- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
DUA PEMULUNG KECIL


TS
nurrahmangefer
DUA PEMULUNG KECIL
ini adalah cerpen pertama saya. mungkin kata-katanya masih jauh dari kata bagus dan masih banyak kata-kata rancu.
mungkin segitu cerita pendek saya. menurut saya ceritanya mungkin terlalu alay dan banyak gaya bahasa namun entahlah, hanya itu yang saat ini yang ingin saya tulis
Spoiler for Cerita:
Kesibukan menjadi rutinitas di sebuah Tempat Pembuangan Akhir disuatu wilayah kota Bandung yang dipenuhi dengan tumpukan-tumpukan sisa-sisa kemewahan yang kini telah berubah menjadi permata untuk para pekerja pencari nafkah. Setiap sisa kemewahan disana mungkin tidak pernah dicicipi oleh para pencari nafkah tersebut. Sampah-sampah pelastik dimana-mana, beberapa dihiasi logo-logo dari negeri kapitalis yang tak jarang menghiasi instagram setiap harinya sebagai tanda pencapaian tingkatan social yang ditunjukan untuk manusia social lainya. Kini hiasan-hiasan instagram tersebut berakhir di tangan seorang pria yang menghabiskan separuh hidupnya di tempat tersebut. Tempat dengan julukan TPA. Mata pria itu selalu mengawasi sekitar, mencari sampah yang diapat ditukarkan dengan beberapa koin perak. Setiap kali pria itu mencari harta sampah di berbagai tumpukan mata nya akan selalu singgah sejenak ke tepi, ke tempat teduh dimana pohon mangga menjadi atap nya. Disana terlihat seorang anak berusia hampir 4 tahun dengan beberapa botol sampo di tangan nya dan separuh mobil yang bisa berubah menjadi robot tanpa bagian kaki. Anak itu menikmati takdirnya denga apa yang ada di depan nya. Sesekali pelastik-plastik yang menjadi mainan itu dipukul pukulkan dengan plastic lainya. Terlihat wajahnya yang polos tanpa tawa dimana mulutnya mengeluarkan suara-suara menyerupai pesawat mengankat botol plastic lebih tinggi dari plastic plastic lainya. Pria yang melihat kearah terpi tersebut sesekali mengakat sedikit senyumnya setiap pandangan nya singgah di tempat tersebut.
Singkat cerita anak itu sudah tumbuh menjadi anak 8 tahun. Setiap hari hidupnya mengikuti jejak sang ayah memilah harta harta untuk koin. Dalam hidupnya yang 8 tahun ini, anak itu tak pernah sedikitpun ada rasa sesal karena telah dilahirkan di dunia ini. Ini sangat manusiawi karena anak-anak hanya mengikuti kehidupan berdasarkan apa yang takdir telah membawa mereka. Renungan kehidupan akan mereka rasakan setelah saat masa remaja dimana mereka akan membandingkan dirinya dengan pribadi lainya. Untuk sekarang hal yang dirasakan anak tersebut adalah menjalani hari bersama ayahnya, manusia yang setiap hari dilihatnya dan tentu beserta harta harta yang telah dipilah oleh sang ayah. Rumah anak itu tidak jauh dari TPA. Rumahnya masih di berada di tepi Tpa dengan tihang kayu lapuk sebagai penyangga seng dan terpal yang dijadikan atap. Rumah itu adalah istana pengistirahatan mereka walaupun ukurannya tidak sebanding dengan rumah tipe 36/72 namun rumah tersebut cukup untuk menyimpan 1 manusia dewasa dan 1 anak kecil didalamnya beserta tumpukan harta yang telah dikumpulkan di sebelah rumah itu.
Raden. Nama anak itu raden. Tersirat harapan dari sang ayah. Harapan dimana titik sang ayah menginginkan kesejahteraan mengikat takdir pada anaknya. Impian sang ayah tidak terlalu tinggi. Dia tidak menginginkan anaknya menjadi seorang menteri ataupun seorang yang kemana mana naik mobil mewah. Harapanya hanya satu, yaitu bekerja di tempat yang lebih bersih dan dapat memiliki uang yang cukup untuk membeli makanan yang layak. Setidaknya makanan yang dimakan oleh kalangan menegah.
Raden dulu selalu mencari sampah hanya berdua dengan ayahnya namun kini ada teman barunya yang ikut memulung dengan mereka. Namanya Angga usianya 1 tahun lebih tua dari Raden yang merupakan tetangga baru raden semenjak seminggu yang lalu. Dia tinggal bersama ibu dan ayahnya. Istana yang mereka bangun tidak jauh dari istana raden yang sudah berdiri sebelumnya. Raden pernah menanyakan tempat asal Angga sebelum pindah menjadi tetangganya dan Angga pun menceritakan bahwa TPA yang pernah mereka tinggali di tutup sehingga akhirnya mereka pindah ke TPA tempat Raden tinggal. Raden kini senang memiliki teman. Namun kesenangan itu bukan berarti Raden menghabiskan waktunya dengan bermain seperti anak-anak se usianya. Raden tetap menjalani takdir yang diajarkan oleh ayahnya untuk mencari barang-barang yang dapat menjadi uang. Begitu pun dengan Angga kini mereka menghabiskan setiap hari nya degan mencari barang yang dapat menjadi uang dan menjualnya bersama sama. TAMAT.
mungkin segitu cerita pendek saya. menurut saya ceritanya mungkin terlalu alay dan banyak gaya bahasa namun entahlah, hanya itu yang saat ini yang ingin saya tulis
Spoiler for tentang ending:
sebenarnya bukan maksud saya menulis ending seperti itu. mungkin terdengar sangat GJ (Gak Jelas) namun entahlah saya pribadi untuk cerpen pertama ingin membuat cerita seperti itu. selain itu masih ragu untuk melanjutkan. belum terpikir jalan cerita yang bagus.






nona212 dan 14 lainnya memberi reputasi
15
800
Kutip
8
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan