nevertalkAvatar border
TS
nevertalk
India Lebih Panas dari Indonesia, Tetap Saja Corona Merajalela


Virus Corona (COVID-19) disebut tak bisa bertahan di wilayah yang panas. Namun, di negara panas seperti India, jumlah kasus Corona sudah mencapai 2.500 lebih.

Seperti diketahui, India termasuk negara di Benua Asia yang memiliki iklim tropis. Bahkan, suhu panas di India bisa mencapai 51 derajat Celsius. Bahkan pada Juni 2019, seperti dilansir Reuters, sedikitnya 36 orang tewas dengan kalangan pekerja miskin paling banyak menjadi korban akibat gelombang panas di India.

"Ini merupakan gelombang panas terburuk yang pernah terjadi. Tahun 2015, gelombang panas tercatat terjadi di sembilan wilayah, tahun ini diperkirakan ada di 23 wilayah," sebut Anup Kumar Srivastava selaku pakar gelombang panas pada Otoritas Penanggulangan Bencana Nasional India (NDMA).


Untuk saat ini, berdasarkan situs Weather per Jumat (3/4), suhu di New Delhi, ibu kota India, mencapai 29 derajat Celsius dengan kelembapan 23%. Sedangkan di Mumbai, suhunya mencapai 34 derajat Celsius dengan kelembapan 52%. Adapun di Jakarta, kini suhunya 27 derajat Celsius dengan kelembapan 82%.

Walaupun suhu di India begitu panas, Corona tetap bisa menembus negara tersebut. Data yang dihimpun CSSE Universitas Johns Hopkins per Jumat (3/4), sudah ada 2.567 kasus Corona di India. Sebanyak 72 orang di antaranya meninggal dunia dan 192 orang sembuh.


India juga termasuk negara yang memberlakukan lockdown sejak Selasa, 24 Maret 2020. Lockdown pun sempat memicu kerusuhan lantaran masyarakat melakukan migrasi massal besar-besaran di sejumlah titik. Atas kerusuhan ini, Perdana Menteri India Narendra Modi meminta maaf. Namun, menurutnya, tidak ada cara untuk menangkal Corona selain lockdown.

"Mungkin banyak yang akan marah kepada saya karena dikurung di rumah mereka. Aku mengerti masalahmu, tetapi tidak ada cara lain untuk berperang melawan virus Corona.... Itu adalah pertempuran hidup dan mati dan kita harus memenangkannya," kata Modi seperti dikutip dari BBC, Senin (30/3/2020).
 




Sebelumnya, teori soal virus Corona tidak bisa bertahan di wilayah tropis yang suhunya panas itu dilontarkan oleh Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam rapat koordinasi yang disiarkan lewat akun YouTube Sekretariat Presiden pada Kamis (2/4). Luhut mengatakan virus SARS-CoV-2 tidak akan tahan panas dan lembap.

"Dari hasil modelling kita yang ada, cuaca Indonesia, ekuator ini yang panas dan juga humidity (kelembapan) tinggi itu untuk COVID-19 ini nggak kuat," ujar Luhut.

Selain itu, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian sempat mengungkap COVID-19 bisa diatasi dengan berjemur di bawah paparan panas sinar matahari.

"Ini bisa diatasi dengan mencegah penularan dan memperkuat daya tahan tubuh, dengan olahraga, terpapar sinar ultraviolet juga bagus, sinar matahari. Kemudian memperkuat daya tahan tubuh dengan makan makanan yang sehat, cuci tangan, memakai hand sanitizer," tutur Tito dalam jumpa pers seusai rapat dengan Gubernur Anies Baswedan di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, kala itu.

Namun, sebenarnya Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) sudah merilis keterangan mengenai hal itu. Kominfo memberi cap informasi yang menyatakan virus Corona bisa mati karena terpapar sinar matahari sebagai disinformasi.



"[DISINFORMASI] Virus Corona bisa Mati karena Terkena Sinar Matahari," demikian tulis Kemenkominfo dalam situs resminya, tertanggal 4 Maret 2020.

Informasi yang dicap Kominfo sebagai disinformasi adalah informasi berantai yang beredar lewat WhatsApp. Informasi itu menyebut virus Corona bisa mati pada suhu 26-27 derajat Celsius. Virus itu akan hilang sepenuhnya saat terkena sinar matahari.


Sementara itu, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyebut hingga saat ini belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan virus Corona tidak akan bertahan lama di cuaca panas, seperti Indonesia. Teori-teori tanpa bukti tersebut sudah pernah terpatahkan.

"Jadi teori-teori seperti itu sudah terpatahkan pada saat kita bicara dulu tidak ada Corona di Indonesia, tapi ternyata akhirnya ada. Ya karena waktu itu ada juga yang mengatakan seperti itu. Buktinya Thailand juga walaupun dengan iklim yang sama dengan Indonesia, Thailand juga sudah ada duluan kan," ujar Waketum IDI Adib Khumaidi saat dihubungi, Kamis (2/4).



https://news.detik.com/berita/d-4964...13.1541780864

GA PIMPINAN, GA BAWAHAN

MALAH BIKIN HOAX emoticon-Cool



Diubah oleh nevertalk 03-04-2020 13:25
lina.wh
4iinch
sebelahblog
sebelahblog dan 11 lainnya memberi reputasi
10
4K
61
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan