- Beranda
- Komunitas
- News
- Sejarah & Xenology
Sejarah Singkat Virus Corona


TS
inal74
Sejarah Singkat Virus Corona

Penyebaran virus corona saat ini memang sudah menjadi wabah yang sangat masif. Saking masif penyebarannya, terdapat 15 negara yang sudah menerapkan kebijakan lockdown di dalam negerinya, yaitu: Cina, Italia, Spanyol, Perancis, Irlandia, El-Salvador, Belgia, Polandia, Argentina, Yordania, Belanda, Denmark, Malaysia, Filipina, dan Libanon. Virus corona adalah virus yang menyerang sistem pernapasan bahkan mampu menyebabkan pneumonia akut hingga kematian. Penyakit karena infeksi virus ini disebut COVID-19, dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Cina pada akhir Desember 2019. Dengan melihat dan mengetahui begitu masifnya wabah virus corona ini, maka wajar jika muncul pertanyaan: Apakah virus corona ini sebuah virus baru? Sejak kapan virus corona ini ada?
Pada akhir tahun 1960-an, D.A.J Tyrrell (dari Medical Research Council and Ministry of Health Common Cold Research Unitdi Inggris), memimpin sekelompok ahli virologi (ilmu tentang virus) dalam suatu proyek riset yang berkutat dengan human strains (bibit-bibit penyakit yang berasal dari manusia) dan sejumlah virus yang berasal dari hewan (termasuk virus hepatitis pada tikus, virus bronchitis, virus babi) yang semua virus tersebut memiliki kesamaan morfologis ketika dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron. Riset ini menghasilkan sebuah kelompok baru virus yang diberi nama coronavirus (istilah corona merujuk pada bentuk kasatmata virus setelah dilihat dengan mikroskop elektron yaitu mirip mahkota). Coronavirus kemudian secara ilmiah diterima sebagai sebuah genus baru dalam kerajaan virus.
Pada tahun 1965, D.A.J Tyrrell dan M.L Bynoe berhasil mengembangkan suatu virus yang mereka beri nama B814. Virus tersebut ditemukan di dalam kultur organ batang tenggorokan seorang manusia dewasa yang menderita sakit flu biasa. Pada tahun yang sama, D.Hamre dan J.J Procknow berhasil mengembangbiakan suatu virus dengan cara yang belum pernah dilakukan oleh para ahli virologi sebelumnya dengan sampel yang diambil dari seorang mahasiswa kedokteran yang menderita sakit flu. Hamre dan Procknow menamai virus ini dengan nama 229E. Menariknya, virus B814 dan virus 229E ini sama-sama bersifat sensitif terhadap eter (ether-sensitive). Eter adalah senyawa organik yang sangat umum ditemukan dalam kimia organik dan biokimia dengan gugus R-OR-R’. Gugus ini merupakan gugus penghubung pada senyawa karbohidrat dan lignin. Karena sensitivitasnya ini, 2 virus tersebut membutuhkan suatu lapisan lipid (senyawa organik yang berfungsi menyimpan energi dan bertindak sebagai komponen pembangun membran sel) agar`tidak sensitif terhadap eter. B814 dan 229E tidak memiliki hubungan kekerabatan dengan virus-virus dari golongan myxovirus (virus yang bahan genetiknya berupa DNA dan RNA) maupun golongan paramyxovirus (virus yang bahan genetiknya hanya RNA untai negatif). Contoh golongan myxovirus adalah virus flu. Contoh golongan paramyxovirus adalah virus tetelo (penyakit pada ayam), virus penyebab gondong, virus canine distemper (penyakit pada anjing).
Pada tahun 1966, K. McIntosh, J.H Dees, W.B Decker, A.Z Kapikian, dan R.M Chanock berhasil menemukan virus bersifat ether-sensitive juga dari dalam sistem pernapasan manusia. McIntosh dan kawan-kawan melakukan riset ini di laboratorium milik R.M Chanock di National Institute of Health, Bethesda, Maryland, Amerika Serikat. Virus temuan mereka ini diberi kode “OC” yang artinya bahwa virus ini dikembangbiakan di dalam kultur organ (Organ Cultures). Masih pada tahun yang sama, J.D Almeida dan D.A.J Tyrrell menemukan partikel dari kultur organ yang terinfeksi virus B814. Partikel tersebut mirip virus penyebab infeksi paru-paru pada ayam. Identifikasi partikel tersebut adalah: pleomorphic (bisa berubah bentuk), berukuran 80-150 nano meter, dilapisi suatu membran, dan permukaannya diselimuti duri berbentuk seperti daun semanggi. Virus 229E dan virus berkode “OC” memiliki kemiripan morfologis.

Koleksi gambar viruscorona OC16 milik jurnal ilmiah Proceedings of National Academy of Sciences USA tahun 1967
Pada tahun 1969, K. McIntosh, J.H Dees, W.B Decker, A.Z Kapikian, dan R.M Chanock kembali melakukan riset virologi. Riset ini berhasil mengidentifikasi bahwa 3 dari 6 jenis virus corona memiliki kekerabatan yang jauh dengan virus corona OC43 atau dengan virus corona 229E.
Pada tahun 1970, A.F Bradburne menunjukkan dalam artikel ilmiahnya berjudul: Antigenic Relationship Amongst Coronavirusesterbitan Arch Gesamte Virusforsch (sekarang berubah namanya menjadi Archives of Virology, Wina, Austria) bahwa virus corona B814 tidak identik secara serologi dengan virus 229E dan virus berkode “OC”. Serologi adalah salah satu cabang dari ilmu tentang sistem kekebalan tubuh (imunologi) yang mempelajari reaksi antigen-antibodi secara in vitro.
Pada tahun 2001, M.M Lai dan K.V Holmes menggambarkan dalam artikel ilmiah mereka yang berjudul: Coronaviridae: The Viruses and Their Replication, bahwa virus corona yang menyerang hewan dan manusia dibagi ke dalam 3 kelompok besar, yaitu: kelompok I terdiri dari virus corona 229E dan virus-virus lainnya, kelompok II hanya terdiri dari virus corona OC43, dan kelompok III terdiri dari virus burung penyebab infeksi paru-paru, dan virus-virus burung lainnya.
Sejak dari penemuan pertamanya sekitar 30 tahun lalu, virus berkode OC dan virus 229E terus dipelajari secara eksklusif, dan dikembangbiakan dalam kultur jaringan. Kedua virus ini memiliki jangkauan epidemi yang luas dengan interval 2-3 tahun, dan menyerang sistem pernapasan manusia, terutama anak-anak. Para ahli virologi sepakat bahwa semua virus dari genus corona berkembang biak di dalam sitoplasma (bagian sel yang berfungsi sebagai perantara transportasi zat dari luar sel ke inti sel) dari sel yang terinfeksi, dan virus corona merupakan virus yang bahan genetiknya adalah RNA beruntai positif.
Dari tahun 2003 hingga tahun 2005, para ahli virologi di dunia telah berhasil mengidentifikasi 5 jenis virus corona baru yang menyerang manusia, yaitu: SARS (tahun 2003 di Cina), NL63 (tahun 2004 di Belanda), NL (tahun 2004 di Belanda), HCoV-NH (tahun 2005 di New Haven, Connecticut, Amerika Serikat), HKU1 (tahun 2005 di Hongkong). Sementara itu, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat menyatakan dalam situs resminya bahwa hingga tahun 2020, terdapat 7 virus corona yang mampu menyerang manusia, yaitu:
Para ahli virologi dari tahun 1960 sampai dengan tahun 2020 sepakat bahwa virus bergenus corona adalah virus yang mampu menyebabkan infeksi saluran pernapasan bagian atas pada bayi dan orang dewasa, serta mampu menyebabkan asma akut pada anak-anak dan radang paru-paru kronis pada orang dewasa dan lanjut usia. Semua hasil riset tentang virus corona di atas memang menunjukkan adanya kemajuan secara ilmiah dan akademis. Namun hasil riset tentang virus corona, setidaknya dalam kurun waktu 50 tahun terakhir (1960-2010), menyisakan beberapa pertanyaan yang berhubungan erat dengan wabah COVID-19 saat ini: Apa hasil kongkrit dari riset tentang virus corona dari tahun 1960 sampai dengan tahun 2010? Apakah vaksin anti virus corona sudah ada sebelum COVID-19 muncul? Atau hanya baru pada melahirkan virus corona generasi baru? Entahlah, hanya Tuhan yang tahu.
Sumber:
Jeffrey S. Kahn, Kenneth McIntosh, History and Recent Advances in Coronavirus Discovery, The Pediatric Infectious Disease Journal, Volume 24, Number 11, USA, 2005.
https://www.cdc.gov/coronavirus/types.html
Pada akhir tahun 1960-an, D.A.J Tyrrell (dari Medical Research Council and Ministry of Health Common Cold Research Unitdi Inggris), memimpin sekelompok ahli virologi (ilmu tentang virus) dalam suatu proyek riset yang berkutat dengan human strains (bibit-bibit penyakit yang berasal dari manusia) dan sejumlah virus yang berasal dari hewan (termasuk virus hepatitis pada tikus, virus bronchitis, virus babi) yang semua virus tersebut memiliki kesamaan morfologis ketika dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron. Riset ini menghasilkan sebuah kelompok baru virus yang diberi nama coronavirus (istilah corona merujuk pada bentuk kasatmata virus setelah dilihat dengan mikroskop elektron yaitu mirip mahkota). Coronavirus kemudian secara ilmiah diterima sebagai sebuah genus baru dalam kerajaan virus.
Pada tahun 1965, D.A.J Tyrrell dan M.L Bynoe berhasil mengembangkan suatu virus yang mereka beri nama B814. Virus tersebut ditemukan di dalam kultur organ batang tenggorokan seorang manusia dewasa yang menderita sakit flu biasa. Pada tahun yang sama, D.Hamre dan J.J Procknow berhasil mengembangbiakan suatu virus dengan cara yang belum pernah dilakukan oleh para ahli virologi sebelumnya dengan sampel yang diambil dari seorang mahasiswa kedokteran yang menderita sakit flu. Hamre dan Procknow menamai virus ini dengan nama 229E. Menariknya, virus B814 dan virus 229E ini sama-sama bersifat sensitif terhadap eter (ether-sensitive). Eter adalah senyawa organik yang sangat umum ditemukan dalam kimia organik dan biokimia dengan gugus R-OR-R’. Gugus ini merupakan gugus penghubung pada senyawa karbohidrat dan lignin. Karena sensitivitasnya ini, 2 virus tersebut membutuhkan suatu lapisan lipid (senyawa organik yang berfungsi menyimpan energi dan bertindak sebagai komponen pembangun membran sel) agar`tidak sensitif terhadap eter. B814 dan 229E tidak memiliki hubungan kekerabatan dengan virus-virus dari golongan myxovirus (virus yang bahan genetiknya berupa DNA dan RNA) maupun golongan paramyxovirus (virus yang bahan genetiknya hanya RNA untai negatif). Contoh golongan myxovirus adalah virus flu. Contoh golongan paramyxovirus adalah virus tetelo (penyakit pada ayam), virus penyebab gondong, virus canine distemper (penyakit pada anjing).
Pada tahun 1966, K. McIntosh, J.H Dees, W.B Decker, A.Z Kapikian, dan R.M Chanock berhasil menemukan virus bersifat ether-sensitive juga dari dalam sistem pernapasan manusia. McIntosh dan kawan-kawan melakukan riset ini di laboratorium milik R.M Chanock di National Institute of Health, Bethesda, Maryland, Amerika Serikat. Virus temuan mereka ini diberi kode “OC” yang artinya bahwa virus ini dikembangbiakan di dalam kultur organ (Organ Cultures). Masih pada tahun yang sama, J.D Almeida dan D.A.J Tyrrell menemukan partikel dari kultur organ yang terinfeksi virus B814. Partikel tersebut mirip virus penyebab infeksi paru-paru pada ayam. Identifikasi partikel tersebut adalah: pleomorphic (bisa berubah bentuk), berukuran 80-150 nano meter, dilapisi suatu membran, dan permukaannya diselimuti duri berbentuk seperti daun semanggi. Virus 229E dan virus berkode “OC” memiliki kemiripan morfologis.

Koleksi gambar viruscorona OC16 milik jurnal ilmiah Proceedings of National Academy of Sciences USA tahun 1967
Pada tahun 1969, K. McIntosh, J.H Dees, W.B Decker, A.Z Kapikian, dan R.M Chanock kembali melakukan riset virologi. Riset ini berhasil mengidentifikasi bahwa 3 dari 6 jenis virus corona memiliki kekerabatan yang jauh dengan virus corona OC43 atau dengan virus corona 229E.
Pada tahun 1970, A.F Bradburne menunjukkan dalam artikel ilmiahnya berjudul: Antigenic Relationship Amongst Coronavirusesterbitan Arch Gesamte Virusforsch (sekarang berubah namanya menjadi Archives of Virology, Wina, Austria) bahwa virus corona B814 tidak identik secara serologi dengan virus 229E dan virus berkode “OC”. Serologi adalah salah satu cabang dari ilmu tentang sistem kekebalan tubuh (imunologi) yang mempelajari reaksi antigen-antibodi secara in vitro.
Pada tahun 2001, M.M Lai dan K.V Holmes menggambarkan dalam artikel ilmiah mereka yang berjudul: Coronaviridae: The Viruses and Their Replication, bahwa virus corona yang menyerang hewan dan manusia dibagi ke dalam 3 kelompok besar, yaitu: kelompok I terdiri dari virus corona 229E dan virus-virus lainnya, kelompok II hanya terdiri dari virus corona OC43, dan kelompok III terdiri dari virus burung penyebab infeksi paru-paru, dan virus-virus burung lainnya.
Sejak dari penemuan pertamanya sekitar 30 tahun lalu, virus berkode OC dan virus 229E terus dipelajari secara eksklusif, dan dikembangbiakan dalam kultur jaringan. Kedua virus ini memiliki jangkauan epidemi yang luas dengan interval 2-3 tahun, dan menyerang sistem pernapasan manusia, terutama anak-anak. Para ahli virologi sepakat bahwa semua virus dari genus corona berkembang biak di dalam sitoplasma (bagian sel yang berfungsi sebagai perantara transportasi zat dari luar sel ke inti sel) dari sel yang terinfeksi, dan virus corona merupakan virus yang bahan genetiknya adalah RNA beruntai positif.
Dari tahun 2003 hingga tahun 2005, para ahli virologi di dunia telah berhasil mengidentifikasi 5 jenis virus corona baru yang menyerang manusia, yaitu: SARS (tahun 2003 di Cina), NL63 (tahun 2004 di Belanda), NL (tahun 2004 di Belanda), HCoV-NH (tahun 2005 di New Haven, Connecticut, Amerika Serikat), HKU1 (tahun 2005 di Hongkong). Sementara itu, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat menyatakan dalam situs resminya bahwa hingga tahun 2020, terdapat 7 virus corona yang mampu menyerang manusia, yaitu:
- 229E (alpha coronavirus alias virus corona generasi pertama)
- NL63 (alpha coronavirus alias virus corona generasi pertama)
- OC43 (beta coronavirus alias virus corona generasi kedua)
- HKU1 (beta coronavirus alias virus corona generasi kedua)
- MERS coronavirus atau MERS-COV (beta coronavirus alias virus corona generasi kedua)
- SARS coronavirus (SARS-COV) (beta coronavirus alias virus corona generasi kedua)
- SARS-CoV-2 alias COVID-19
Para ahli virologi dari tahun 1960 sampai dengan tahun 2020 sepakat bahwa virus bergenus corona adalah virus yang mampu menyebabkan infeksi saluran pernapasan bagian atas pada bayi dan orang dewasa, serta mampu menyebabkan asma akut pada anak-anak dan radang paru-paru kronis pada orang dewasa dan lanjut usia. Semua hasil riset tentang virus corona di atas memang menunjukkan adanya kemajuan secara ilmiah dan akademis. Namun hasil riset tentang virus corona, setidaknya dalam kurun waktu 50 tahun terakhir (1960-2010), menyisakan beberapa pertanyaan yang berhubungan erat dengan wabah COVID-19 saat ini: Apa hasil kongkrit dari riset tentang virus corona dari tahun 1960 sampai dengan tahun 2010? Apakah vaksin anti virus corona sudah ada sebelum COVID-19 muncul? Atau hanya baru pada melahirkan virus corona generasi baru? Entahlah, hanya Tuhan yang tahu.
Sumber:
Jeffrey S. Kahn, Kenneth McIntosh, History and Recent Advances in Coronavirus Discovery, The Pediatric Infectious Disease Journal, Volume 24, Number 11, USA, 2005.
https://www.cdc.gov/coronavirus/types.html
Diubah oleh inal74 24-03-2020 08:15
0
2.5K
2
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan