- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Diikuti Pocong Saat Melintasi Kuburan Sukanyar


TS
alii.hasan
Diikuti Pocong Saat Melintasi Kuburan Sukanyar

Hantu pocong memang ada.
Dulu, ane kira cuma kisah fiktif film atau novel horor, tetapi setelah salah satu keluarga ane diikuti hantu pocong, ane jadi percaya jika hantu yang identik dengan kain kafan dan tali pocong tersebut memang ada dan bisa menghantui siapa saja.
Kuburan Sukanyar, di daerah ane memang cukup angker, Gan-Sis. Meski terbilang area pemakaman baru dan nenek ane juga dikubur di sana, tetapi cerita horor di jalanan sekitar Kuburan Sukanyar cukup familiar di kampung ane.
Namun meski begitu, masih banyak orang yang memberanikan diri lewat jalan tersebut saat malam hari karena memang jalanan Kuburan Sukonyar adalah akses paling dekat yang menghubungkan satu desa dengan desa lain, sehingga mudah dijangkau. Dan yang paling penting, jalan di sana paling aman dari penjamret, begal, serta kawan-kawannya.
~~~~~~~~~~~~~~~

hororsiana.blogspot.com
"Cak, kok lewat sini, sih?" protes Bik Dah kepada suaminya saat motor kali pertama dibelokkan masuk jalan sisi kuburan Sukanyar.
"Ya, biar cepat nyampai rumah dengan aman," balas Cak To enteng sambil tetap fokus mengendarai sepeda motornya.
Gelap! Senyap!
Tidak ada penerang di sisi kiri-kanan jalan. Hanya rembulan yang telah mencapai puncak langit memancarkan sinarnya, juga lampu motor depan dan belakang yang menyala semua. Pemerintah setempat sedikit keterlaluan memang. Sudah tahu jalanan area Kuburan Sukanyar ini jadi langganan nongkrong bangsa hantu, eh, tidak diberi fasilitas lampu.
Bik Dah semakin kuat mencengkeram kemeja suaminya. Ia menunduk memejamkan mata.
"Ini sudah tengah malam, lho," gerutu Bik Dah sebal.
"Kalau tengah malam kenapa? Lha wong kita enggak sendiri, kan. Tadi Cak Markatam sama istrinya di depan kita. Cak Ipul sama istri dan anaknya juga boncengan tiga ada di belakang kita," celetuk Cak To panjang lebar, sebenarnya ia juga mendadak panas dingin saat sudah semakin dekat dengan area pemakaman, hanya saja ia berbicara panjang lebar untuk mengelabuhi ketakutannya. Cerita horor Kuburan Sukanyar juga bukan hal asing di telinga petani desa itu.
Mendengar jawaban sang suami, Bik Dah segera memalingkan kepalanya ke belakang, sejenak memastikan apakah benar jika rombongan motor Cak Ipul ada di belakang sehingga mereka tidak berdua saja.
Kedua mata Bik Dah melotot. Ada semacam hentakan di dada, saat tak mendapati apapun di belakang mereka.
Hanya jalanan gelap dengan perkebunan di sisi kiri-kanan jalan yang dihiasi semak belukar serta rumpun bambu yang menjulang.
Bik Dah segera memalingkan kepala ke depan, jika tidak ingin khayalan horor di kepalannya menjadi nyata.
Angin malam menerpa wajah. Bau bunga semboja semakin kuat tercium, menandakan pekuburan kian dekat.
Cak To tampak tenang, meski sebenarnya sebatas formalitas agar kelelakiannya tak diragukan.
Mereka akhirnya melewati sisi kuburan, dengan jalannya yang tak terawat dipenuhi lubang.
Suara burung hantu samar terdengar. Bik Dah memalingkan muka agar tidak sampai menatap nisan-nisan di sana.
Tidak terdengar bunyi satupun, kecuali deru motor dan degub jantung masing-masing.

husrinlatif.blogspot.com
Tidak sengaja Bik Dah menatap kaca spion. Terasa ada dentuman keras sewaktu kedua bola matanya mendapati sosok putih mencekam terbang tampak dari kaca, membuntuti keduanya.
Nyaris ia menjerit.
Seketika keringat dingin mengucur deras di pelipis. Tubuhnya bergetar.
Ia memejamkan mata untuk beberapa saat, tetapi setelah kembali membuka mata, sosok menyeramkan itu masih terbang tampak dari kaca.
"C-Cak ...." Bik Dah ingin mengatakan ada pocong kepada suaminya, supaya laju motor diperbesar, tetapi urung. Ia tahan, agar suaminya tidak merasakan ketakutan yang sama.
Ia terus memejam, hingga motor keluar dari jalan utama Kuburan Sukanyar.
Sekitar 300 meter Bik Dah dihantui pocong yang terbang dan tampak jelas di kaca spion.
Sesampai rumah, Bik Dah segera menenggak segelas besar air putih.
Wajahnya yang pucat degan napas memburu membuat suaminya bertanya, tetapi ia tidak lantas menjawab malam itu juga.
Bayangan pocong masih terasa mengintai benak Bik Dah. Hingga keesokan harinya ia mulai bercerita.
"Makanya, kalau ke mana-mana jangan lupa baca doa!" Cak To memberi tanggapan dengan sedikit bercanda.
"Kamu aja yang ngeyel, Cak. Sudah tahu jalan di sana peteng ndedet, terkenal tempatnya para hantu nongkrong, udah gitu jalanannya gak mulus pula. Masih aja lewat sana," bela Bik Dah sewot.
"Yah, daripada lewat jalan lain dan ketemu jambret atau begal, mending ketemu pocong, kan?" Cak To tertawa menggoda.
Bik Dah memukul bahu suaminya.
Bukan hanya Bik Dah, orang-orang kampung ternyata juga banyak yang pernah dihantui sewaktu melintas jalan sekitar Kuburan Sukanyar.
Berita tersebut sampai di kepala desa dan membuat banyak pihak mendesak agar jalan di sekitar Kuburan Sukanyar diperbaiki sehingga para pengguna tidak merasakan kesulitan saat lewat. Juga agar jalanan di sana diberi banyak lampu penerang, sebab hantu tidak menyukai tempat-tempat yang terang dan bercahaya.
* Cak = Panggilan untuk laki-laki
** peteng ndedet = gelap gulita
~~~~~~~~~~
Sumber: kisah nyata yang dialami salah satu keluarga TS






infinitesoul dan 4 lainnya memberi reputasi
5
2.9K
13


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan