- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Menjadi Saksi Perjalanan Test Covid-19


TS
amal17
Menjadi Saksi Perjalanan Test Covid-19
Halo gan sis! Gimana self-quarantine--nya? Kalo ane sih lama lama bosen dirumah biar kata WFH, karena nggak banyak gerak dan ketemu orang, huf. Makanya deh mampir kesini buat sekedar berbagi pengalaman yang kebetulan suami ane alamin sendiri waktu test Covid-19 secara nggak sengaja. Kok nggak sengaja?
KRONOLOGI
12 Maret 2020 - MRCCC Siloam Hospital Semanggi
1. Ane mengantarkan laki ane ke IGD MRCCC Siloam Hospital Semanggi sepulang kerja, karena waktu itu suami ane mengeluh badannya lemes, mulai demam, pusing, diare dan ngilu badannya.
2. Suami ane diperiksa dengan screening awal suhu badan 38,5 derajat. Tensi normal dan denyut jantung 90-95
3. Nggak lama dokter jaga IGD visit dan melakukan screening historikal dan cek fisiologis. Disini dokter mengatakan kalau ada gejala ke arah Covid-19. Disini ane mulai agak panik, tapi tetep percaya kalo nggak ada apa apa dengan suami ane, karena nggak ada riwayat berpergian ke luar negeri dan nggak ada keluhan sesak nafas maupun batuk. Dokter mengatakan kalau harus diperiksa lebih lanjut, ane dan suami mengiyakan.
4. Suami ane dipindah ke ruang isolasi, terus dipasang infus paracetamol dan pereda nyeri.
5. Suami anepun diambil sampel darah dan melakukan rontgen thorax sebagai langkah pengecekan pertama.
6. Hasil darah suami ane keluar dengan hasil:
- Typhus negatif (titer hanya 1/80)
- DBD negatif
- Leukosit & pendeteksi bakteri tinggi, yang mengindikasikan adanya peradangan.
7. Dokter mengatakan untuk menegakkan diagnosis, perlu dilakukan CT Scan untuk pemeriksaan lebih lanjut.
8. Nggak lama, dokter menginfokan kembali jika RS nggak berani mengambil resiko untuk mengambil scan suami ane karena khawatir akan berdampak pada pasien umum mereka.
9. Dokter IGD memutuskan untuk merujuk ke RS rujukan nasional Covid-19, RSUP Persahabatan, dengan hasil diagnosa PDP (Pasien Dalam Pengawasan), lalu suami ane diberi obat pulang.
10. Suami ane tidak diantar dengan ambulance dan alat medis apapun ke RSUP Persahabatan. Ane & suami naik Gocar ke TKP. Hal ini kami sayangkan sekali, untuk RS sekelas MRCCC Siloam. Tapi dengan minimnya arahan dari Pemerintah ke RS Swasta, kami akhirnya mencoba mengerti.
13 Maret 2020 - RSUP Persahabatan
1. Setelah dapat rujukan, tengah malam pukul 02.00 itu juga ane langsung menuju ke IGD RSUP Persahabatan. Sampai disana, ane dan suami ane ditolak karena dokter disana mengatakan kalau gejala suami ane nggak mengarah kesana, karena suami ane nggak mengalami batuk maupunsesak nafas. Dokter IGD RSUP Persahabatan menyarankan ane untuk pulang, dan isolasi mandiri sementara menunggu poliklinik khusus skrining Covid-19 yang akan buka pada pukul 7.30 pagi.
2. Ane kembali ke rumah dan istirahat sembari menunggu poliklinik skrining Covid-19 di RSUP Persahabatan buka.
3. Ane dan suami kembali ke RSUP Persahabatan pukul 10.00 untuk mengunjungi poliklinik skrining Covid-19. Sampai disana saya langsung menunjukan surat rujukan, nomor handphone dan KTP yang kemudian diambil oleh security.
4. Ane dan suami ane kemudian menunggu di ruang khusus ODP. Disana ane cuma lihat beberapa bangku, dan sudah banyak ODP disana. Karena banyaknya orang, akhirnya ane lihat banyak orang yang berseliweran disana.
5. Suami ane menunggu giliran untuk diperiksa swab tenggorokan sekitar pukul 11.30, pemeriksaan menggunakan rontgen dan hasil lab dari MRCCC Siloam.
6. Ane dan suami menunggu tanpa kepastian yang jelas hingga malem hari. Ane berusaha nanya sama beberapa petugas yang berganti-ganti, namun jawabannya tidak memuaskan, dan tidak diketahui juga siapa yang bertanggung jawab. Sehingga informasi yang ane dan suami ane dapatkan menjadi simpang siur.
7. Setelah menunggu lama, akhirnya ane dan suami dapet info kalo hasil swab tenggorokan harus dikirim ke Balitbangkes dan nggak bisa dapat hasilnya dalam 1 hari. Kemudian suami ane diminta menunggu lagi untuk cek hasil darah dan rontgen oleh radiologi agar suami ane mendapatkan izin pulang.
8. Pukul 19.00, ane dan suami belum mendapatkan kabar sama sekali dan ane memutuskan untuk pulang karena kelelahan menunggu, apalagi ditempat umum dengan notabene kawasan rawan.
9. Ane dan suami pulang ke rumah, lalu demam suami ane sudah menurun dan gejala yang suami ane alami cenderung ke pencernaan. Suami ane merasakan diare yang sangat sakit dan feses berwarna merah.
RSUP Persahabatan menurut ane serem banget Gan. Agan bisa ngerasain langsung hawa orang-orang yang ketakutan dan siap berperang melawan virus. Ngeliat dokter dan perawat pake baju astronot secara langsung. Ambulance hilir mudik bawa pasien dengan kondisi macem-macem. Ane juga ketemu sama temen SMA ane yang bokapnya udah kritis dan masuk ICU tapi terpaksa ke RSUP Persahabatan dengan menggunakan mobil pribadi dan cuma dibantu dengan oksigen. Begitu ane pulang, bokap temen ane meninggal dunia di RSUP Persahabatan. Jadi itu kali terakhir ane ketemu sama bokapnya. Innalillahi.
14 Maret 2020 - RSUP Persahabatan
1. Ane dan suami kembali lagi ke RSUP Persahabatan untuk mengecek hasil pemeriksaan yang sehari sebelumnya telah dilakukan, namun belum ada informasi yang jelas juga.
2. Terpasang pengumuman bahwa pasien yang melakukan swab tenggorokan pada tanggal 13 Maret 2020 (termasuk diantaranya suami ane), baru dapat diambil pada tanggal 16 Maret 2020.
3. Saat disana ane ngobrol dengan pasien lainnya yang berstatus ODP, ternyata beliau menunggu dari barengan ane dan suami sehari sebelumnya dan sampai hari itu belum juga dapat swab tenggorokan.
4. Ane dan suami ane kembali ke rumah untuk melakukan self-isolate.
16 Maret 2020 - RSUP Persahabatan
1. Sesuai dengan tanggal yang diberitakan di pengumuman, ane dan suami ane kembali ke RSUP Persahabaan. Ternyata pengambilan hasil ada di gedung terpisah (pengambilan sampel sebelumnya di Paviliun Pinere, sedangkan pengambilan hasil di Pavilion Soka)
2. Sesampainya disana, suami ane menunjukkan KTP berserta hasil lab, resume medis dan rontgen dari MRCCC Siloam, lalu suami ane diinfokan jika hasil swab akan diberitahu langsung oleh Dinas Kesehatan via telepon.
3. Resume medis yang diberikan oleh dokter RSUP Persahabatan berisi:
- Anamnesa: Demam, batuk, diare (anehnya disini, ane tidak mengeluhkan adanya batuk, namun tetap ditulis batuk oleh medis.)
- Diagnosa primer: ODP (Orang Dalam Pemantauan)
- Diagnosa sekunder: ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
- Rekomendasi: Istirahat total dan mengkarantina diri selama 14 hari.
26 Maret 2020
Sampai dengan hari ini, suami ane belum menerima telepon dari Dinas Kesehatan mengenai hasil swab tenggorokan yang dilakukan pada tanggal 13 Maret 2020. Namun, sampai saat ini suami ane juga tidak mengalami gejala apapun, 100% sehat, tidak demam dan tidak diare dari tanggal 13 Maret 2020.
Upaya yang udah dilakukan kami sekeluarga buat bertahan hidup ditengah pandemi ini:
1. Tentu tetep #DiRumahAja, nurut sama arahan RS rujukan dan pemerintah
2. Jaga jarak bahkan dengan anggota keluarga sendiri
3. #MumpungDiRumah kita bebersih rumah dengan ekstra (langsung kepikiran nanem saham di Bayclin)
4. Makan makanan yang sehat
5. Minum vit C
6. Minum jejamuan yang menambah daya tahan tubuh (jahe merah, kunyit, temulawak, jeruk nipis dan madu --> ini enak banget!)
Sekian sharing dari ane. Cerita diatas pengalaman ane & suami sendiri. Tidak ada maksud untuk mengkritisi teman-teman tim medis yang udah berjuang, dan kami pun sadar dengan segala kekurangannya pemerintah juga sedang berjuang untuk kebaikan semua. Stay safe & healty temen-temen Kaskuser! Inget, #DiRumahAja dan #MumpungDiRumah yuk bebersih rumah yang bener sambil Ngaskus.
Agan-agan ada yang pernah ikutan test Covid-19? Atau mungkin Agan justru tim medis yang nge-test? Ane tunggu komengnya Gan!
Spoiler for DISCLAIMER:
KRONOLOGI
12 Maret 2020 - MRCCC Siloam Hospital Semanggi
1. Ane mengantarkan laki ane ke IGD MRCCC Siloam Hospital Semanggi sepulang kerja, karena waktu itu suami ane mengeluh badannya lemes, mulai demam, pusing, diare dan ngilu badannya.
2. Suami ane diperiksa dengan screening awal suhu badan 38,5 derajat. Tensi normal dan denyut jantung 90-95
3. Nggak lama dokter jaga IGD visit dan melakukan screening historikal dan cek fisiologis. Disini dokter mengatakan kalau ada gejala ke arah Covid-19. Disini ane mulai agak panik, tapi tetep percaya kalo nggak ada apa apa dengan suami ane, karena nggak ada riwayat berpergian ke luar negeri dan nggak ada keluhan sesak nafas maupun batuk. Dokter mengatakan kalau harus diperiksa lebih lanjut, ane dan suami mengiyakan.
4. Suami ane dipindah ke ruang isolasi, terus dipasang infus paracetamol dan pereda nyeri.
5. Suami anepun diambil sampel darah dan melakukan rontgen thorax sebagai langkah pengecekan pertama.
6. Hasil darah suami ane keluar dengan hasil:
- Typhus negatif (titer hanya 1/80)
- DBD negatif
- Leukosit & pendeteksi bakteri tinggi, yang mengindikasikan adanya peradangan.
7. Dokter mengatakan untuk menegakkan diagnosis, perlu dilakukan CT Scan untuk pemeriksaan lebih lanjut.
8. Nggak lama, dokter menginfokan kembali jika RS nggak berani mengambil resiko untuk mengambil scan suami ane karena khawatir akan berdampak pada pasien umum mereka.
9. Dokter IGD memutuskan untuk merujuk ke RS rujukan nasional Covid-19, RSUP Persahabatan, dengan hasil diagnosa PDP (Pasien Dalam Pengawasan), lalu suami ane diberi obat pulang.
10. Suami ane tidak diantar dengan ambulance dan alat medis apapun ke RSUP Persahabatan. Ane & suami naik Gocar ke TKP. Hal ini kami sayangkan sekali, untuk RS sekelas MRCCC Siloam. Tapi dengan minimnya arahan dari Pemerintah ke RS Swasta, kami akhirnya mencoba mengerti.
13 Maret 2020 - RSUP Persahabatan
1. Setelah dapat rujukan, tengah malam pukul 02.00 itu juga ane langsung menuju ke IGD RSUP Persahabatan. Sampai disana, ane dan suami ane ditolak karena dokter disana mengatakan kalau gejala suami ane nggak mengarah kesana, karena suami ane nggak mengalami batuk maupunsesak nafas. Dokter IGD RSUP Persahabatan menyarankan ane untuk pulang, dan isolasi mandiri sementara menunggu poliklinik khusus skrining Covid-19 yang akan buka pada pukul 7.30 pagi.
2. Ane kembali ke rumah dan istirahat sembari menunggu poliklinik skrining Covid-19 di RSUP Persahabatan buka.
3. Ane dan suami kembali ke RSUP Persahabatan pukul 10.00 untuk mengunjungi poliklinik skrining Covid-19. Sampai disana saya langsung menunjukan surat rujukan, nomor handphone dan KTP yang kemudian diambil oleh security.
4. Ane dan suami ane kemudian menunggu di ruang khusus ODP. Disana ane cuma lihat beberapa bangku, dan sudah banyak ODP disana. Karena banyaknya orang, akhirnya ane lihat banyak orang yang berseliweran disana.
5. Suami ane menunggu giliran untuk diperiksa swab tenggorokan sekitar pukul 11.30, pemeriksaan menggunakan rontgen dan hasil lab dari MRCCC Siloam.
6. Ane dan suami menunggu tanpa kepastian yang jelas hingga malem hari. Ane berusaha nanya sama beberapa petugas yang berganti-ganti, namun jawabannya tidak memuaskan, dan tidak diketahui juga siapa yang bertanggung jawab. Sehingga informasi yang ane dan suami ane dapatkan menjadi simpang siur.
7. Setelah menunggu lama, akhirnya ane dan suami dapet info kalo hasil swab tenggorokan harus dikirim ke Balitbangkes dan nggak bisa dapat hasilnya dalam 1 hari. Kemudian suami ane diminta menunggu lagi untuk cek hasil darah dan rontgen oleh radiologi agar suami ane mendapatkan izin pulang.
8. Pukul 19.00, ane dan suami belum mendapatkan kabar sama sekali dan ane memutuskan untuk pulang karena kelelahan menunggu, apalagi ditempat umum dengan notabene kawasan rawan.
9. Ane dan suami pulang ke rumah, lalu demam suami ane sudah menurun dan gejala yang suami ane alami cenderung ke pencernaan. Suami ane merasakan diare yang sangat sakit dan feses berwarna merah.
RSUP Persahabatan menurut ane serem banget Gan. Agan bisa ngerasain langsung hawa orang-orang yang ketakutan dan siap berperang melawan virus. Ngeliat dokter dan perawat pake baju astronot secara langsung. Ambulance hilir mudik bawa pasien dengan kondisi macem-macem. Ane juga ketemu sama temen SMA ane yang bokapnya udah kritis dan masuk ICU tapi terpaksa ke RSUP Persahabatan dengan menggunakan mobil pribadi dan cuma dibantu dengan oksigen. Begitu ane pulang, bokap temen ane meninggal dunia di RSUP Persahabatan. Jadi itu kali terakhir ane ketemu sama bokapnya. Innalillahi.
14 Maret 2020 - RSUP Persahabatan
1. Ane dan suami kembali lagi ke RSUP Persahabatan untuk mengecek hasil pemeriksaan yang sehari sebelumnya telah dilakukan, namun belum ada informasi yang jelas juga.
2. Terpasang pengumuman bahwa pasien yang melakukan swab tenggorokan pada tanggal 13 Maret 2020 (termasuk diantaranya suami ane), baru dapat diambil pada tanggal 16 Maret 2020.
3. Saat disana ane ngobrol dengan pasien lainnya yang berstatus ODP, ternyata beliau menunggu dari barengan ane dan suami sehari sebelumnya dan sampai hari itu belum juga dapat swab tenggorokan.
4. Ane dan suami ane kembali ke rumah untuk melakukan self-isolate.
16 Maret 2020 - RSUP Persahabatan
1. Sesuai dengan tanggal yang diberitakan di pengumuman, ane dan suami ane kembali ke RSUP Persahabaan. Ternyata pengambilan hasil ada di gedung terpisah (pengambilan sampel sebelumnya di Paviliun Pinere, sedangkan pengambilan hasil di Pavilion Soka)
2. Sesampainya disana, suami ane menunjukkan KTP berserta hasil lab, resume medis dan rontgen dari MRCCC Siloam, lalu suami ane diinfokan jika hasil swab akan diberitahu langsung oleh Dinas Kesehatan via telepon.
3. Resume medis yang diberikan oleh dokter RSUP Persahabatan berisi:
- Anamnesa: Demam, batuk, diare (anehnya disini, ane tidak mengeluhkan adanya batuk, namun tetap ditulis batuk oleh medis.)
- Diagnosa primer: ODP (Orang Dalam Pemantauan)
- Diagnosa sekunder: ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
- Rekomendasi: Istirahat total dan mengkarantina diri selama 14 hari.
26 Maret 2020
Sampai dengan hari ini, suami ane belum menerima telepon dari Dinas Kesehatan mengenai hasil swab tenggorokan yang dilakukan pada tanggal 13 Maret 2020. Namun, sampai saat ini suami ane juga tidak mengalami gejala apapun, 100% sehat, tidak demam dan tidak diare dari tanggal 13 Maret 2020.
Upaya yang udah dilakukan kami sekeluarga buat bertahan hidup ditengah pandemi ini:
1. Tentu tetep #DiRumahAja, nurut sama arahan RS rujukan dan pemerintah
2. Jaga jarak bahkan dengan anggota keluarga sendiri
3. #MumpungDiRumah kita bebersih rumah dengan ekstra (langsung kepikiran nanem saham di Bayclin)
4. Makan makanan yang sehat
5. Minum vit C
6. Minum jejamuan yang menambah daya tahan tubuh (jahe merah, kunyit, temulawak, jeruk nipis dan madu --> ini enak banget!)
Sekian sharing dari ane. Cerita diatas pengalaman ane & suami sendiri. Tidak ada maksud untuk mengkritisi teman-teman tim medis yang udah berjuang, dan kami pun sadar dengan segala kekurangannya pemerintah juga sedang berjuang untuk kebaikan semua. Stay safe & healty temen-temen Kaskuser! Inget, #DiRumahAja dan #MumpungDiRumah yuk bebersih rumah yang bener sambil Ngaskus.
Agan-agan ada yang pernah ikutan test Covid-19? Atau mungkin Agan justru tim medis yang nge-test? Ane tunggu komengnya Gan!






pakolihakbar dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.6K
18


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan