Assalamualaikum, GanSis.

Jumpa lagi di thread saya yang apalah-apalah.

Sebut saja aku Rin. Ini adalah kisah yang terjadi sekitar empat tahun lalu. Saat itu aku dan beberapa rombongan teman sekolah mengadakan perjalanan menuju obyek wisata Candi Borobudur di Magelang. Kami yang berangkat dari Purworejo, telah menyiapkan semua perbekalan dan peralatan yang kami butuhkan. Entah karena terlalu semangat, atau memang tidak fokus, sepertinya rombongan kami yang saat itu menaiki bus, memulai perjalanan tanpa berdoa terlebih dahulu.

Setelah memastikan semua kursi terisi penuh, aku yang menjabat sebagai ketua rombongan sekaligus penanggung jawab, meminta sopir untuk segera berangkat. Saat memeriksa penumpang sekali lagi, aku seperti melihat seorang gadis berambut pendek duduk di kursi sudut bagian belakang. Sambil menikmati perjalanan, aku mulai mengingat-ingat, siapa gerangan gadis itu. Aku pun mengecek kembali daftar nama penumpang, dan memastikan tidak ada nama yang asing.

"Ra, kamu kenal yang duduk di belakang itu? Yang dekat jendela?" tanyaku pada sahabat dekat yang duduk di sampingku.

Rara yang saat itu sedang asyik mendengarkan lagu dari ponsel barunya hanya menoleh sekilas, lalu menggeleng.

"Ndak. Mungkin anak kelas lain," ujarnya santai.

"Tapi dia gak ada di daftar penumpang yang mendaftar," ujarku lagi.

"Aduh, ribet amat, sih, Rin. Ya sudah kalau gak ada, mungkin dia salah satu adik, saudara atau kenalan teman kita. Kamu bilang boleh mengajak teman lain, kan?" tanya Rara dengan wajah kesal.

"Iya, tapi ...."
Suaraku terhenti. Kulihat Rara kembali menekuni ponsel barunya. Mendengarkan musik sambil mengangguk-anggukkan kepala. Aku kembali mengedarkan pandangan, masih berusaha mencari tahu, hal aneh apa yang sejak tadi membuatku gelisah.

Untuk menghibur diri, aku memutuskan menatap ke luar jendela. Menikmati deretan pohon-pohon yang berlarian.



gambar

Deg!
Tiba-tiba jantungku seperti berhenti berdetak. Meski hanya sekelebat, aku seperti melihat bayangan seorang gadis berambut pendek berlari sambil melambaikan tangan. Seperti meminta bus yang aku tumpangi untuk berhenti. Dahiku berkerut. Gadis itu, kan ....

Saat itu juga aku menoleh ke belakang. Kekagetanku semakin menjadi-jadi. Di kursi belakang dekat jendela itu, kini diduduki Safara, salah satu teman sekelasku. Aneh! Seingatku tadi ada gadis berambut pendek duduk di sana.

"Ra, kok tiba-tiba Safara duduk di sana, ya?" tanyaku pada Rara.

"Emangnya kenapa?" tanya Rara santai.

"Bukannya tadi tempat itu diduduki seorang gadis berambut pendek? Kamu lihat juga, kan?" tanyaku memastikan.

"Gadis berambut pendek yang mana, ah?" tanya Rara bingung.

Wajahku tiba-tiba pucat. Dengan tubuh yang mulai gemetar, saat itu juga aku baru teringat kalau belum berdoa. Mungkin semua kejadian aneh ini bermula karena kami terlalu semangat akibat begitu stres karena ujian akhir hampir tiba.

Belum cukup sampai di situ, suasana aneh yang aku alami berlanjut saat mendadak bus yang kami tumpangi bergetar hebat. Padahal jalan yang kami lalui sangat mulus karena aspalnya baru saja diperbaiki.
Aku lalu menoleh ke belakang, menatap gapura besar yang membatasi jalan Purworejo dan Magelang. Aku menajamkan pandangan, yakin betul bahwa bus kami baru saja menabrak sesuatu yang sangat besar. Namun, saat kupastikan berkali-kali, tidak ada apa-apa



gambar

Bulu kudukku seketika meremang saat menyadari sesuatu. Bus ini baru saja melewati desa Kalijambe, kawasan yang terbilang angker. Kudengar dari kabar yang sering beredar, bahwa kawasan perbatasan yang memisahkan Purworejo dan Magelang ini dijaga oleh makhluk bertubuh besar tanpa kepala. Makhluk yang kerap menunggu gapura itu sering menyeberang jalan dan menabrak kendaraan yang lewat untuk dijadikan tumbal.

"Tidak!!!"
Aku menjerit sangat keras, membuat seisi bus kaget. Termasuk pak sopir yang sedang mengemudi. Karena fokusnya teralihkan, kemudi bus itu oleng. Bus yang kami tumpangi seketika menikung tajam dan membentur salah satu pohon besar di pinggir jalan, sebelum akhirnya berguling tanpa bisa dikendalikan.

Sopir bus kami meninggal saat itu juga, sementara penumpang yang lain luka-luka. Sambil menahan perih karena darah yang mengalir dari kepala, samar-samar aku melihat warga berlarian mendekat untuk menolong. Di antara mereka yang berlari, aku melihat sosok gadis berambut pendek itu, berdiri sambil mengamati semua yang terjadi.

"Jadi ... ini maksudnya ..."gumamku sebelum pingsan.



gambar

Selamat bersenang-senang.

Terima kasih sudah membaca. Silakan tinggalkan kritik dan saran di kolom komentar.

Salam
Perempuan Absurd

Purworejo, 27 Maret 2020