriak, untungnya setelah itu lampu hidup kembali dan suster kepala bersama dengan guru guru menenangkan kami siswa siswi yang sudah ketakutan, beberapa guru dan pembimbing melihat kedepan panggung aula dan terlihat adanya retakan walaupun tidak ada bekas benda jatuh yang menyebabkan retakan tersebut, sepertinya beberapa guru berpikiran dan menyampaikan lantai aula nya sudah lapuk dan karena ruangan lembab (walaupun dalam hati mereka juga pasti bertanya tanya), akhirnya kami siswa siswi dipecah per kelompok mess kami dan diantar oleh pembimbing masing masing ke mess kami melewati taman di komplek suster an tersebut di tengah malam temaram dan hujan rintik yang turun kami ber 10 rombongan ditemani pembimbing dan satu guru kami (bu Rosy) menuju mess yang ditempuh cukup lumayan 5-6 menit perjalanan, belum kami harus perlahan berjalan karena jalan setapak yang licin dan kiri kanan ada cukup curam karena di pinggir sudah langsung menuju riam, tiba tiba Lily tergelincir dan hampir terjerembab ke riam dibawah apabila tidak dipegang oleh pembimbing kami, aku sontak menghampiri Lily dan menggandeng nya erat sambil kami berjalan ke mess kami.
Jam 2.35 subuh aku terbangun, tidak seperti biasa nya ditengah hujan lebat dan kamar kami lampu nya sudah mati (padahal seingatku antara aku dan Lily sudah saling sepakat agar lampu dinyalakan saja walaupun kami tertidur), Lily yang tidur disampingku juga tidak ada, jadi setelah kejadian kemarin kami sepakat untuk tidur bareng di satu ranjang walaupun sebenarnya ranjang di kamar kami adalah ranjang tingkat dan aku dijatah di bawah dan Lily di tingkat atas tetapi kami bareng bareng tidur di ranjang bawah.
Aku berusaha bangkit untuk mencari Lily tetapi tidak bisa bangkit, seolah olah ada sesuatu atau seseorang yang menahan badan ku, di tengah kegelapan juga aku tidak dapat melihat apapun badanku mulai terasa sesak. Sensasi aneh mulai terasa di seputaran dadaku, samar samar aku seperti mendengar suara angin di telingaku sementara badan ku kaku tak bergerak. Ketindihan!
Tak ada satu pun suara yang keluar dari mulutku. Badan seperti diikat tali tak terlihat, sementara mata ku mendadak menangkap sesuatu yang tampak menggantung di luar jendela kamar pada saat kilat muncul: putih-putih itu…
Sontak aku ingin berteriak dan menangis tapi posisi ketindihan itu menjerat ku. Aku mencoba memejamkan mata ku sambil berusaha berdoa setengah mati. Rasa rasanya susah sekali
Setelah beberapa detik yang terasa sangat lama, badan ku mulai kembali seperti semula.
Aku mulai beranjak keluar ranjang dan melihat keatas dan Lily tidak ada di kamar!!
Tiba tiba sensasi yang sama kembali terulang. Aku merasa pundak ku ada semilir angin dan tengkuk ku serta bulu kuduk ku mulai berdiri. Badan ku mulai kaku tak bergerak, sementara aku terdiam mematung, mata ku mulai terbiasa dalam kegelapan dan aku mata ku terfokus ke pojok kamar. Sialnya, mata ku menangkap kembali: sosok seseorang berambut panjang dan muka tidak terlihat tertutupi oleh rambut nya, kini tak lagi di luar jendela, melainkan di pojok ruangan kamar—tepat di seberang posisi ranjang kami..!! Walaupun muka nya tidak terlihat aku dapat melihat mata nya yang merah dan seringai nya yang menakutkan..

Ketakutan, aku berdoa keras-keras dalam hati. Mata ku pejamkan kembali sementara keringat dingin mulai membasahi tubuhku,
beberapa detik yang berlalu terasa begitu lama dan menyiksa, badan ku sudah begitu lemas tiba tiba pintu wc terbuka dan Lily memanggil "Nin, ngapain kamu berdiri mematung?"
Seketika itu juga badan ku yang terbujur kaku dapat kugerakan kembali dan saat itu sontak aku menoleh ke ujung kamar tetapi apa yang aku lihat sudah tidak ada lagi disana. Akhirnya dengan lirih aku hanya berbisik pada Lily dan sambil kembali ke ranjang kami berbaring kembali, aku tidak mau bercerita apa apa kepada Lily karena 2 hari ini sudah cukup mengerikan bagi ku dan lebih lagi bagi Lily.

Hari ke 3 jam 5.15
Aku dan Lily terbangun, pembina kami kak Eli mengetuk pintu tiap kamar dan berteriak memanggil semua untuk segera berkemas dan beberes
karena acara retreat akan segera ditutup dan kami diharuskan segera berkumpul dalam 20 menit kedepan di aula lengkap dengan segala koper dan tas kami karena rombongan akan dipulangkan, Lily dan aku setengah sadar dan bertanya tanya sambil berbisik karena seharusnya acara hari ke 3 akan sampai sore seharusnya baru kami akan dipulangkan tetapi dengan enggan kami berkemas dan bersiap siap, kondisi dilaur masih gelap dan cuaca begitu dingin lebih dari biasanya, yang aku pikirkan seandainya ada waktu untuk menghisap sebatang dua batang rokok di toilet sebelum berangkat tetapi tidak lah mungkin dikarenakan waktu yang diberikan untuk bersiap siap sangatlah singkat.
Diubah oleh gangel160487 03-01-2020 05:51
swiitdebby
anasabila
sebelahblog
sebelahblog dan 6 lainnya memberi reputasi
7
4.3K
28
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan