

TS
MrZhu404
Asal Usul Desa Gedang Kulut Cerme-Gresik
Hikayat ini kami peroleh dari cerita tutur tinular dari para orang tua di sini, tidak menutup kemungkinan terdapat versi-versi cerita yg lain. Jika ada kesamaan tokoh pelaku & tempat sebelumnya kami mohon maaf, jika dalam isi cerita terdapat suatu tempat yg disinggung, sebelumnya saya mohon maaf.
Alkisah… dahulu kala tersebutlah suatu pasukan islam dalam sebuah partempuran mengalami kekalahan, mereka dikejar-kejar oleh bala tentara budha. Dalam pengejaran panjang sampailah pasukan islam tersebut pada sebuah tempat bernama NGGEMBYANG (sekarang desa sebelah timur terminal giri). Bala tentara budha terus mengejar mereka hingga pasukan islam terdesak ke arah barat dan beristirahat disebuah tempat yg bernama SENGKRENG ( sekarang PASAR PON PADEG).
Namun tentara budha tidak menghentikan pengejaran mereka hingga pasukan islam merangsek terus kebarat dan bersmbunyi disuatu tempat yang sekarang bernama Padeg. Dalam masa persembunyian mereka menyusun strategi agar dapat lolos dari pengepungan budha, maka pada suatu malam pasukan islam tersebut menyusuri sungai hingga sampailah mereka disuatu tempat yg sekarang bernama PENTASAN. Merasa situasi telah aman pasukan islam tersebut melanjutkan perjalanan kearah selatan dan beristirahat secara berurutan ditempat yg bernama SIKEPYAK dan SIWEDUS.
Cerita berlanjut hingga mereka sampai pada pemukiman kecil tak bernama. Pasukan islam kehabisan bekal dan meminta air minum pada penduduk disana. Namun penduduk kampung tersebut tidak memberikanya, mereka sangat kikir hingga membuat sang pemimpin pasukan islam igit-igitan dan menyebut mereka orang-orang sigit artinya orang-orang kikir ( mohon maaf ini cuma dongeng tempo doeloe ) Disini sang pemimpin islam berniat mendirikan masjid namun oleh penduduk sigit menyertakan syarat masjid sudah harus selesai sebelum ayam jantan berkokok (seperti cerita Roro Jonggrang).
Maka bekerja giatlah pasukan islam untuk menyelesaikan bangunan masjid dalam waktu satu malam. Namun upaya mereka gagal, pekerjaan belum selesai ayam jantan sudah berbunyi (kini sisa-sisa batu bata masih dapat dijumpai disigit). Karena upaya gagal pergilah mereka kearah timur, Sang pmimpin lalu bersemedi meminta pertolongan dari Yang maha kuasa, maka diperintahkanya membuat sumur yg akan dipergunakanya untuk bersuci atau berwudlu, Dengan sekali hujaman kaki ketanah maka jadilah sumur yang berlapis-lapis dan mengeluarkan air yang jernih. Tersebutlah tempat itu dgn nama sumur SUCEN(sekarang rw 4 sebelah utara) dan pasukan islam mendirikan langgar disana yg disebut langgar CANGKRING atau langgar yang disangga tiang-tiang yang tinggi (lokasi rw 4 sblah selatan timur). Langgar inilah yang diyakini sebagai langgar pertama di Gedang Kulut.
Menetaplah mereka disana bertani berkebun dan menanam satu tanaman primadona yang sangat dikagumi oleh manca kampung yaitu PISANG EMAS, maka mulailah pemukiman tersebut dikenal orang dengan sebutan kampung GEDANG PULUT yang berarti pisang emas yang sangat lezat dan istimewa. Gedang Pulut masa itu terus mengalami perkembangan hingga bergeser kebarat, munculah perkampungan baru yang disebut DUKUHAN Gedang Pulut (sekarang rw 6). Selanjutnya mereka membuat tatanan pemerintahan kala itu yang dipimpin oleh pimpinan pasukan islam. Dalam riwayat diceritakan sang pemimpin islam tidak memiliki keturunan, Dia kemudian mengangkat anak dan dianugerahi empat orang cucu yang kemudian mereka hidup berpencar satu di Gedang Kulut satu di BENJENG satu di BALONG PANGGANG satu di LAMONGAN.
Menurut cerita sang pemimpin islam tersebut menetap dan meninggal disini, jasadnya dimakamkan di kuburan pertama Gedang Kulut (sekarang JARATAN), benar atau tidak wallohu a’lam bswb…. Kampung Gedang Pulut inilah yang sekarang menjadi desa Gedang Kulut yg kita cintai bersama.
Demikian cerita singkat tentang asal usul desa Gedang Kulut, Kecamatan Cerme, Kabupaten Gresik – Jawa Timur, mudah-mudahan kita makin mencintai tanah tumpah darah kita ini.
#always_forever
Gedang Kulut Tempo Doeloe
Ternyata kisah Gedang Kulut Tempo Doeloe itu menyenangkan juga buat disimak, jasmerah… jangan sekali-sekali melupakan sejarah, begitu pesan bung Karno.
Percaya atau tidak Gedang Kulut ternyata pernah menjadi masyarakat yang saya istilahkan animism, yaitu penganut kepercayaan pada roh-roh halus yang disebut danyang-danyang desa. Seperti era 40 an, pada zaman itu orang belum mengenal islam seperti sekarang, konon sekitar tahun 40 an hingga tahun 60 an mayoritas penduduk Gedang Kulut mempunyai tradisi memuja-muja tempat-tempat yang di yakini keramat (di huni danyang-danyang desa).
Dulu itu eskitar tahun 40 an ada tiga titik tempat yang diyakini masyarakat pada masa itu sebagai tempat berdiamnya para danyang-danyang desa, yaitu:
1. logo (skrg telaga Paloma)
2. seget
3. sucen
Pada hari-hari tertentu mereka mengirimi tiga tempat tersebut dengan membakar merang padi sambil meminta doa, menurut cerita Telaga Paloma adalah tempat yang paling keramat dan paling banyak tempat pemujaanya, Telaga pengason ini memiliki tiga buah titik sakral berupa batu lumpang berukuran besar yang dinaungi oleh pohon asam besar pula.
Tradisi memuja muji tiga tempat ritual teresbut misalnya dilakukan oleh petani pengembala bahkan para pengantin baru, adat ini berlangsung lama hingga dihentikan karena pengaruh situasi politik nasional yakni runtuhnya paham komunisme di Indonesia.
Gedang Kulut mulai mengenal jabatan kepala desa atau yang tempo dulu lazim disebut petinggi
Adapun sejarah mengingat & mencatat nama-nama petinggi / lurah dari terbentuknya hingga sekarang adalah sbb:
1. Seno
2. Markaban
3. Kaslan
4. Satuman
5. Sarkawi
6. M. Ali Mas’ud
7. Ahmad
The End…
Seperti yang dikatakan narasumber/penulis, bahwa tidak menutup kemungkinan akan ada cerita versi lain tentang asal usul desa Gedang Kulut. Kalaupun suatu saat ada cerita versi yang lain, bukan berarti pula mematahkan kebenaran cerita ini. Jadi kita sebagai pembaca dituntut untuk lebih bijak dalam menyikapinya. Menurut saya pribadi, semakin banyak versi cerita yang lain akan semakin menambah khasanah sejarah desa Gedang Kulut.
Tentang tulisan ini ada beberapa kata yang saya edit,tapi tidak merubah keaslian isi cerita dari penulis. Dan juga tak lupa saya ucapkan banyak terima kasih kepada narasumber/penulis yang telah mau berbagi tentang nilai-nilai sejarah.
Gedang Kulut, bumi dimana saya dilahirkan…
Penulis: Nursan Arif – Gedang Kulut
Posted On Kaskus By : MrZhu404
Alkisah… dahulu kala tersebutlah suatu pasukan islam dalam sebuah partempuran mengalami kekalahan, mereka dikejar-kejar oleh bala tentara budha. Dalam pengejaran panjang sampailah pasukan islam tersebut pada sebuah tempat bernama NGGEMBYANG (sekarang desa sebelah timur terminal giri). Bala tentara budha terus mengejar mereka hingga pasukan islam terdesak ke arah barat dan beristirahat disebuah tempat yg bernama SENGKRENG ( sekarang PASAR PON PADEG).
Namun tentara budha tidak menghentikan pengejaran mereka hingga pasukan islam merangsek terus kebarat dan bersmbunyi disuatu tempat yang sekarang bernama Padeg. Dalam masa persembunyian mereka menyusun strategi agar dapat lolos dari pengepungan budha, maka pada suatu malam pasukan islam tersebut menyusuri sungai hingga sampailah mereka disuatu tempat yg sekarang bernama PENTASAN. Merasa situasi telah aman pasukan islam tersebut melanjutkan perjalanan kearah selatan dan beristirahat secara berurutan ditempat yg bernama SIKEPYAK dan SIWEDUS.
Cerita berlanjut hingga mereka sampai pada pemukiman kecil tak bernama. Pasukan islam kehabisan bekal dan meminta air minum pada penduduk disana. Namun penduduk kampung tersebut tidak memberikanya, mereka sangat kikir hingga membuat sang pemimpin pasukan islam igit-igitan dan menyebut mereka orang-orang sigit artinya orang-orang kikir ( mohon maaf ini cuma dongeng tempo doeloe ) Disini sang pemimpin islam berniat mendirikan masjid namun oleh penduduk sigit menyertakan syarat masjid sudah harus selesai sebelum ayam jantan berkokok (seperti cerita Roro Jonggrang).
Maka bekerja giatlah pasukan islam untuk menyelesaikan bangunan masjid dalam waktu satu malam. Namun upaya mereka gagal, pekerjaan belum selesai ayam jantan sudah berbunyi (kini sisa-sisa batu bata masih dapat dijumpai disigit). Karena upaya gagal pergilah mereka kearah timur, Sang pmimpin lalu bersemedi meminta pertolongan dari Yang maha kuasa, maka diperintahkanya membuat sumur yg akan dipergunakanya untuk bersuci atau berwudlu, Dengan sekali hujaman kaki ketanah maka jadilah sumur yang berlapis-lapis dan mengeluarkan air yang jernih. Tersebutlah tempat itu dgn nama sumur SUCEN(sekarang rw 4 sebelah utara) dan pasukan islam mendirikan langgar disana yg disebut langgar CANGKRING atau langgar yang disangga tiang-tiang yang tinggi (lokasi rw 4 sblah selatan timur). Langgar inilah yang diyakini sebagai langgar pertama di Gedang Kulut.
Menetaplah mereka disana bertani berkebun dan menanam satu tanaman primadona yang sangat dikagumi oleh manca kampung yaitu PISANG EMAS, maka mulailah pemukiman tersebut dikenal orang dengan sebutan kampung GEDANG PULUT yang berarti pisang emas yang sangat lezat dan istimewa. Gedang Pulut masa itu terus mengalami perkembangan hingga bergeser kebarat, munculah perkampungan baru yang disebut DUKUHAN Gedang Pulut (sekarang rw 6). Selanjutnya mereka membuat tatanan pemerintahan kala itu yang dipimpin oleh pimpinan pasukan islam. Dalam riwayat diceritakan sang pemimpin islam tidak memiliki keturunan, Dia kemudian mengangkat anak dan dianugerahi empat orang cucu yang kemudian mereka hidup berpencar satu di Gedang Kulut satu di BENJENG satu di BALONG PANGGANG satu di LAMONGAN.
Menurut cerita sang pemimpin islam tersebut menetap dan meninggal disini, jasadnya dimakamkan di kuburan pertama Gedang Kulut (sekarang JARATAN), benar atau tidak wallohu a’lam bswb…. Kampung Gedang Pulut inilah yang sekarang menjadi desa Gedang Kulut yg kita cintai bersama.
Demikian cerita singkat tentang asal usul desa Gedang Kulut, Kecamatan Cerme, Kabupaten Gresik – Jawa Timur, mudah-mudahan kita makin mencintai tanah tumpah darah kita ini.
#always_forever
Gedang Kulut Tempo Doeloe
Ternyata kisah Gedang Kulut Tempo Doeloe itu menyenangkan juga buat disimak, jasmerah… jangan sekali-sekali melupakan sejarah, begitu pesan bung Karno.
Percaya atau tidak Gedang Kulut ternyata pernah menjadi masyarakat yang saya istilahkan animism, yaitu penganut kepercayaan pada roh-roh halus yang disebut danyang-danyang desa. Seperti era 40 an, pada zaman itu orang belum mengenal islam seperti sekarang, konon sekitar tahun 40 an hingga tahun 60 an mayoritas penduduk Gedang Kulut mempunyai tradisi memuja-muja tempat-tempat yang di yakini keramat (di huni danyang-danyang desa).
Dulu itu eskitar tahun 40 an ada tiga titik tempat yang diyakini masyarakat pada masa itu sebagai tempat berdiamnya para danyang-danyang desa, yaitu:
1. logo (skrg telaga Paloma)
2. seget
3. sucen
Pada hari-hari tertentu mereka mengirimi tiga tempat tersebut dengan membakar merang padi sambil meminta doa, menurut cerita Telaga Paloma adalah tempat yang paling keramat dan paling banyak tempat pemujaanya, Telaga pengason ini memiliki tiga buah titik sakral berupa batu lumpang berukuran besar yang dinaungi oleh pohon asam besar pula.
Tradisi memuja muji tiga tempat ritual teresbut misalnya dilakukan oleh petani pengembala bahkan para pengantin baru, adat ini berlangsung lama hingga dihentikan karena pengaruh situasi politik nasional yakni runtuhnya paham komunisme di Indonesia.
Gedang Kulut mulai mengenal jabatan kepala desa atau yang tempo dulu lazim disebut petinggi
Adapun sejarah mengingat & mencatat nama-nama petinggi / lurah dari terbentuknya hingga sekarang adalah sbb:
1. Seno
2. Markaban
3. Kaslan
4. Satuman
5. Sarkawi
6. M. Ali Mas’ud
7. Ahmad
The End…
Seperti yang dikatakan narasumber/penulis, bahwa tidak menutup kemungkinan akan ada cerita versi lain tentang asal usul desa Gedang Kulut. Kalaupun suatu saat ada cerita versi yang lain, bukan berarti pula mematahkan kebenaran cerita ini. Jadi kita sebagai pembaca dituntut untuk lebih bijak dalam menyikapinya. Menurut saya pribadi, semakin banyak versi cerita yang lain akan semakin menambah khasanah sejarah desa Gedang Kulut.
Tentang tulisan ini ada beberapa kata yang saya edit,tapi tidak merubah keaslian isi cerita dari penulis. Dan juga tak lupa saya ucapkan banyak terima kasih kepada narasumber/penulis yang telah mau berbagi tentang nilai-nilai sejarah.
Gedang Kulut, bumi dimana saya dilahirkan…
Penulis: Nursan Arif – Gedang Kulut
Posted On Kaskus By : MrZhu404






kernobk dan 5 lainnya memberi reputasi
6
2.9K
3


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan