- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Kabar Duka, IDI Sebut 25 Dokter Meninggal Akibat Virus Corona Covid-19


TS
i.am.legend.
Kabar Duka, IDI Sebut 25 Dokter Meninggal Akibat Virus Corona Covid-19

Kabar Duka, IDI Sebut 25 Dokter Meninggal Akibat Virus Corona Covid-19
Suara.com - Kabar duka terus-menerus datang dari dokter dan tenaga medis yang menangani pasien virus corona atau Covid-19. Mereka dinyatakan gugur setelah terinfeksi saat harus menangani pasien Covid-19.
Hingga Sabtu, (24/4/2020) ada sebanyak 25 dokter yang meninggal dunia selama merawat pasien Covid-19. Daftar itu beredar di kalangan dokter dan tenaga kesehatan.
Suara.com mencoba mengkonfirmasi nama-nama tersebut. Humas Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Indra Bustomi menyatakan bahwa mereka memang merupakan dokter yang menangani pasien Covid-19.
"Iya itu dari informasi RS persahabatan, bener," kata Indra saat dihubungi Suara.com, Sabtu, (4/4/2020)
Dari daftar tersebut, 3 orang dokter di antaranya baru saja menghembuskan nafas terakhirnya. Mereka antara lain DR.Dr. Lukman Bubakar SpOT (RsP), dr. Bernadette Albertine Francisca T, Sp.THT-KL, dan Dr Ketty, IDI Tangerang Selatan yang disebut-sebut ikut merawat Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (BKS) di RSPAD Gatot Soebroto.
Ketiga nama dokter ini juga sudah terunggah di media sosial instagram PB IDI, lengkap dengan foto dan ucapan belasungkawa. Kabar baru 3 dokter wafat ini juga dibenarkan Indra.
Sementara itu dari daftar yang beredar sebenarnya ada satu nama, dr. Toni Daniel Silitonga petugas medis di Dinas Kesehatan Bandung Barat, yang disebut-sebut meninggal karena Covid-19 ternyata dibantah pihak keluarga. Menurut pesan yang disampaikan keluarga dr. Toni meninggal karena serangan jantung.
"Saya anak pertama dari dr. Toni Silitonga. Ayah saya meninggal karena serangan jantung akibat kelelahan melakukan pemantauan dan edukasi dalam tugasnya sebagai Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular (P2M). Ayah saya memang memiliki riwayat penyakit jantung," tulis pesan yang diterima suara.com.
Sementara itu di Indonesia, hingga kini sudah ada 2.092 kasus konfirmasi positif Covid-19. 191 orang di antaranya kembali berpulang atau meninggal dunia, dan sebanyak 150 orang sudah dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang.
Berikut daftar nama dokter-dokter tersebut adalah:
1. Prof. DR. dr. Iwan Dwi Prahasto (GB FK UGM)
2. Prof. DR. dr. Bambang Sutrisna (GB FKM UI)
3. drg. Amutavia Pancasari Artsianti Putri, Sp. Ort (RSUD Jati Sampurna, Bekasi)
4. drg. Yuniarto Budi Santosa, M.Kes (Dinkes Kota Bogor)
5. dr. Bartholomeus Bayu Satrio (IDI Jakarta Barat)
6. dr. Exsenveny Lalopua, M.Kes (Dinkes Kota Bandung)
7. dr. Hadio Ali K, Sp.S (Perdossi DKI Jakarta)
8. dr. Djoko Judodjoko, Sp.B (IDI Bogor)
9. dr. Adi Mirsa Putra, Sp.THT-KL (IDI Bekasi)
10. dr. Laurentius Panggabean, Sp.KJ (RSJ dr. Soeharto Herdjan)
11. dr. Ucok Martin Sp. P (Dosen FK USU)
12. Dr. Heru S. (Undip 1974)
13. dr. Efrizal Syamsudin, MM (RSUD Prabumulih, Sumatera Selatan)
14. dr. Ratih Purwarini, MSi (IDI Jakarta Timur)
15. Laksma (Purn) dr. Jeanne PMR Winaktu, SpBS. Gugur di RSAL Mintohardjo.
16. Dr. Maas Musa Sp.A (Serpong).
17. Drg. Roselani Odang Sp.Pros
18. Dr. Anneke Suparwati, MPH (Dosen FKM UNDIP)
19. Dr Eddy Supriyadi SpPA
20. DI RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo dr. Bernadetta Tuwanakotta Sp. THT- KL
21. DR.Dr. Lukman Bubakar SpOT (RsP)
22. Dr Ketty, IDI Tangsel
23. Drg Gunawan Oentaryo, PDGI Banjarmasin
24. Dr. Adi Santoso, Leuwiliang Jabar
25. dr. Bernadette Albertine Francisca T, Sp. THT-KL IDI Cabang Makassar.
sumber
xxxxxxxx
Dengan tidak mengurangi rasa hormat dan rasa duka, berita meninggalnya dokter akibat wabah Corona adalah sebuah pukulan berat bagi negara manapun di bumi ini.
Cuma ada beberapa hal yang patut disesali.
IDI sebagai lembaga profesi yang menaungi banyak dokter di Indonesia nampaknya mulai ikut larut dalam hiruk pikuk ketidakjelasan informasi yang benar. Bukannya meragukan, tetapi ada baiknya IDI dapat menyampaikan informasi sejelas-jelasnya, bukan hanya menyampaikan daftar para dokter yang meninggal.
Pertama, seharusnya IDI bisa menjelaskan kronologis meninggalnya tiap dokter anggota IDI, apakah benar mereka meninggal karena berjuang digaris depan saat menangani wabah Corona berdasarkan perintah negara, ataukah meninggal karena terpapar saat praktek pribadi dari pasien, entah di Rumah Sakit tempat mereka bekerja, atau di tempat praktek pribadi mereka.
Meskipun mungkin mereka benar terinfeksi Corona, namun selayaknya berita harus disampaikan secara terbuka, tidak hanya dibungkus dengan narasi meninggal akibat Corona.
Kedua, IDI seharusnya bisa menjelaskan secara terbuka, apakah para dokter meninggal akibat tidak memakai APD secara benar dan sesuai standar medis ataukah hanya memakai pelindung ala kadarnya. Ini harus dijelaskan, karena nyatanya ada dokter yang disinyalir terpapar akibat memakai APD dari jas hujan, dan itu bukan disaat mereka menangani pasien Corona di RS yang ditunjuk, melainkan terpapar saat mereja menangani pasien pribadi.
Ketiga, dengan adanya bantahan dari pihak keluarga yang menolak anggota keluarganya disangkutpautkan dengan nama-nama dokter yang meninggal akibat Corona, seharusnya IDI bisa merefleksi diri dan memperbaiki data serta informasi, bukan hanya mengejar data statistik bahwa semakin banyak dokter yang meninggal maka semakin membuka peluang untuk mendiskreditkan pemerintah. Sebab pada kenyataannya pemerintah tidak ikut campur dalam pengelolaan rumah sakit beserta gaji dokter dan perlengkapan lainnya. Semuanya sekarang serba mandiri. Seharusnya juga IDI bisa menuntut kepada pihak rumah sakit mengapa mereka tidak mau membeli APD yang layak.
Mengkritisi siapapun adalah hak siapapun juga. Tapi selayaknya dalam penanganan wabah Corona ini, jangan sampai unsur politik dimasukan dalam agenda kesehatan. Mau ketua IDI adalah mantan caleg dari Nasdem atau tidak, selayaknya semua pihak tidak mendasari tindakannya berdasar ego politik yang tersembunyi.
Kematian adalah takdir, itu benar. Berusaha untuk selamat dari bahaya adalah ikhtiar. Dan berdoa meminta perlindungan kepada Maha Pencipta adalah ciri masyarakat beragama. Semuanya harus dijalankan sesuai porsinya, bukan dibolak balik.
Banyak yang lupa, meskipun Indonesia memproteksi diri sejak dini, mustahil Corona tak akan masuk Indonesia. Dan mustahil juga Corona tak akan menyebar di Indonesia. Ini jika kita mau jujur pada diri sendiri, betapa ndablegnya masyarakat Indonesia menghadapi wabah mematikan ini. Anjuran tetap anjuran. Himbauan tetap himbauan. Masuk kuping kanan keluar kuling kiri. Bahkan mungkin yang hanya bisa teriak protes dan menghujat belum tentu bisa menerapkan apa yang diharapkan pemerintah. Padahal edukasi telah banyak disuarakan. Nyatanya hal itu hanya dianggap sebagai suara kaleng rombeng.
Dan ketika kita mendengar ada dokter yang meninggal, maka jangan serta merta menganggap semuanya adalah kesalahan satu pihak. Semua salah. Ya pemerintah pusat, ya DPR, ya Gubernur, ya DPRD, ya rakyatnya, bahkan dokternya. Bahkan juga kalau boleh dimasukan, peran pemuka agama juga patut dipersalahkan.
Kalau kita tetap berpegang pada ego maha benar, maka semuanya akan terlihat salah.
Yang jadi pertanyaan, siapa yang telah benar-benar BENAR sekarang ini?
Diubah oleh i.am.legend. 05-04-2020 19:21






sebelahblog dan 14 lainnya memberi reputasi
11
2.3K
69


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan