Bercanda boleh, tapi harus mikir ribuan kali ketika hendak melakukan candaan. Terlebih jika candaan itu disadari bakal menyakiti badan atau perasaan orang yang diajak bercanda. Jika tidak hati-hati, maka candaan bisa berujung tangisan penyesalan.

Jaman sekarang sangat mudah bagi seseorang untuk masuk ke dalam penjara. Banyak sekali undang-undang yang dibuat. Tujuan awal pembuatan undang-undang itu memang baik, untuk menjaga ketertiban. Manusia yang satu dengan manusia yang lain bisa saling menghormati. Tidak saling merugikan. Tidak saling menyakiti baik badan ataupun perasaan. Juga tidak membuat resah dengan menyebarkan berita-berita bohong.

Tapi ketika undang-undang itu dilaksanakan, ternyata banyak sekali orang yang terjerat dan berakhir di penjara. Sementara penjaranya sendiri tidak juga bertambah. Ini tentu menjadi persoalan baru bagi penjara.

Mereka yang terjerat undang-undang mungkin karena tidak tau bahwa apa yang mereka lakukan melanggar hukum. Atau mungkin juga mereka tau dan sekali-sekali ingin mencoba enaknya hidup di penjara. Dalam hal ini pemerintah harus mengkaji kenapa mereka sampai melanggar hukum. Jangan asal tangkap lalu di penjara. Kasian penghuni penjara yang lama. Mereka harus tidur berhimpitan.

Banyak sekali contoh kasus candaan yang akhirnya harus berurusan dengan hukum. Diantaranya yang hangat saat ini adalah kasus pelecehan sexual yang dilakukakan 3 anak SMA terhadap temannya. Juga kasus ramalan virus corona yang katanya sudah diramalkan sejak tahun 2016, padahal ramalan itu hasil editan. Contoh dua kasus ini ketika pelakunya ditangkap meraka mengatakan cuman bercanda.

Bisa jadi alasan itu benar, dan diawal-awal sama sekali tidak menyangka bakal berusan dengan polisi. Tapi tidak sedikit yang memang sengaja melakukan perbuatan yang sebelumnya sudah menyadari bahwa apa yang dilakukan melanggar hukum, dan ketika ditangkap mereka mengatakan hanya bercanda.

Apapun alasannya, melanggar hukum ya tetap melanggar hukum. Jika terbukti bersalah maka penjaralah yang bakal menjadi rumah impiannya. Jika sudah demikian, menangis tak mungkin bisa mengurangi hukuman. Yang bisa dilakukan hanyalah menghitung hari sambil bertanya-tanya, "Kapan hari kebebasan itu datang....? Kok lama banget!"