Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

gangel160487Avatar border
TS
gangel160487
Paket Horor - Bus Horor Menuju ke Yogyakarta

Kerusuhan etnis'98

Spoiler for Riot:




Foto:

Spoiler for Mei 98:




Perkenalkan lagi gan panggil saja aku Garry Ninawaty,
terlahir dan besar di kota plat KB yang nama kota nya sendiri diambil dari nama makhluk halus kuntilanak maka hal mistis seakan sudah menjadi sesuatu yang biasa bagiku. Well, aku mau menceritakan kejadian di tahun '98 dimana sebetulnya kejadian ini sudah sangat lama terjadi dan yang dialami oleh famili ku sendiri sekitar tahun 1998 an bulan Mei saat sedang terjadi kerusuhan rasial dan pergolakan di Indonesia lalu. Kebenaran dari cerita ini memang agak diragukan, tetapi mengingat betapa situasi waktu itu begitu kacau nya jadi aku akan ceritakan saja ke agan.

Untuk cerita ini, biar agan enak baca nya maka akan diceritakan dari sudut pandang pencerita, jadi sebut saja Ana, dan dia akan menceritakan kejadiannya :

Ketika itu aku dalam perjalanan dari kota Jakarta ke kota Yogyakarta. Seperti biasanya aku lakukan jika ingin menempuh perjalanan ke luar kota, khususnya ke kota-kita di Jawa Tengah aku akan selalu berangkat dari Jakarta di pukul 22:00 dengan harapan sekitar pukul 08:00 pagi sudah sampai ditempat tujuan. Waktu itu memang aku sering melakukan perjalanan dari Jakarta menuju Jogja, Kediri atau Malang.

Di tengah tengah suasana carut marut dan ketegangan di Jakarta, aku memberanikan diri untuk pulang ke Yogya untuk menemanin keluarga besar disana dan mengamankan diri, pada waktu itu dengan perasaan was was, aku mulai mengepak baju dan dokumen berharga di kos an di tas jinjing dan bersiap siap untuk menempuh perjalanan. Malam itu suasana nya sangatlah menegangkan, toko dijarah, rumah rumah di sweeping dan kos an ku berada di tengah tengah kancah perpecahan dan kerusuhan yaitu kampus T di bilangan grogol. Semua teman teman sudah menghilang ataupun mencari perlindungan dan kos an sudah sunyi sepi.
Malam itu aku sengaja mencari bus antar kota-antar propinsi yang berada diluar terminal, karena aku ingin bus segera berangkat tanpa harus menunggu penumpang penuh seperti halnya yang ada didalam terminal. Tepat pukul 22:00 bus yang akan kutumpangi mulai berangkat ke arah timur meninggalkan kota Jakarta. Dalam situasi seperti begini, maka bus tidak terisi penuh sehingga masing-masing penumpang bisa duduk leluasa, satu orang bisa menguasai satu atau dua kursi. Jadi sangat nyaman dan aku lihat kesempatan ini  banyak penumpang yang bisa tidur dengan nyaman di kursi-kursi yang setiap deret hanya berisi satu orang. Tetapi semua wajah menunjukan ketegangan, karena was was dari jalan raya hingga menuju pintu tol. Begitu juga denganku, sekali waktu aku menaikkan kaki untuk bisa duduk berselonjor dan sekali waktu aku melihat ke kanan dan kiri serta keluar jendela, malam itu aku tidak bisa tidur dan siap sedia apabila ada penyergapan ataupun kejadian aku akan loncat dari bus. Rasanya ingin sekali memejamkan mata ku, namun tetap saja terasa sangat menegangkan apalagi aku wanita dan sendirian, padahal biasanya aku termasuk orang yang cepat bisa tidur dikendaraan umum. 
Jam demi jam berlalu, bus antar kota antar propinsi, yang kutumpangi memang terkenal berani. Sopirnya demikian trampil menyalip aneka kendaraan baik kendaraan kecil maupun besar. Dan bus itu bisa menyalip dari kanan ataupun kiri dengan tenangnya. Terlihat bahwa sang sopir sudah begitu hapal setiap lika-liku jalan yang dilaluinya, jadi dengan beraninya dia menyalip aneka kendaraan tidak peduli itu di tikungan tajam atau melanggar garis jalan, walaupun kondisi jalan memang sangat lenggang, ban dibakar, pemandangan orang yang menjarah toko dan lainnya.  
Aku berusaha keras terjaga dan setelah menempuh perjalanan kira-kira sekitar 6 jam, aku masih ingat betul dimana posisi saat itu berada, karena aku sama sekali tidak dapat memejamkan mata, dengan posisi duduk bersandar di pinggir jendela sambil melihat pemandangan gelap diluar bus dari kaca. beberapa kali aku melihat pengendara motor yang mulutnya komat-kamit sambil menyodorkan kepalan tangannya. Yang kupikirkan itu pasti orang yang marah karena hampir dicelakai oleh bus yang kutumpangi, atau orang itu dalam kepanikan untuk segera sampai ke tujuan. 
Aku menegur sang kernet disamping pintu yang kelihatan berdiri memucat. Suasana dalam bus tersebut sangatlah sepi, kesunyian yang tidak biasanya sang sopir tidak berkomentar apapun dan juga tidak berbicara dengan kernet disampingnya, hanya sang kernet yang memberi kode ke aku dengan sedikit menganggukan kepalanya. Akhirnya akupun biarkan sang sopir mengemudikan bus nya aku hanya bisa berdoa agar semua penumpang diberi keselamatan.  
Tidak lama kemudian bus memasuki area hutan jati dimana kiri-kanan jalan sepi, tidak ada warung atau rumah penduduk. Masih sempat kulihat sebuat pos hutan disebelah kanan jalan sampai kemudian akhirnya, aku mulai merasakan hawa yang sangat dingin menerpa sekujur tubuhku, terasa sangat dingin dan menusuk tulang. Aku kemudian bersedekap dan memeluk jaket serta memakai syal dan topi kupluk. Hawa dingin yang kurasakan tidak biasanya dari ujung rambut hingga ujung kaki, hingga beberapa detik kemudian aku merasakan ada hal aneh disekitarku. 
Aku menoleh ke samping, di deretan kursi disamping terlihat penumpang duduk dengan tegak, kepala tertunduk dan aku mulai melihat muka yang berwarna putih dan pucat. 
Aku merasa kaget namun kemudian berpikir, kenapa orang itu, apakah sakit?. tanyaku dalam hati. 
Kemudian ku menoleh kebelakang, beberapa deret kursi kebelakang pemandangannya sama dengan kursi disampingku, semua penumpang duduk dengan badan tegak, kepala tertunduk ke bawah dan semua wajahnya terlihat putih pucat. Aku mulai agak kebingungan "Lho, kenapa semua penumpang menjadi seperti ini ?" batinku. 
Semua begitu tenang dalam keheningan yang mengerikan..
Aku berdehem, “Uhuk!” sambil memperhatikan sekitar. Penumpang lain tidak ada yang merasa terganggu—menoleh pun tidak. Semuanya duduk diam, kecuali seorang bapak di hadapan ku yang membaca koran sedari tadi. Ia menggerakkan tangannya, membuka halaman selanjutnya dari koran yang dibentangkan di wajahnya, bagaimana dia dapat membaca dalam keremangan? Batinku dalam hati.
Aku melengos, menghela napas. Mungkin aku cuma kelewat sakit kepala sampai berpikiran yang tidak-tidak.
Kemudian mataku mulai tertuju kedepan, dan ternyata semua sama kondisinya, akhirnya secara reflek pandangan kutujukan ke sopir,  astaga, ternyata sang sopir juga duduk tegak dengan kepala tertunduk kebawah namun kedua tangannya masih memegang kemudi, sementara sang kernet duduk disebelahnya dengan kondisi sama seperti penumpang yang lain. Aku merasa seolah-olah berada dalam sebuah bus yang membawa patung-patung manusia. Sunyi sepi tanpa ada suara apapun. Semua duduk tegak terdiam dengan wajah pucat. Menyadari apa yang terjadi dan pemandangan ganjil ini, keringat dingin dan jantung ku berdegup kencang.
Aku merasa yakin bahwa bus ini masih berjalan, namun jalannya sangat kencang, lurus dan tidak belak-belok. Pikirku dengan keheranan, karena jalan didaerah itu kan belak-belok tapi kenapa bus ini melaju kencang dan lurus. Dan ternyata kemudian aku mulai menyadari bahwa bus ini selain melaju kencang dan lurus juga tidak terdengar bunyi ban menggesek di aspal. Yang kulihat pohon-ponon yang ada disekitar terlihat dari tengah keatas, bus ini berjalan mengambang!! 
Dan akupun langsung memperhatikan sopirnya. Astaga, ternyata sopir itu mengendalikan bus tanpa bergerak apa-apa, dia hanya duduk, diam dan kedua tangannya memegang kemudi sementara tidak ada gerakan apapun pada diri sopir tersebut. Artinya bus ini berjalan sendiri tanpa dikendalikan oleh sopir. 
Hawa dingin yang tadinya menjalar disekujur tubuhku semakin menjadi jadi dan berubah menjadi rasa dingin yang mengerikan yang membuat semua buku kuduk  berdiri. 
Aku berdoa dan menutup mata. Sambil berdoa berulang-ulang dan berkali-kali sambil  melirik deretan bangku di kanan dan belakangku. Tiba-tiba "buum", aku merasa seperti dilempar dan tersadar bahwa sudah kembali kedalam bus yang kutumpangi. Dan kulihat di sebelah kananku ada 2 penumpang yang satu tidur sementara yang satunya duduk biasa. Sangat berbeda dengan tadi dimana mereka duduk dengan kaku dengan kepala tertunduk. Saat kulihat ke belakang, deretan bangku terisi beberapa penumpang, ada yang tidur dan ada yang ngobrol. Namun semua sangat berbeda dengan kondisi yang kulihat tadi. Syukurlah, aku merasa sudah kembali ke alam nyata. Sang sopir ternyata tidak tidur, dia masih asyik mengemudi sambil ngobrol dengan sang kernet. Aku hanya bisa terheran-heran, apa yang sudah terjadi  barusan?. Akhirnya setelah hampir 12 jam perjalanan sampailah bus di pintu gerbang kota Yogya yang hendak kutuju. Aku turun dan langsung pindah angkot menuju tempat keluarga besarku.  Sambil beristirahat dan aku berinisiatif untuk mencari makan di warung yang kebetulan ada siaran televisi. Saat itu kebetulan sedang ada acara berita, dan disiarkan bahwa tadi malam ada sebuah kecelakaan bus antar kota antar propinsi yang mengakibatkan bus terbakar dan hampir semua penumpangnya terbakar didalam bus tersebut.  Ketika melihat berita ini aku jujur sangat tertarik namun yang tidak kusadari bahwa berita ini ada kaitannya dengan peristiwa yang tadi malam kualami. Saat melihat foto Bus bangkai bus yang terbakar tersebut aku mulai merasakan jantung ku berdebar-debar. Bus itu tidak asing, aku berkeringat dingin,
bukannya bus itu yang aku tumpangin??




Journal of Nina
Diubah oleh gangel160487 12-01-2021 01:56
4iinch
sebelahblog
nona212
nona212 dan 9 lainnya memberi reputasi
10
1.9K
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan