trifatoyahAvatar border
TS
trifatoyah
Kuberikan Sampah Pada Seorang Janda






Hari ini aku ingin bercerita, tapi sungguh bukan bermaksud untuk riya, agar dipuji oleh siapapun, karena aku ikhlas melakukannya.

Berawal dari seorang janda yang pindah ke Kampung kami, dia nggak punya pekerjaan, tinggal sendirian di rumah yang boleh dikatakan tidak layak, mempunyai satu anak laki-laki, sudah berkeluarga dan hidupnya juga pas-pasan.

Sebut saja namanya Nenek Darmi, usianya mungkin sekitar enam puluh tahun. Nenek ini tinggal sendirian, nggak mau tinggal bareng anaknya, karena tidak cocok dengan menantunya, intinya tidak ingin merepotkan anaknya.
Hingga suatu hari, Nenek Darmi melihat aku sedang menyapu halaman. Bukan maksud pamer lagi, halaman rumahku memang luas, disekelilingnya banyak ditanam pohon cengkeh, hari ini pun pohon cengkeh itu mulai berbuah.



Setahun sekali kami panen, Alhamdulillah hasilnya lumayan. Menyapu tapi menghasilkan uang. Kok bisa? Ya bisa saja, karena daun cengkeh itu bisa dijual, ada seorang pengepul yang mengambil ke rumah. Aku tidak pernah menyuruh Nenek Darmi untuk membantu menyapu, tapi dia berinisiatif sendiri membantu menyapu. Aku menyetujui saja, mungkin daripada menganggur.

Sebenarnya banyak yang menawarkan diri mau menyapu halaman rumahku, tapi aku nggak mau, selagi aku bisa mengerjakan sendiri aku tidak ingin minta bantuan orang lain. Mungkin dibalik itu ada rencana Allah, dengan kepindahan Nenek Darmi.



Tahu nggak Gan Sist, aku ditegur suamiku, katanya nyuruh orang tua menyapu halaman, kalau mau membantu ya tinggal bantu saja. Aku jelaskan, aku tidak pernah menyuruhnya. Mungkin karena dia nggak punya pekerjaan, akhirnya menawarkan diri menyapu halaman. Bukan bermaksud pamer lagi, mungkin dia nggak enak setiap kali aku kasih bantuan. Akhirnya Nenek Darmi menyapu halaman, kadang seminggu dua sampai tiga kali, dan uang dari daun cengkeh itu menjadi miliknya.



Anehnya lagi, tetangga ada yang nanya, Apa hasil daun cengkehnya dibagi dua? Saya mau tanya, Situ waras? Apa saya setega itu, membagi dua hasil sampah yang sudah dikumpulkannya? Dari uang hasil menyapu, Nenek Darmi bisa membeli beras, dan kebutuhan lainnya. Setiap kali aku kasih sesuatu dia selalu mengucapkan terima kasih dan mendoakan, kami sekeluarga.



Hingga suatu hari, Nenek Darmi sakit, dia tidak menyapu halaman lagi, ada orang menawarkan jasa buat menyapu halaman, tapi maaf, aku menolaknya. Sementara Nenek Darmi sakit, biar kami sapu sendiri, kadang aku yang menyapu, kadang juga suami. Aku tidak ingin dia kehilangan pekerjaannya, benar juga dia datang ke rumah, dan mengatakan ingin menyapu kembali, kalau sudah sehat.

Kejadian luar biasa aku alami, sebelum aku berangkat Umroh kemarin. Aku pesan pada Ibuku, kalau nanti ada pembeli sampah daun cengkeh, uangnya kasihkan ke Nenek Darmi, walaupun itu bukan sampah Nenek Darmi. Ibuku setuju.

Kalian percaya nggak Gan Sist, Allah itu akan menambah atau melebihkan, mengganti apa yang kita keluarkan suka-suka Allah. Pembalasan Allah begitu cepat, hari itu di depan Ka'bah, sehabis sholat Maghrib, sambil menunggu Isya, aku membatin "Kalau menunggu Isya, laper juga ya."
Subhanallah baru saja aku membatin seseorang telah memberiku satu cup kurma, beserta minumnya. Dia adalah seorang nenek, istri saudagar dari Saudi Arabia, yang kebetulan pelayannya adalah orang Indonesia. Aku ngobrol-ngobrol akrab dengan pelayanan itu, serasa seperti bertemu dengan saudara sendiri.



Aku mengucapkan terima kasih pada nenek Arab itu, cuma bisa bilang Syukron, Syukron sambil tersenyum manis tentunya, karena nggak bisa bahasa Arab juga. Nenek itu pun balas tersenyum, dan tiba-tiba dia ngasih aku uang, aku bingung uang apa? Pelayannya itu mengatakan padaku untuk menerimanya, aku pun menerimanya, bermaksud untuk mengabadikan momen itu, tapi Nenek itu nggak mau di foto. Kucium takzim punggung tangannya. Aku dikasih uang 20 real. Bukan hanya itu saja cucunya yang cantik jelita, ngasih aku Handzanitazer yang masih ada sampai sekarang.

Sampai di hotel, aku bilang sama Ustadz Anwar yang membimbing kami, beliau bilang, "Subhanallah, Ibu baru dapat rejeki di depan Ka'bah." Mataku berembun saat aku ceritakan pada Ustadz Anwar sebelum berangkat, aku ngasih sampah pada seorang Nenek senilai kurang lebih empat puluh ribu rupiah. Di depan Ka'bah, Allah membalasnya dua kali lipat, lewat seorang nenek pula.

Uang yang sepuluh real, aku bayarkan untuk kelebihan bagasi karena waktu itu aku nggak bawa uang real, yang sepuluh real, aku simpan sampai sekarang, buat saku, semoga aku dan keluarga diberikan umur panjang bisa beribadah haji, kapan pun sesuai panggilan Allah.

Mungkin yang aku berikan cuma sampah, tapi semoga saja sampah itu bisa berguna untuk kehidupan Nenek Darmi, biar dapurnya tetap bisa ngebul, apalagi seperti keadaan sekarang ini, ditengah pandemi virus Corona, yang apa-apa serba susah. Semoga aku masih tetap bisa berbagi.

Nenek Darmi sedang sakit dia tidak menyapu halaman rumah, tapi dia tetap berhak atas sampah yang telah kami kumpulkan. Semoga lekas sembuh, Nenek Darmi.



Quote:
.

Mungkin sedikit yang bisa kita berikan pada orang lain, tapi InsyaAllah semua itu bisa berdampak besar.
Semoga kita senantiasa dalam Limpahan kasih sayang Allah, diberikan Rizki dan terus bisa berbagi.
Aamiin ya rabbal alamin.


Spoiler for Sepuluh Cendol Kebaikan:


Pengalaman yang tak akan pernah terlupakan, sekecil apapun kita berbagi semoga bermanfaat.

Penulis trifatoyah
( Bunda Oya )

Sumber gambar dok.pri
Diubah oleh trifatoyah 20-04-2020 11:10
fatille
adityajaya95
key.99
key.99 dan 185 lainnya memberi reputasi
186
3.2K
137
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan