- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
23 Rumah Sakit di Yogyakarta Tolak Rawat PDP Virus Corona!


TS
akun.newbie
23 Rumah Sakit di Yogyakarta Tolak Rawat PDP Virus Corona!

Quote:
1 pasien dalam pengawasan (PDP) virus corona di wilayah kabupaten Bantul dikabarkan dalam keadaan kritis. Pasien tersebut dirawat di Rumah Sakit Nur Hidayah, Desa Trimulyo, Kecamatan Jetis Bantul yang notabene bukan merupakan rumah sakit rujukan kasus COVID-19.
Pihak rumah sakit pun kelabakan melakukan penanganan terhadap pasien tersebut. Pasalnya, semua rumah sakit rujukan dalam penanganan kasus COVID-19 di wilayah DIY tidak ada yang bersedia menerimanya. Kepanikan bertambah ketika Alat Pelindung Diri (APD) yang dimiliki oleh rumah sakit ini cukup minim dan seadanya, bukan standar penanganan COVID-19.
Saking sulitnya mencari rujukan, akhirnya Direktur Utama Rumah Sakit Nur Hidayah, Sagiran, membuat video terkait kondisi tersebut. Sambil mengenakan APD, Sagiran mengenakan pakaian APD berwarna putih berdiri di depan RS Nur Hidayah Bantul. Video tersebut beredar luas di kalangan pejabat dan juga masyarakat di Bantul.
"Assalamualaikum bapak kepala dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Bapak Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Kabupaten Bantul, Bapak Bupati Bantul, bapak-bapak anggota dewan..tolonglah kami. Karena di klinik Nur Hidayah ada satu pasien PDP yang kini dalam kondisi kritis ada di dalam..Kita sudah menelepon 23 rumah sakit tidak ada yang mau terima..kami pakai APD seadanya karena tidak ada bantuan, tidak bisa mengadakan sendiri..tolong kerahkanlah tim apa namanya untuk menolong pasien itu yang ada di dalam yang sedang menunggu di dalam, tensinya tinggal 80..kami sangat menunggu..saat ini juga..saya dokter Sagiran..saya ketua Ikatan Dokter Indonesia Cabang Bantul..saya mengunggah ini karena prihatin dari 23 rumah sakit tidak mau menerima..tolong pak..terima kasih..wassalamualaikum warrohmatullohiwabarrokatu," tutur Sagiran dalam video tersebut.
Ketika dikonfirmasi berkaitan dengan video tersebut, Sagiran membenarkan ia yang membuat video tersebut. Ia sengaja mengunggah keluhan tersebut karena kesulitan merujuk pasien yang mereka tangani. Padahal status pasien tersebut adalah PDP COVID-19 yang seharusnya mendapat prioritas penanganan.
"23 rumah sakit sudah saya hubungi. Tidak ada yang menerima," ujarnya, Senin (30/3/2020) melalui nomor pribadinya.
Sagiran menyebutkan 23 rumah sakit tersebut di antaranya
RS PKU Muahmmadiyah Yogyakarta, RS Jogja Wirosaban, RS Rajawali Citra, RSUD Panembahan Senopati, RS PKU Muhammadiyah Bantul, RS PKU Muhammadiyah Gamping, RS Bethesda, RS Panti Rapih, RS Respira, RS Panti Rapih, RS Hardjolukito, RS Santa Elizabet, RS Santa Elizabet, RS UII, RS Ludiro Husodo, RS Rahma Husada, RS Pratama, RSA UGM, RS Bhayangkara, RSUD Sleman, RS JIH, RS Sardjito, RS Siloam, RSUD Prambanan dan RS Hermina
Pasien tersebut mengalami demam, batuk, sesak nafas, riwayat perjalanan dan kontak COVID-19 disangkal, riwayat radang tenggorokan selama kurang lebih 2 bulan sebelum ada kasus corona berada di Kota Yogyakarta. Dikatakan bahwa yang bersangkutan sudah periksa ke dokter spesialis THT pada bulan Januari 2020 lalu namun belum ada perubahan.
Sekretaris Daerah Kabupaten Bantul, Helmi Jamharis ketika dikonfirmasi mengatakan terkait dengan beredarnya video tersebut, pemerintah Kabupaten Bantul telah menindaklanjutinya. Pihaknya telah mengirimkan dua pasien dikirim ke Rumah Sakit dr Sardjito dan satu pasien ke RS UII. Pihaknya menandaskan semaksimal mungkin memberika fasilitas terhadap permasalahan yang muncul.
"Kami hanya ingin sampaikan kepada siapapun sebelum share terhadap informasi terkait dengan kondisi yang terjadi. Mohon diinformasikan terlebih dahulu ke tim gugus tugas," tandasnya.
Dengan cara demikian akan langsung dengan cepat menyelesaikan persoalan sebelum terjadi keresahan di tengah masyarakat dengan sangat cepat.
https://m.kumparan.com/tugujogja/23-...na-1t7r1WHKPiO
Pihak rumah sakit pun kelabakan melakukan penanganan terhadap pasien tersebut. Pasalnya, semua rumah sakit rujukan dalam penanganan kasus COVID-19 di wilayah DIY tidak ada yang bersedia menerimanya. Kepanikan bertambah ketika Alat Pelindung Diri (APD) yang dimiliki oleh rumah sakit ini cukup minim dan seadanya, bukan standar penanganan COVID-19.
Saking sulitnya mencari rujukan, akhirnya Direktur Utama Rumah Sakit Nur Hidayah, Sagiran, membuat video terkait kondisi tersebut. Sambil mengenakan APD, Sagiran mengenakan pakaian APD berwarna putih berdiri di depan RS Nur Hidayah Bantul. Video tersebut beredar luas di kalangan pejabat dan juga masyarakat di Bantul.
"Assalamualaikum bapak kepala dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Bapak Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Kabupaten Bantul, Bapak Bupati Bantul, bapak-bapak anggota dewan..tolonglah kami. Karena di klinik Nur Hidayah ada satu pasien PDP yang kini dalam kondisi kritis ada di dalam..Kita sudah menelepon 23 rumah sakit tidak ada yang mau terima..kami pakai APD seadanya karena tidak ada bantuan, tidak bisa mengadakan sendiri..tolong kerahkanlah tim apa namanya untuk menolong pasien itu yang ada di dalam yang sedang menunggu di dalam, tensinya tinggal 80..kami sangat menunggu..saat ini juga..saya dokter Sagiran..saya ketua Ikatan Dokter Indonesia Cabang Bantul..saya mengunggah ini karena prihatin dari 23 rumah sakit tidak mau menerima..tolong pak..terima kasih..wassalamualaikum warrohmatullohiwabarrokatu," tutur Sagiran dalam video tersebut.
Ketika dikonfirmasi berkaitan dengan video tersebut, Sagiran membenarkan ia yang membuat video tersebut. Ia sengaja mengunggah keluhan tersebut karena kesulitan merujuk pasien yang mereka tangani. Padahal status pasien tersebut adalah PDP COVID-19 yang seharusnya mendapat prioritas penanganan.
"23 rumah sakit sudah saya hubungi. Tidak ada yang menerima," ujarnya, Senin (30/3/2020) melalui nomor pribadinya.
Sagiran menyebutkan 23 rumah sakit tersebut di antaranya
RS PKU Muahmmadiyah Yogyakarta, RS Jogja Wirosaban, RS Rajawali Citra, RSUD Panembahan Senopati, RS PKU Muhammadiyah Bantul, RS PKU Muhammadiyah Gamping, RS Bethesda, RS Panti Rapih, RS Respira, RS Panti Rapih, RS Hardjolukito, RS Santa Elizabet, RS Santa Elizabet, RS UII, RS Ludiro Husodo, RS Rahma Husada, RS Pratama, RSA UGM, RS Bhayangkara, RSUD Sleman, RS JIH, RS Sardjito, RS Siloam, RSUD Prambanan dan RS Hermina
Pasien tersebut mengalami demam, batuk, sesak nafas, riwayat perjalanan dan kontak COVID-19 disangkal, riwayat radang tenggorokan selama kurang lebih 2 bulan sebelum ada kasus corona berada di Kota Yogyakarta. Dikatakan bahwa yang bersangkutan sudah periksa ke dokter spesialis THT pada bulan Januari 2020 lalu namun belum ada perubahan.
Sekretaris Daerah Kabupaten Bantul, Helmi Jamharis ketika dikonfirmasi mengatakan terkait dengan beredarnya video tersebut, pemerintah Kabupaten Bantul telah menindaklanjutinya. Pihaknya telah mengirimkan dua pasien dikirim ke Rumah Sakit dr Sardjito dan satu pasien ke RS UII. Pihaknya menandaskan semaksimal mungkin memberika fasilitas terhadap permasalahan yang muncul.
"Kami hanya ingin sampaikan kepada siapapun sebelum share terhadap informasi terkait dengan kondisi yang terjadi. Mohon diinformasikan terlebih dahulu ke tim gugus tugas," tandasnya.
Dengan cara demikian akan langsung dengan cepat menyelesaikan persoalan sebelum terjadi keresahan di tengah masyarakat dengan sangat cepat.
https://m.kumparan.com/tugujogja/23-...na-1t7r1WHKPiO
No comment, takut dikira barisan sakit hati.
Diubah oleh akun.newbie 30-03-2020 19:51






sebelahblog dan 9 lainnya memberi reputasi
10
5.1K
Kutip
77
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan