Puspita1973Avatar border
TS
Puspita1973
BOLA API MELAYANG


Saat itu aku baru saja datang dari Jawa. Dua puluh tahun yang lalu. Lebih tepatnya dua minggu setelah berada di Kalimantan, suami mendapat panggilan kerja di sebuah kontraktor perusahaan Hak Pengelolaan Hutan. Sesuai nama jenis usaha perusahaan tempat suami bekerja, kami pun harus tinggal di hutan. Di sebuah basecamp yang terletak jauh dari pemukiman penduduk dan tentu saja lebih dekat dengan kawasan hutan.


Pict: Media Indonesia


Di rumah berbentuk empat persegi panjang dengan delapan kamar dan satu dapur-lah kami tinggal. Selain rumah induk yang kami tempati bersama beberapa karyawan dengan berstatus menikah, ada lagi satu rumah dengan bentuk yang hampir serupa khusus untuk karyawan lajang. Kedua rumah panjang berdinding kayu itu dipisahkan semak berumput liar dan beberapa tumpukan kayu log.


Pict: Grid.ID


Tak ada fasilitas listrik PLN. Penerangan hanya kami dapatkan dari genset yang dioperasikan mulai dari jam enam sore hingga subuh. Ketika rembang petang menyapa, gulita pun seketika terasa. Apalagi saat sang surya benar-benar telah bersembunyi di peraduannya. Sangat pekat. Begitulah. Kecuali titik tertentu yang mendapatkan secercah cahaya dari sebuah benda yang disebut bola lampu.

Usai magrib, biasanya para karyawan duduk-duduk di teras. Bercerita tentang kisah-kisah dan pengalaman mereka di masa lalu. Bercerita mulai dari masalah hantu, mitos, pengalaman sedih dan menyenangkan hidup di basecamp sebelumnya hingga ilmu-ilmu hitam yang dimiliki warga yang bermukim di pedalaman. Sebagai pendengar, aku merasa antara percaya dan tidak. Bagaimana bisa aku membayangkannya saat mereka mengatakan: jika kalian melihat buaya yang ruas jari kakinya berjumlah lima, berarti itu buaya jadi-jadian. Jangan dibunuh! Dibunuh? Baru melihatnya saja, mungkin aku sudah berlari tunggang langgang gemetaran. Selain itu ada lagi, buat para wanita harus menjaga jarak dari kakek Je, karena beliau punya ilmu pelet super duper dasyat. Mantan istrinya ada lebih dari tiga puluh orang, kata mereka.

Dalam hati, meskipun merasa takut kadang aku juga sedikit geli. Yang mereka katakan sebagai kakek Je itu tampangnya jauh sekali dari seorang play boy. Mungkin karena telah berumur atau entahlah. Play boy dalam benakku itu serupa George Clooney, Pierce Brosnan, Amir Khan, Andy Lau, Jet Lee, atau Lee Minho untuk zaman sekarang. Sedangkan Kakek Je? Huft!

*

Hingga suatu malam. Ya, malam itu kami kedatangan seorang tamu dari kota. Karena itu, tak seperti biasanya, kami pun membuat api unggun di atas semak yang memisahkan dua rumah basecamp yang kami tempati. Selain menikmati daging payau yang kami perolehan dari penduduk transmigrasi terdekat; kami juga membakar jagung.

"Selain jauh dari kota dan segala sesuatu yang serba minim, apa penduduk di sekitar sini ada yang aneh, Mas?" Mas Joko--tamu kami--membuka percakapan.

"Kalau bagi saya, sih, tidak," jawab Mas Zain.

"Kalau saya, iya," sahutku. Mas Joko sepertinya sedikit terkejut mendengar ucapanku.

"Apa itu, Mbak, kalau boleh tahu?" tanya Mas Joko. Aku sedikit mengerutkan dahi. Berpikir bagian mana dulu yang harus kuceritakan.

"Apa Mas Joko percaya, setan itu ada?"

"Iya, kan, Allah menciptakan jin dan manusia. Mereka dari golongan jin."

"Sejenis itulah yang sering diceritakan mereka. Entah itu fiksi atau benar-benar nyata. Sampai sekarang saya masih menganggap itu cerita tak nyata."

"Wah, istrinya Mas Zain ini otak kirinya kemungkinan lebih dominan."

"Enggak juga Mas, dia penakut kok! Mana berani tidur sendiri," potong Mas Zain.

"Oh, begitu." Mas Joko manggut-manggut sambil menikmati jagung bakar di tangannya.

Malam terus merangkak. Karena cuaca sedang cerah, kami memutuskan menikmati malam hingga kantuk menjemput. Mas Zain menggelar kardus bekas di atas rumput-rumput yang sedikit basah. Meski kardus terasa sedikit lembab, tak mengurangi rasa nikmat kami, menikmati malam itu. Mas Zain dan Mas Joko asyik berbincang masalah pekerjaan. Sementara aku sibuk dengan pikiranku sendiri tentang setan.


Pict: INDOZONE


Merasa sedikit pegal, aku merebahkan tubuh di atas kardus. Malam terasa sangat pekat. Saat mataku menatap ke atas, hanya ada satu dua bintang yang seolah berkedip-kedip nun jauh di sana. Tiba-tiba, entah dari mana datangnya, aku melihat bola api di langit. Awalnya terlihat jauh dan kecil. Perlahan-lahan menjadi sedikit lebih besar. Lebih besar lagi, lebih besar lagi dan lagi. Seketika aku tercekat. Setelah itu seperti ada yang mencengkik leherku. Aku ingin berteriak memanggil Mas Zain tetapi tak bisa. Napasku serasa tersengal-sengal. Aku ingin mengucapkan 'istighfar' seperti ada yang mengganjal di tenggorokan.


Pict: Grid.ID


Dari ekor mataku, aku melihat Mas Zain dan Mas Joko tetap asyik mengobrol. Seolah tak terusik apa pun. Aku masih terus berusaha berteriak tetapi tak bisa. Aku membaca kalimat-kalimat toyibah dalam hati dengan air mata berlinangan. Setelah itu, perlahan-lahan tetapi pasti bola api yang besar itu terlihat menjauh. Kemudian semakin menjauh dan menjauh. Setelah itu seperti terbang melesat ke arah belakang basecamp. Tak ada seorang pun yang tinggal di tempat itu. Selain hutan lebat juga rawa-rawa. Apalagi sebelum menuju ke sana harus menyebrangi sungai. Sungai pasang surut yang arusnya cukup deras.

Mungkin karena melihat tanganku menggapai-gapai miri orang yang sedang akan tenggelam di sungai, Mas Zain berlari ke arahku.

"Astagfirullah al'adzim!" teriak Mas Zain lalu menarik tubuhku kemudian mendekapnya.

"Kenapa, Ma? Kenapa?" Aku belum bisa menjawab. Air mataku berlinangan semakin deras. Entah bacaan apa yang ia baca, Mas Zain meniup ubun-ubunku. Mulutnya terus komat-kamit membaca sesuatu, setelah itu memberiku air putih yang kebetulan memang kami siapkan sebagai air minum di dekat api unggun.

"Kalau begitu, Mbaknya dibawa masuk aja, Mas!" seru Mas Joko.

Mas Zain langsung mengangkat tubuhku. Setelah itu membawaku ke kamar. Beruntung tak banyak karyawan lain yang melihat. Sehingga tak menimbulkan kehebohan malam itu.


Pict: Duniaku.com


Sampai di dalam kamar aku masih merasa ketakutan. Yang kupikirkan hanyalah bagaimana caranya meninggalkan basecamp di pedalaman Berau itu secepat mungkin dan segera kembali ke Tarakan. Padahal itu bukan pilihan yang menyenangkan. Artinya aku harus rela long distance relationshipdengan suami.

***

Menjelang subuh terdengar rintik-rintik hujan. Jika semakin deras, berarti Mas Zain dan semua karyawan akan stay di basecamp. Itu karena jalan menuju ke lokasi penebangan pohon tak dapat dilalui kendaraan. Sangat licin.

"Ma, apa tadi malam Mama melihat sesuatu?" tanya Mas Zain usai kami salat subuh. Aku hanya mengangguk. Lidahku masih terasa kelu untuk mengeluarkan suara.

"Lihat apa?"

"Bola api di atas." Dengan suara berat aku menjawab.

"Gak papa, itu biasa."

"Maksudnya?" Lagi aku berkata dengan suara yang masih berat.

"Saya nggak tahu persis apa nama mahkluk itu di sini. Orang sini hanya menyebutnya hantu bola api. Jika kebetulan melihatnya jangan dipandangi. Jika Mama lakukan itu, dia akan semakin membesar."

"Jadi?" tanyaku, lirih.

"Diamkan saja atau pura-pura nggak liat. Baca kalimat thoyibbah atau surah-surah pendek yang Mama bisa. Dia akan menjauh dengan sendirinya."

"Apa dia bisa membunuh?"

"Setahu saya tidak. Maksudnya belum pernah mendengar kasusnya. Selain di hutan, di laut juga ada mahluk seperti itu. Kadang-kadang suka menyesatkan nelayan. Makanya begitu bertemu mahluk ini, nelayan biasanya membatalkan melaut."

"Kasihan nelayannya."

"Iya, tapi apa boleh buat. Anggap saja memang harus beristirahat dulu rumah di rumah." Aku mengangguk, membenarkan perkataan Mas Zain.


Pict: Pixabay


Setelah mendapat penjelasan itu, rasanya lega. Walaupun demikian tak serta merta mengurangi rasa takutku. Meskipun demikian, akhirnya aku tetap mampu bertahan hidup di tengah hutan bersama suami dan kawan-kawan selama enam bulan. Setelah itu, Mas Zain mendapatkan pekerjaan lain di kota.


North Kalimantan, Maret 2020.
Diubah oleh Puspita1973 27-03-2020 09:04
pulaukapok
actandprove
senja87
senja87 dan 38 lainnya memberi reputasi
39
4.3K
82
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan