Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mambaulathiyahAvatar border
TS
mambaulathiyah
Musuh Tapi, Cinta (Musuh Bebuyutan)

Part 1
Masa Remaja

Pernahkah kalian bertemu dengan seseorang yang menyebalkan di tempat baru? Belum apa-apa sudah membuat isi kepala kita meledak? Aku pernah, dua hari lalu saat masuk sekolah pertama kali.

Sebagai sebuah sekolah yang bernaung di bawah yayasan pesantren, maka sekolah kami memakai sistem pemisahan kelas putra dan putri. Meskipun masih dalam kompleks yang sama.

Sejak bangun tidur pagi kemarin kepalaku seperti berputar-putar, leherku kaku dan kakiku pegal karena harus naik turun tangga pondok setiap hari. Belum terbiasa itu saja. Pun pengalaman tidur di bawah beralas tikar, itu juga pengalaman baru yang belum pernah kualami. Punggungku rasanya menyatu dengan lantai dan sendi-sendi tubuhku terasa ngilu. Tetapi, aku suka. Semuanya. Kecuali satu, lelaki menyebalkan yang bernama Zainul Malik dengan tubuh jangkungnya yang di atas lainnya serta hidung mancungnya yang menawan dan kulitnya yang kecoklatan. Sayang, mulutnya berbisa bukan kepalang.

Semua karena dia. Membuatku malu untuk pertama kali, membuatku sebal berkali-kali.

Seperti biasa, karena lokal kami yang terpisah maka santri putra dan putri hanya bertemu saat upacara apel pagi. Saat itulah tragedi itu dimulai.

"Hai! Yu Nab!" Lelaki itu berteriak keras diantara kerumunan anak-anak yang sedang bersiap untuk berbaris.

"Yu Nab. Yu Nab." Lantang suaranya terdengar hingga ke ujung tempatku berjajar rapi dengan teman-teman kelasku menunggu apel. Kasak kusuk anak-anak riuh rendah.

Sementara aku cuek saja, dia berteriak lagi.

"Yu Nab. Zainab Binti Jahsyi kelas satu A."

Alamak. Siapa itu Zainab Binti Jahsyi? Kalau Zainab yang lain aku tahu. Kemudian dia mengacungkan sebuah bet baju seragam yang dipasang sebagai kelengkapan dan masing-masing memiliki nama.

Aku tergeragap. Kubuka juntaian kerudung di depan dadaku. Dan ... Oh. Tidak. Itu punyaku. Betku copot.

Aku segera berlari memutar ke belakang kemudian menembus beberapa santri putri kelas atas dan sampailah aku di batas wilayah baris anak lelaki.

Wajah bocah itu menyeringai dengan lebar. Dia diam di depanku.

"Maaf, Kak. Itu punyaku."

"Oh, kamu Yu Nab? Nama sendiri sampek lupa, Mbak." Dia berbasa-basi. Sementara aku tetap diam dan memandangnya tajam.

"Kau!"

"Eh, itu ... itu ... tutupin lagi kerudungnya ke depan. Aurot. Bisa ketakzir loe, ntar."

Aku memandang beberapa anak laki-laki di sekitarnya, mereka tersenyum malu-malu. Sialan.

"Kau!"

"Jangan marah Mbak Zainab. Namamu cantik kok Zainab Az-Zahra," ucapnya sambil mengulurkan bet namaku.

"Ayo mana tangannya?" perintahnya lagi.

"Bagus!" serunya saat dengan terpaksa kuulurkan tangan ke arahnya dan dia menaruh bet itu di atas telapak tanganku.

"Genggam, dah. Jangan sampe ilang lagi," katanya. Entah karena pengaruh apa, tapi aku mengikuti anjurannya.

"Bagus! Barrah," ucapnya kemudian disambut sorak sorai kawan-kawannya.

"Hai. Barrah."

Aku terus berjalan.

"Barrah!"

Aku lanjut berjalan, hatiku marah. Enak saja dia memanggilku seenak udelnya dengan nama karangannya.

"Barrah!"

"Apa!" Ups. Kenapa aku menyahut juga? Sial.

"Namaku Zainul Malik," teriaknya. Siapa pula yang nanya ya Allah. Kemudian di ujung sana dia tertawa bahagia. Menyebalkan. Sejak saat itu banyak anak lelaki memanggilku Barrah saat kami berpapasan, menular kepada teman-teman kelas hingga guru-guru yang mengajar kelasku.

Dua hari di sekolah baru, dan namaku berganti.

****

Tahukah kalian bahwa kegiatan di pesantren itu padat dan full, tetapi hati ini terasa senang sepanjang waktu. Aku begitu, kecuali jika bertemu lelaki itu.

Entah kenapa, sepertinya takdir manusia itu bergerak memutar ke dalam. Kalian tahu maksudku? Semakin sebal kita dengan seseorang ternyata orang tersebut malah semakin mendekat kepada kita. Begitupun yang terjadi padaku. Kupikir setelah sebulan tidak lagi pernah bertemu dengannya dan itu menyenangkan, eh. Sekarang aku harus sering berhubungan dengannya karena kami tergabung dalam satu organisasi ekstra yang sama. Dan ... dia seniorku.

Begitu aku memasuki kantor ekstra Palang Merah Remaja, bocah laki-laki itu sudah menyambutku dengan senyuman.

"Hai. Barrah. Selamat datang."

Mampuslah aku. Kutepuk jidatku di dekat pintu lalu memaksakan senyum di wajahku.

"Assalamualaikum, Kak. Apa kabar?" Kenapa pula aku harus menanyakan kabarnya. Aish.

"Kabar baik, Barrah. Lama tak jumpa ya."

"Hop. Kak. Jangan panggil aku Barrah. Namaku Zahra dan tidak usah berbasa-basi denganku." Alamak. Kenapa aku marah-marah kepadanya. Ya Allah, tolong.

Kemudian dia mendekat ke arahku, sementara dua temanku cekikikan menahan tawa.

"Jika kau tahu artinya Barrah, maka kau tak akan pernah menyangkal panggilanku."

"Memang artinya apa coba?" jawabku nyolot. Seringai jahil muncul di wajahnya, yang jujur ... semakin tampan, tapi membuatku eneg.

"Artinya ...." Dia setengah berbisik ke arahku dan aku segera memasang telingaku dalam kondisi siaga satu.

"Bathukmu krewal. HA. HA. HA."

Mataku melotot dibuatnya, darahku mendidih di dekatnya dan tongkat panjang bekas tiang bendera organisasi ekstra kupukulkan ke kepalanya bagian depan.

"Tuh. Itu yang namanya bathuk krewal. Puas!"

Karena insiden itu, kegiatan ekstra kurikuler PMR terpaksa ditunda hingga kami berdua siap berdamai. Parahnya lagi, ternyata si kucluk Zainul Malik itu adalah putra teman akrabnya Kyai. Aduh bagaimana ini .... ?

Bersambung .....
Gimi96
NadarNadz
nona212
nona212 dan 16 lainnya memberi reputasi
17
3K
20
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan