Kaskus

News

daffaprdtyaAvatar border
TS
daffaprdtya
Dampak Ekonomi Global Terhadap Perekonomian Indonesia

Pandemi Covid-19 telah membawa dampak yang sangat buruk bagi perekonomian berskala global. Terutama mata uang rupiah yang semakin hari semakin memburuk di hadapan Dolar AS. Pandemi ini menyebabkan terpuruknya ekonomi baik secara global maupun nasional. Indeks saham wallstreet di New York, AS terus menurun dalam kurun waktu sebulan terakhir, sedangkan IHSG langsung anjlok turun saat pertama kali dibuka di Bursa Efek Indonesia. Dilansir dari CNBC, Indonesiabahwa “Data kompilasi John Hopkins University CSSE menunjukkan saat ini jumlah kasus infeksi COVID-19 di seluruh dunia mencapai 597.335 dan menyebabkan kematian pada 27.365 orang. China (81.946 kasus) yang dulunya menjadi episentrum penyebaran virus kini sudah disalip Amerika Serikat/AS (104.686 kasus) dan Italia (86.498 kasus). 

Dua negara dengan perekonomian terbesar di muka bumi yakni AS dan China menjadi dua negara dengan kasus paling banyak. Bukan hanya rantai pasok saja yang terdampak, permintaan global juga turun. Hal ini diyakini oleh The Economist Intelligence Unit (EIU) sebagai pemicu resesi global.Gambaran ekonomi global tampak suram, dengan resesi terjadi di hampir setiap ekonomi maju di seluruh dunia. Kami berasumsi bahwa akan ada pemulihan di paruh kedua tahun ini, tetapi risiko masih sangat tinggi, karena munculnya gelombang epidemi kedua, atau ketiga yang akan menenggelamkan pertumbuhan lebih lanjut. “Pada tahap ini, sulit untuk melihat strategi selain lockdown, yang berarti bahwa ketidakpastian akan tetap tinggi. Akhirnya, kombinasi dari pendapatan fiskal yang lebih rendah, dan pengeluaran publik yang lebih tinggi, akan menempatkan banyak negara di ambang krisis utang. " kata Agathe Demarais direktur EIU Global Forecasting. EIU meramal perekonomian global akan terkontraksi 2,2% pada 2020. Padahal perkiraan Produk Domestik Bruto (PDB) global sebelumnya diramal tumbuh 2,3%. Ekonomi AS diperkirakan terkontraksi 2,8% tahun ini, sementara PDB China hanya mampu tumbuh 1% dan menjadi pertumbuhan terendah dalam 30 tahun terakhir. Walaupun jumlah kasus di China sudah mencapai puncaknya sejak awal Maret 2020 dan kini aktivitas ekonomi kembali bergeliat, tetap saja dampak masifnya penyebaran virus di Negeri Panda masih akan terasa pada kuartal kedua. Tekanan pada ekonomi global ini juga tentu akan dirasakan oleh Indonesia.

EIU merevisi turun perkiraan pertumbuhan ekonomi RI dari sebelumnya 5,1% menjadi hanya 1% saja di 2020. Artinya terjadi perlambatan yang signifikan (-410 basis poin). Terkait ramalan itu apakah akan menjadi kenyataan atau tidak tentu bergantung dari seberapa parah kerusakan yang ditimbulkan oleh wabah terhadap perekonomian tanah air. Menteri Keuangan Sri Mulyani bahkan sempat menjelaskan bahwa ekonomi RI bisa tumbuh 0% alias tidak tumbuh sama sekali akibat merebaknya pandemi COVID-19 baik di dunia maupun di Indonesia."Dengan skenario tersebut, kami melihat pertumbuhan ekonomi tentu dari COVID-19 ini apabila masalahnya lebih berat, seperti kalau durasi COVID-19 bisa lebih dari 3-6 bulan, dan kemudian terjadi lockdown dan perdagangan internasional bisa drop di bawah 30 persen. Sampai dengan beberapa penerbangan drop sampai 75-100 persen, maka skenario bisa menjadi lebih dalam. Pertumbuhan ekonomi bisa mencapai di antara 2,5 persen bahkan sampai ke nol persen," paparnya.

Oleh karena itu saya berpendapat bahwa jikalau Indonesia tidak bisa menangani resesi global yang kita hadapi sekarang ini, maka tidak menutup kemungkinan bahwa perekonomian Indonesia bisa terpuruk dan semakin banyak terlilit hutang luar negeri. Ketakutan dan kepanikan nasabah bank juga akan menyebabkan keterpurukan ekonomi semakin parah. Isu tentang Rush Money yang dulu sempat di gembar-gemborkan oleh beberapa pihak pun (kemungkinan) akan kembali muncul. Industri-industri perhotelan, pariwisata, makanan akan mengalami penurunaan drastis akibat pandemi ini. Kemerosotan investor asing dalam menanamkan modal di Indonesia juga terkena dampaknya. Untuk itu pemerintah harus mengambil langkah-langkah dan kebijakan yang tepat sasaran yaitu :

1.   Di bidang moneter, ditempuh kebijakan moneter untuk mengurangi penurunan atau depresiasi nilai mata uang lokal yang berlebihan, yaitu kebijakan moneter yang ketat.

2.   Di bidang Fiskal, ditempuh kebijakan fiskal yang lebih terfokus kepada upaya realokasi pengeluaran kegiatan-kegiatan yang tidak produktif kepada kegiatan yang diharapkan dapat mengurangi ‘social cost’ yang ditimbulkan akibat krisis ekonomi yang terjadi.

3.   Di bidang pengelolaan dunia usaha (corporate governance), ditempuh kebijakan yang akan memperbaiki kemampuan pengelolaan baik di sektor publik atau swasta. Termasuk di dalamnya upaya untuk mengurangi intervensi pemerintah, monopoli dan kegiatan-kegiatan yang kurang produktif lainnya.

4. Di bidang perbankan, ditempuh kebijakan yang akan memperbaiki kelemahankelemahan sistem perbankan berupa restrukturisasi perbankan yang bertujuan untuk mencapai 2 hal, yaitu mengatasi dampak krisis, dan menghindari terjadinya krisis di masa yang akan datang.

Upaya pemberdayaan perbankan tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat program, yakni : (i) program rekapitalisasi bank-bank yang merupakan langkah strategis untuk memperbaiki permodalan bank; (ii) program restrukturisasi kredit yang akan sangat menentukan keberhasilan program rekapitalisasi perbankan dan program penyehatan ekonomi secara keseluruhan; (iii) program pengembangan infrastruktur perbankan untuk meningkatkan daya tahan bank-bank dalam menghadapi berbagai gejolak, antara lain rencana pendirian Lembaga Penjamin Simpanan dan pengembangan bank syariah; (iv) program penyempurnaan pelaksanaan fungsi pengawasan bank. 7 Keempat aspek dalam rangka restrukturisasi perbankan tersebut berjalan simultan, dan harus sudah selesai pada sekitar tahun 2001.

Dengan demikian, kelemahan sistem perbankan yang selama ini menjadi sumber dari beratnya kerusakan ekonomi akibat krisis akan berangsur-angsur hilang, diharapkan kita akan memiliki sistem perbankan yang mempunyai ketahanan yang tinggi. Untuk menjaga sustainability kebijakan restrukturisasi perbankan, baik melalui penyehatan di sisi aktiva maupun pasiva, perlu disertai dengan restrukturisasi sisi operasional perbankan dan perbaikan ekonomi makro secara umum, termasuk sektor riil. Untuk itu diperlukan beberapa syarat yang perlu menjadi pemikiran, yaitu:

Kondisi ekonomi makro yang stabil. Kondisi ekonomi yang stabil merupakan persyaratan yang penting bagi terwujudnya kegiatan usaha bank yang sustainable. Dengan laju inflasi yang rendah, disertai oleh nilai tukar yang stabil, suku bunga dapat diharapkan untuk terus turun ke tingkat “normal”, sehingga bank-bank tidak lagi harus menanggung beban negative spread dan bahkan dapat memupuk keuntungan untuk memperkuat permodalannya. Kestabilan nilai tukar dan kestabilan tingkat harga juga pada dirinya memberikan kestabilan dan kepastian bagi usaha bank-bank. 

1.     Dukungan dari program restrukturisasi dunia usaha. Penyehatan usaha bank perlu didampingi oleh penyehatan sektor riil karena keduanya terdapat keterkaitan yang sangat erat. Dalam hubungan ini langkah-langkah yang dilakukan melalui program INDRA, Prakarsa Jakarta, maupun program restrukturisasi kredit bank-bank dengan prokarsa Bank Indonesia diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi dunia usaha, sehingga dunia usaha dapat mulai berkiprah kembali bersama-sama dunia perbankan.

2.     Pembaharuan sistem hukum dan perundang-undangan serta sistem akuntansi. Perbaikan dari segi hukum dan akuntansi diharapkan untuk menciptakan transparansi dan kepastian usaha bank dengan tetap memberlakukan azas kehatihatian.

3.     Penciptaan pasar yang efisien (Market and institutional deepening). Penciptaan pasar yang efisien memungkinkan terciptanya fungsi intermediasi yang optimum dan efektivitas kebijakan moneter. Hal ini dilakukan antara lain melalui penciptaan sistem insentif yang cocok, yaitu berdasarkan mekanisme pasar.

Tenaga-tenaga terlatih yang mempunyai dedikasi dan integritas tinggi untuk mengelola perbankan. Sehubungan dengan itu, program-program pelatihan dan pembinaan, serta program pengawasan bank yang efektif dan terus menerus untuk menjamin kualitas dari sumber daya manusia yang ada di perbankan merupakan hal-hal yang mutlak harus dilakukan. 

sebelahblogAvatar border
sebelahblog memberi reputasi
1
689
4
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan