

TS
sudutenergi
Mana Paling Kuat, Emas Global vs Emas Antam?

Mana Paling Kuat, Emas Global vs Emas Antam?
Harga emas logam mulia acuan yang diproduksi PT. Aneka Tambang Tbk (ANTM) sejak awal tahun hingga saat ini (year to date) per Kamis kemarin (12/3/2020) atau 3 bulan terakhir mampu menguat Rp. 69.000 atau naik 9,67% dari level terendah yang dicatatkan pada awal Januari.
Data situs logam mulia Antam mencatat, harga terendah emas Antam yang tercatat pada 2 Januari 2020 yakni Rp. 713.000/gram, dan pada Kamis ini harga emas Antam menjadi Rp. 782.000/gram.
Kenaikan tipis harga emas Antam dari level terendah tersebut seiring dengan permintaan untuk aset aman yang naik di tengah penyebaran wabah virus corona yang semakin merebak.
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO kini menetapkan status corona sebagai pandemi pada Rabu kemarin.
Keputusan ini langsung menggerus pasar saham global termasuk Indeks Harga Saham Gabungan yang merosot sebesar 20,5% year to date.
Sementara itu, harga emas dunia juga menguat secara tahun berjalan atau year to date/ytd.
Seiring dengan kekhawatiran virus corona, apalagi Italia dan Denmark kini sudah menyatakan negaranya diisolasi. Kekhawatiran ini memicu investor memburu emas sebagai aset aman.
Baca Juga: Mengapa Cadangan Batu Bara Tak Bertambah Meski Produksi Meroket
Pada awal Januari, harga emas dunia di level US$ 1.516,89 per troy ons. Sementara pada Kamis ini harga emas global US$ 1.636,07/troy ons, atau naik 7,85%, lebih rendah dari kenaikan harga emas Antam.
Arab dan Rusia “Ikut” Dorong Harga Emas
Tak hanya corona, sentimen pendorong harga emas global ialah terjunnya harga minyak mentah setelah Arab Saudi dan Rusia tidak menemui kata sepakat dalam pemangkasan produksi dan semakin menghantam pasar saham. Kondisi ini lagi-lagi membuat investor bergegas mencari tempat investasi yang aman.
Kamis kemarin, harga emas spot terapresiasi 0,07% pada US$ 1.636,07/troy ons dari harga Rabu kemarin.
“Kekhawatiran virus [berdampak ke] pasar saham terus menawarkan dukungan [bagi harga emas dunia],” kata Ryan McKay, ahli strategi komoditas di TD Securities, dikutip CNBC International, Kamis (12/3).
“Bank-bank sentral global juga menawarkan stimulus. Pada saat yang sama, emas sedang dijual ketika pasar saham mengalami hari yang buruk untuk menutupi margin,” katanya.
“Saya pikir ceritanya [sentimen harga emas] belum banyak berubah selama beberapa minggu,” tambahnya.
Pada Kamis, harga emas Antam dalam 3 hari terakhir ambles hingga Rp. 20.000 atau minus 2,5% dari level tertinggi yang dicapai pada Senin (9/3) yakni Rp. 802.000/gram, menjadi Rp. 782.000/gram pada Kamis.
Harga emas dunia melemah pada perdagangan Rabu lalu (10/3) padahal bursa saham global sedang mengalami aksi jual masif.
Kamis kemarin (12/3/2020) harga emas dunia sempat menguat 0,94% sebelum nyaris stagnan di level US$ 1.635,7/troy ons pada pukul 14:15 WIB.
Emas merupakan aset safe haven yang menjadi target investasi ketika terjadi gejolak di pasar finansial. Rabu lalu, bursa saham Amerika Serikat mengalami aksi jual, indeks Dow Jones ambles nyaris 6%. Sementara S&P 500 dan Nasdaq nyaris 5%.
Saat kiblat bursa saham dunia tersebut ambles, harga emas dunia justru merosot 0,88%.
Aksi Ambil Untung Penyebab
Merosotnya Harga Emas
Ternyata penyebab merosotnya harga emas adalah aksi ambil untung pelaku pasar guna menambah margin di pasar saham yang ambles beberapa pekan terakhir.
Indeks S&P 500 misalnya, sejak mencapai rekor tertinggi sepanjang masa Rp 3.386,15 pada 19 Februari lalu, kini telah merosot lebih dari 19% hingga perdagangan Selasa kemarin.
Sementara itu, harga emas sedang bersinar, bahkan sempat melewati US$ 1.700/troy ons di awal pekan ini. Sejak akhir 2019, hingga ke level tertinggi tahun ini US$ 1.702,56/troy ons yang dicapai Senin lalu, emas sudah menguat lebih dari 12%.
Kemerosotan tajam di pasar saham tersebut tentunya membuat banyak investor mengalami margin call atau pemberitahuan untuk membayar kekurangan dana.
Dengan demikian, pelaku pasar mencairkan keuntungan dari investasi emas, dan memasukkan kembali di bursa saham untuk menghindari kekurangan dana. Ini dilakukan dengan harapan bursa saham akan bangkit ketika wabah virus corona berakhir. Atau ketika para pemangku kebijakan mulai bertindak guna meminimalisir dampak virus corona ke perekonomian.
Wabah virus corona yang sudah ditetapkan menjadi pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia membuat harga emas terus melesat naik.
Pelaku Pasar Takutkan Pelambatan Ekonomi
Yang paling ditakutkan pelaku pasar adalah pelambatan ekonomi yang ditimbulkan pandemi ini. Beberapa bank sentral sampai harus memangkas suku bunga untuk melindungi perekonomian mereka.
Terbaru, Rabu kemarin bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) mengumumkan pemangkasan suku bunga darurat sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 0,25%.
“Pada rapat khusus yang berakhir 10 Maret 2020, Komite Kebijakan Moneter (MPC) secara bulat memutuskan memangkas suku bunga sebesar 50 bps menjadi 0,25%” kata BoE dalam pernyataannya. Kebijakan dari BoE tersebut serupa dengan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang juga melakukan pemangkasan suku bunga darurat.
Pada Selasa (3/3/2020) malam (Selasa pagi waktu AS), The Fed mengejutkan pasar dengan tiba-tiba mengumumkan memangkas suku bunga acuannya atau Federal Funds Rate (FFR) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 1%-1,25%.
Pemangkasan suku bunga dan stimulus dari bank sentral tersebut memberikan keuntungan bagi emas, khususnya pemangkasan suku bunga The Fed.
Emas merupakan aset tanpa imbal hasil, suku bunga rendah di AS membuat opportunity cost atau atau biaya yang ditanggung karena memilih investasi emas, dibandingkan investasi lainnya, misalnya obligasi AS, sehingga ketika suku bunga di AS turun, harga emas cenderung menguat.






elinsaham dan 5 lainnya memberi reputasi
6
1.4K
5


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan