Kaskus

Story

Pengaturan

Mode Malambeta
Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

secangkirtubaAvatar border
TS
secangkirtuba
Imajinasi
“Siapapun pasti pernah memiliki imajinasi.. Melamunkan bisa melakukan apapun, menjadi apapun, membuat apapun, bahkan menghancurkan apapun..”

~ ~ ~

Sedari kecil terluka adalah kawanku, sehingga rasa cemas dan khawatir selalu menghantui ayah dan ibuku. Bahkan pukulan terbesar dalam hidupku adalah kepergian mereka. Ya, mereka pergi dengan raut sedih di wajah mereka. Seakan itu adalah kepergian tanpa kepulangan yang mereka sadari betul bahwa pamit mereka adalah terakhir pertemuan denganku.

Kini aku tinggal dengan bibiku, dia adalah adik dari ibuku. Seorang janda yang membesarkan seorang putri dengan didikan kebaikan. Tak pernah sekalipun kulihat dia memarahi putrinya ataupun diriku. Seakan aku juga adalah anak kandung bibiku, membuat rasanya ingin selalu membalas kabaikan bibiku.

".......nial! Hei Ranial jangan melamun terus! Sedang memikirkan apa ? Ayo, nanti kita telat membantu mama menyiram tamannya."

"Ah .... Maaf Gis, Ayo pergi, aku hanya teringat sesuatu."

"Kamu masih memikirkan mereka? Jangan khawatir suatu saat kamu pasti akan bertemu mereka."

"... "

"Sudahlah, ayo!"

~~~~

Pernah suatu ketika saat aku masih kecil (kira – kira saat akal dan daya ingat mulai terbentuk) ibu berdongeng tentang penyihir tua yang bisa terbang hanya dengan memakai sapu kayu . Tentunya sambil bercanda dia ucapkan bahwa sapu yang digunakan si penyihir adalah sapu yang ada dipojok kamarku yang bergagang kayu berwarna biru berasal dari lapisan plastik yang membungkus gagangnya serta rentetan helai ijuk yang diikat sedemikian rupa agar terlihat rapat dan rapih. Singkat cerita si penyihir tua ini melesat terbang membelah gelapnya malam dengan riuh tawa khas wanita tua untuk mencari anak kecil yang sering begadang dan menculiknya untuk dijadikan santapan si penyihir tua tersebut dan,

“GREPP”

mendadak ibuku mencengkram ketiakku seakan – akan ingin mengangkat aku dari posisi tidur lalu ibu berucap apakah aku yang akan diculik si penyihir ? Sambil tertawa ibu mengusap keningku dan menciumnya, ibu lalu menyuruhku untuk lekas tidur karena malam sudah semakin larut. Aku mengangguk dan tersenyum saat melihat ibu beranjak pergi dari kamarku dan perlahan menutup pintu kayu coklat yang nampak tua.

“Cklek”

Aku belum sepenuhnya mengantuk. Pikiranku masih terjebak dalam fantasi dan imajinasi. Bagiku mendengar dongeng pengantar tidur dari ibu itu sangat menakjubkan sehingga nalarku berusaha menjadikan angan – angan tersebut menjadi nyata. Bahkan saking tertariknya ada bagian dalam diriku yang bersemangat namun tertahan sehingga membuat mukaku menampilkan wajah yang aneh, mungkin. Seandainya saja aku memiliki sapu terbang seperti si penyihir. Hmm alangkah menyenangkannya saat main mengelilingi taman atau sekedar jajan ke toko camilan cukup memakai sapu sebagai kendaranya dan tak perlu payah berjalan kaki pikirku polos saat itu. Tak perlu berfikir lama aku segera sibakkan selimut bergambar kartun favoritku, aku meloncat dari kasur.

“Hup”

Lalu mendekati sapu yang ada di pojok kamarku dan membawanya ke kasur. Dengan pasti kugenggam sapu secara horizontal diantara kedua kakiku. Sambil meloncat – loncat bersenandung aku membayangkan seandainya sapu ini bisa terbang mengelilingi kamar kecilku. Seakan waktu berhenti sejenak, euforia dari imajinasiku menghanyutkan alam sadarku. Lalu tiba – tiba sinar yang sangat silau muncul dibarengi suara yang berdengung membuat kuping sedikit kedap layaknya menyelam dalam air. Waktu seakan melambat bahkan mungkin berhenti sejenak, semua indraku menajam dan kulihat banyak cahaya masuk menuju sapu yang kugenggam. Perlahan aku rasakan area di sekitarku kembali menjadi normal pokoknya aku sadar betul bahwa momen waktu berhenti dan melaju rasanya sangat berbeda, cahaya aneh menghilang, kuping tidak kedap berdengung lagi, dan…

“Whussssh”

Sapu mendadak terbang sembari mengangkat badan ku yang kecil dan tiba – tiba melesat berputar – putar di kamarku seakan – akan bergerak liar menunggu untuk aku kendalikan. Kegaduhan semakin menjadi, kepalaku pusing mata terpejam dan tanganku semakin erat memegang sapu yang liar menghantam berbagai benda di kamarku. Lalu..

“Brakk!!”

Sadarku kembali, perlahan kubuka mataku yang perih. Masih kabur, lalu sedikit demi sedikit semakin jalas kulihat kamarku hancur berantakan. Banyak buku dan pecahan kaca berserakan di lantai tegel kamarku. Hela nafasku lambat dan pelan seakan perlu usaha yang keras ditiap nafasnya. Dalam keadaan yang sangat lemah kulihat sapu yang patah terbasuh darah tergeletak di sampingku dan sebagian patahannya menancap di pintu kayu kamar mandi yang berada dalam kamarku. Jaraknya sekitar lima langkah kaki orang dewasa dari tempatku tergeletak. Apakah aku terlempar dari sana setelah benturan terakhir tersebut ? Entahlah, yang pasti sekujur tubuhku tidak bisa bergerak. Kudengar derap kaki yang terburu – buru dari luar, semakin cepat dan dekat.

“Cklek”

Hendel turun dan pintu terbuka dengan kasar, ayah dan ibuku berlari kearahku. Kulihat wajah ibu dengan nanar. Ada bendungan kecil disudut matanya yang seakan – akan bisa tumpah ruah kapan saja.

“Ayah lekas telpon ambulan! Dengan ********* **** ******** **** *** tidak akan bisa....” terdengar samar jerit ibu dengan suara yang bergetar olehku yang setengah sadar.

“Bertahanlah nak, jangan banyak bergerak, sebentar lagi ambulan akan datang. Entah apa yang terjadi saat ini yang pasti ibu akan menjagamu” ucapnya lirih dengan suara tersengal karena tangisnya yang pecah.

~ ~ ~

..Di saat yang sama disuatu tempat yang jauh dan tinggi tertutup awan ada sesosok bayangan yang bersandar pada sebuah tembok… tidak, bukan tembok. Itu adalah gerbang, gerbang tertutup yang sangat besar dengan material yang tidak diketahui. Sangat besar sejauh mata memandang hingga ujungnya pun terlihat tak berbatas seakan panjangnya mengikuti horizon.. Sesosok bayangan yang meyerupai manusia itu sedikit terganggu akibat tempat ia bersandar sedikit bergetar. Ia menoleh dan nampak kaget bahkan sangat kaget seakan ia baru melihat sesuatu yang tak pernah ia duga dan ia harap. Gerbang tersebut menampakkan garis cahaya lurus dari atas menyusur kebawah dengan sangat cepat seakan gerbang besar itu akan terbuka. Namun cahaya tersebut perlahan hilang menyusur kembali dari bawah menuju atas dan hening kembali..
Diubah oleh secangkirtuba 31-10-2021 17:16
nurulnadlifa
Gimi96
NadarNadz
NadarNadz dan 17 lainnya memberi reputasi
16
1.6K
7
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan