VitaArkanaAvatar border
TS
VitaArkana
Kisah Penumpang Tak Kasat Mata di Jalan Tol Purbaleunyi
Kisah Mistis di Jalan Tol




Siapa tak kenal Jalan Tol Purbaleunyi? Tol yang membentang dari Karawang sampai Cileunyi ini merupakan terusan dari jalan tol Cipularang yang fenomenal. Purbaleunyi kepanjangan dari Purwakarta-Bandung-Cileunyi. Tol yang awal dibangun tahun 1989 ini menyimpan sejuta cerita mistis.


Sebut saja seorang bernama Doni. Seorang karyawan swasta yang bekerja di kawasan Metro Trade Center Bandung. Rumah orang tua Doni berada di daerah Cimahi. Cukup jauh jika ditempuh dengan kendaraan bermotor roda dua, ditambah kondisi macet dan banyaknya lampu lalu lintas, semakin memperlama waktu tempuh ke tempat kerja. Untuk itu Doni sesekali memakai mobil milik ayahnya untuk bekerja, lebih cepat sampai dan terhindar dari titik kemacetan pastinya.


Sore itu hujan turun cukup deras di kantor Doni. Jam pulang kantor sudah berdentang, namun banyak karyawan yang masih stay di kantor dengan berbagai alasan. Menunggu hujan reda, males dingin dan ada juga yang sengaja menunggu waktu sholat magrib daripada harus repot berhenti untuk sholat di jalan.



Sumber : dokumen pribadi


Kebetulan hari itu Doni memakai mobil milik ayahnya untuk ke tempat kerja, dengan alasan musim hujan akan lebih aman jika memakai mobil, ditambah ayahnya yang sudah pensiun otomatis tidak memerlukan kendaraan untuk bekerja.


"Nekad pulang, bro !" sapa Martin, teman satu ruangan saat melihat Doni sedang berkemas untuk pulang.


"Iyalah, ngapain nunggu disini, pengen cepat sampai rumah, nih," jawab Doni sambil meraih tas ranselnya.

"Kagok atuh, tereh magrib. Timbang kena magrib di jalan. Engke aya nu nemenin geura," sahut Martin setengah bercanda.


"Bae atuh, sugan geulis kan lumayan daripada lumanyun, wkwkkwk. " Doni berseloroh.


"Hus, ga boleh sompral. Kagok bro, kita ngopi-ngopi dululah di depan situ," ajak Martin lagi.


"Engga ah. Aku buru-buru, ada yang nunggu, tuh." Doni menunjuk ke ujung ruangan pada seorang gadis cantik yang terlihat manyun.


"Oooh ... bareng si Rara, pantesan buru-buru." Martin mengangguk pelan.


"Kesempatan bro, dia mau pulang ke rumah ortunya di Padalarang. Disini dia kan cuma ngekost di Buahbatu." Setengah berbisik Doni berkata pada Martin. Ada binar di mata Doni. Martin hanya menjawab dengan senyum dan anggukan sambil mengacungkan jempolnya.

Lalu, Doni dan Rara beranjak ke tempat parkir. Sebuah minibus warna Silver keluaran tahun 2010 telah menunggunya disitu. Keduanya lalu masuk ke dalam mobil. Sebelum mobil melaju, Rara sempat menengok ke jok belakang.


"Kosong melompong, kenapa ga dilipet aja jok paling belakang," kata Rara. Gadis cantik itu lalu membalikkan badan ke depan sambil membetulkan posisi kerudungnya.


"Biarin aja, nanti diisi sama seserahan pas ngelamar kamu." Doni menjawab sekenanya.


"Ihhh apaan sih, kamu!" Rara malu-malu kucing mendengar jawaban Doni. Doni hanya cengar-cengir saja.


Mobil minibus itupun melaju, menembus hujan deras dan jalanan yang mulai penuh dengan air selokan yang mulai meluap ke jalan. Tujuan Doni adalah masuk ke tol lewat gerbang tol Buah Batu. Kondisi hujan justru membuat perjalanan mereka lebih lancar, karena banyak yang memilih berdiam menunggu redanya hujan.



Sumber : otomotif.kompas.com


Sesudah menempelkan e-toll mobil pun melaju kencang, kondisi lancar dan tak terlalu padat. Doni sengaja menyetel AC pada angka 1 agar tidak terlalu dingin. Lagu dari Taylor Swift pun mengiringi kebersamaan mereka. Sampai pada jalur utama tol Purbaleunyi, Doni mulai memperlambat lajunya, hingga tiba-tiba mobilnya seperti melindas batu besar. Rara kaget dan langsung menjerit. Doni hanya ketawa-ketawa melihat kekagetan Rara. Rara sempat mengomel.


Tak berapa lama kemudian mobil kembali seperti melindas batu, kali ini lebih keras, Doni sempat menengok pada kaca spion, terlihat sebuah gundukan hitam baru saja dilindasnya, ada perasaan tak enak dibenaknya. Kali ini mobil agak tergoncang. Lagi-lagi Rara mengomel untuk kedua kali. Dia merasa Doni sengaja mencari jalan yang tak rata untuk mengerjainya.


Namun, tak demikian bagi Doni. Sejak mobil melindas batu untuk kedua kalinya, dia merasa ada yang berbeda, gundukan hitam yang terlindas itu tiba-tiba berdiri. Wajahnya mendadak gugup. Rara mulai khawatir.


"Ada apa Don? Bannya bocor?"


"Engga kok, coba liat itu AC tolong puterin ke angka 2, agak panas ini. Kaca depan jadi berembun." perintah Doni.


"Iya, ya, kenapa panas gini, ya, padahal diluar hujan dan AC udah nomor 2."


Doni hanya meringis. Berulang kali Doni menginjak gas agar mobil melaju lebih cepat, namun mobil terasa berat dan lajunya tak bisa kencang. Saking kesalnya, Doni lalu berkata kasar, "Anj*n*, make ngadat segala sih mobil!"


"Don, jaga omongan, kasar, ih."


Lagi-lagi Doni hanya meringis, jika tak ada gadis pujaan hatinya, mungkin aneka makian dan kata kasar sudah keluar dari mulutnya. Doni mengembuskan nafas panjang, lalu dia menengok ke belakang, sekadar mengecek kondisi mobilnya barangkali ada sesuatu yang rusak. Namun, saat menoleh ke belakang ....


"Astaga !!!" Doni berteriak kencang, mobilnya oleng ke kanan hampir menabrak pembatas jalan. Rara kaget lalu berteriak.


"Doni awas!"


Untung saja Doni bisa menguasai mobilnya kembali, hanya saja posisi mobil berhenti di tengah jalur cepat, sehingga banyak mobil lain yang mengklakson.


"Doni, kamu gila, ya, hampir saja kita celaka," rutuk Rara.


Doni tak menjawab, wajahnya memucat. Ada sesosok makhluk yang tengah duduk di jok paling belakang. Sosok itu sangat menakutkan. Hitam dan berambut panjang. Rupanya yang tadi dia lindas itu bukan batu, melainkan makhluk itu yang kini berpindah menumpang di dalam mobilnya.


Dalam ketakutan Doni melajukan kembali mobilnya. Dari kaca spion depan, Doni melihat makhluk itu merangkak ke arahnya. Tangan Doni gemetar memegang stir. Sementara disebelahnya dia melirik Rara masih asik dengan Hp. Lidah Doni terasa kelu hendak memberitahu Rara. Jangankan berbicara, memandang Rara pun dia tak sanggup.


Kini makhluk itu semakin mendekati Doni, hanya beberapa jengkal dari wajahnya, bau amis menyeruak disekitarnya. Wajah yang menakutkan itu mendekati telinganya dan dengan lirih berbisik seolah-olah minta dikembalikan ke tempat asalnya. Doni gugup. Sementara Rara menjadi bingung melihat Doni yang memucat.


"Don, kamu kenapa? Pucet amat, sakit ya. Duh, mana panas banget ni mobil, AC nya rusak gitu, udah di setel maksimal padahal," gerutu Rara kesal. Lalu dia mengutak-atik tombol AC.


Mobil tetap melaju, sampai lewat belokan arah gerbang tol Pasir Koja, Doni mengambil lajur kiri. Rara agak heran dengan sikap Doni mengambil lajur kiri.


"Lho Don, kok udah ambil kiri, kan kita mau keluar di Tol Padalarang Timur, masih jauh kali."


Doni tetap bergeming, sampai papan penunjuk jalan menunjuk ke arah gerbang tol Cimahi-Lembang dia lalu berbelok, Rara semakin gusar.


"Doni, kenapa belok disini, kita mau kemana, sih!" Rara semakin kesal dengan sikap Doni yang tetap diam selama melajukan kendaraannya.

Sampai dipercabangan jalan Pasteur, Doni melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi ke arah Baros. Rara semakin ketakutan, di dalam mobil dia berteriak tak karuan, sementara di mata Doni, sosok wanita menyeramkan itu masih saja menempel di kepalanya dengan bisikan-bisikannya yang mengerikan. Semakin dekat dengan gerbang tol Baros, Doni semakin kencang melaju, hingga tiba-tiba dia mengerem mendadak tepat di sebelah pemakaman di sisi kiri jalan itu. Seketika mobil berhenti mendadak, suara rem berdecit dan Rara agak terpelanting ke depan meski sabuk pengaman mengait di tubuhnya. Rara berteriak kesakitan saat kepalanya terbentur dashboard. Bersamaan dengan itu, mobil serasa berguncang hebat. Hanya sepersekian detik sesudah kejadian itu, Doni kembali melajukan mobilnya ke arah pintu keluar tol.


Sesudah menempel e-toll, Doni lalu menepikan mobilnya di arah kiri tak jauh dari pintu tol. Buru-buru Doni keluar lalu terduduk lemas di trotoar dekat situ. Rara keluar menyusul Doni dan memarahi Doni habis-habisan. Doni tak menjawab omelan Rara, nafasnya terengah-engah seperti orang habis lari maraton. Hingga seorang lelaki yang biasa mengatur keluar masuk mobil di daerah situ menghampiri mereka.


Lelaki itu lalu meminta Rara agar memberi minum pada Doni. Kemudian, Lelaki itu bertanya pada Doni. Doni lalu menceritakan apa yang telah dialaminya termasuk sosok mengerikan yang menumpang pada mobilnya.


Lelaki itu lalu bercerita jika hal seperti itu bukan pertama kali terjadi. Sudah sering ada sosok yang menumpang di dalam mobil dan keluar di dekat pintu tol itu. Apalagi jika kondisi hujan dan waktu magrib seperti ini.


Jika menemui hal janggal selama perjalanan banyaknya berdoa dan tak usah berpikir macam-macam, karena yang menumpang pun akan turun sendiri. Tak boleh sompral ataupun kondisi pikiran kosong.


Satu lagi, jika melewati jalan tol dan jok mobil kosong tidak ada yang menduduki, usahakan dilipat. Atau isi jok kosong itu dengan barang apa saja, bisa bantal, tas, buku ataupun yang lainnya, Karena bisa jadi jok kosong itu mengundang para tak kasat mata untuk ikut serta menumpang pada mobil kita.


Tamat


Note :

"Kagok atuh, tereh magrib. Timbang kena magrib di jalan. Engke aya nu nemenin geura" = Kagok, mau Magrib. Daripada kena waktu magrib di jalan. Nanti ada yang nemenin.

"Bae atuh, sugan geulis kan lumayan daripada lumanyun" = Biarin aja, siapa tau cantik, kan lumayan.


Cerita terinspirasi dari kisah yang dialami oleh keluarga TS dan kisah urban legend Nightmare Side Jalan Tol Purbaleunyi.
Diubah oleh VitaArkana 20-03-2020 14:33
RobotElektrik
KASKUSProduct02
dwikusumad
dwikusumad dan 44 lainnya memberi reputasi
43
15.9K
261
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan