- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Saya Percaya Setan Dibelenggu Saat Bulan Ramadan, Tapi Yang Ini Membuat Saya Ragu


TS
Nyimazzz
Saya Percaya Setan Dibelenggu Saat Bulan Ramadan, Tapi Yang Ini Membuat Saya Ragu

Kabarnya semua setan dan sebangsanya dibelenggu saat bulan ramadan. Tapi yang kami alami ini terjadi di bulan ramadan. Tepatnya tahun 2006.
Sekitar bulan Agustus 2006, saya yang saat itu dipindah tugaskan ke kantor cabang Yogyakarta berniat mencari sebuah tempat tinggal yang tidak terlalu jauh dari tempat kerja. Karena pasangan saya juga bekerja di Yogyakarta maka kami sepakat mencari kos untuk pasangan atau sebuah rumah kontrakan saja.
Saya punya banyak teman di Yogyakarta, pada salah satu teman saya bertanya apakah dia tahu ada sebuah rumah yang bisa dikontrak. Dia bilang ada sebuah rumah yang ditempati oleh teman-temannya beramai-ramai, belum tahu tarif sewa dan lain-lainnya, tapi dia yakin masih ada satu kamar kosong.
Kami datang ke rumah itu malam hari, ternyata benar rumahnya besar sekali. Total ada tiga bangunan di tanahnya yang cukup luas itu, sebuah bangunan inti dengan lima kamar tidur di tengah, garasi seukuran rumah di sebelah kiri yang sepertinya tidak dipakai lagi dan paviliun dua kamar di sebelah kanan bangunan utama. Posisinya persis di belakang kampus Sanata Dharma.
Setelah mengobrol dengan orang-orang di situ kami tahu bahwa rumah ini ternyata tidak dikontrakkan. Pemiliknya sudah tidak sanggup (atau tidak ingin?) merawatnya sehingga dia mencari beberapa orang yang mau menghuni rumahnya tanpa perlu membayar sewa, hanya bayar listriknya saja per bulan. Dan itu kami anggap sangat murah, karena per kepala kami hanya diminta patungan uang listrik sebesar kurang lebih lima belas ribu. Otomatis kebersihan rumah adalah tanggung jawab kami semua.
Total ada sepuluh orang yang tinggal di rumah itu, delapan di bangunan utama dan dua di paviliun. Kami sudah mendengar beberapa cerita seram dari abang yang berjualan burjo, warungnya terletak kurang lebih dua ratus meter dari rumah yang kami tempati. Kami cuek saja, toh kami tidak berniat mengganggu. Cerita yang paling banyak kami dengar juga datang dari pasangan suami istri yang tinggal di kamar paling depan, karena istrinya sedang hamil kami rasa itu hanya kepekaannya saja.
Memasuki bulan ramadan tentu saja jam kerja kami sedikit berubah. Beberapa orang laki-laki dari kami ternyata bartender di suatu kafe terkenal di Yogyakarta, satu orang cewek bekerja di tempat billiard. Sebenarnya hanya saya dan pasangan sayalah yang mempunyai jam kerja nine to five.
Hari ketiga ramadan saya terpaksa libur puasa karena berhalangan, malamnya setelah semua orang berangkat salat tarawih saya memilih menonton televisi saja di ruang depan. Ternyata ada Theo di situ, teman saya yang non muslim. Saya mendengar suara orang mengaji dari kamar Fajar yang letaknya di sudut. Saya tanya ke Theo apa benar Fajar yang mengaji, dia bilang tidak tahu dan saya tergelitik untuk mengintip. Saya mendekati kamar itu, pintunya terbuka sedikit tapi di dalam gelap sepertinya hanya ada cahaya kecil dari lampu belajar. Saya panggil Fajar, "Jar, lu di dalem? Ngaji kok gelap-gelapan sih?". Tak ada sahutan tapi suara mengaji itu berhenti. Tak mau lebih mengganggu saya kembali ke depan tivi.
Suara ngaji itu terus terdengar selama kami menonton, sampai kira-kira satu jam kemudian pasangan saya pulang dari tarawih bersama...Fajar! Saya dan Theo shock sekali. Saya tanya, "Jar, lu dari mana?", "Ya taraweh lah, Din! Kan gue berangkat bareng laki lu tadi. Nggak lihat? Kenapa sih?"
Saya ceritakan semuanya pada teman-teman yang lain apa yang saya dan Theo dengar, kami mulai merasa tak nyaman.
Beberapa hari kemudian, setelah bersih-bersih rumah kami berniat salat subuh berjamaah di ruang tengah yang memang cukup lebar. Selepas sahur seadanya, kami mulai bersiap. Saat rakaat terakhir, setelah sujud kami melihat jejak kaki lewat di depan tempat kami salat. Tak ada orang, tak ada kaki, hanya jejaknya saja. Seperti orang yang habis menginjak tanah kotor, jejaknya terlihat sangat jelas. Kami tak bisa tidur sampai pagi dan memilih untuk berkumpul di ruang depan.
Hari Minggu saat kami semua ada di rumah, kami membersihkan halaman belakang dan samping. Karena memang ada pohon kersen dan kelengkeng tentu saja sampah daunnya jadi banyak sekali. Setelah semua sampah terkumpul, kami meletakkannya di tempat sampah besar di samping garasi dan membakarnya. Api cepat menyambar karena memang kondisi sampahnya kering. Sekitar jam setengah lima sore, kami menyiram api itu dengan air sampai padam karena bersiap untuk buka puasa. Kami berkumpul lagi di rumah setelah salat tarawih, duduk di depan sambil main gitar, games, dan nonton tivi. Sampai tidak terasa sudah jam setengah dua pagi. Tiba-tiba dari tempat sampah samping garasi api keluar, tinggi sekali dan besar. Kami kaget setengah mampus. Gimana caranya api dan sampah yang sudah kami siram air sampah basah kuyup bisa menyala lagi tanpa bantuan manusia? Yang terjadi selanjutnya bisa ditebak, kami kabur ke warung burjo depan. Sampai pagi.
Akhirnya mas Panji, yang istrinya sedang hamil itu mencoba tanya ke seorang teman yang katanya 'pintar'. Orang itu bilang, jin yang menempati rumah kami itu jin islam. Dan mereka tidak suka beberapa tingkah kami yang cukup bar-bar. Teman-teman kami yang bartender memang suka membawa alkohol ke rumah dan minum bersama.
Saya dan pasangan saya yang sudah mulai tidak betah padahal belum dua bulan tingga di situ memilih untuk mencoba cari tempat tinggal baru. Sebelum kami sempat pindah, terjadi satu hal lagi. Kamar kami berada di bagian rumah paling belakang dekat dengan kamar mandi. Otomatis bila ada suara-suara di kamar mandi, akan terdengar oleh kami. Beberapa hari itu setiap jam dua belas malam kurang sepuluh menit selalu ada bunyi air disiramkan. Awalnya dua kali siraman, satu, satu lagi, dan dua lagi. Kenapa saya sampai hafal? Karena itu terjadi terus menerus selama beberapa hari di jam yang sama, dengan hitungan yang sama.
Saya mencoba menanyakan ini pada teman-teman serumah, mereka bilang sebaiknya jangan dihiraukan dan jangan kepikiran untuk mencari tahu juga. Tentu saja tanpa disarankan pun saya sudah tidak punya niatan begitu.
Masalahnya datang di suatu malam saat kami menyewa DVD dan nonton bareng di ruang depan. Kak Winda yang sedang hamil itu ingin kencing katanya, dia minta saya menemani. Bodohnya kami tidak melihat jam, ternyata kami datang ke kamar mandi persis di jam dua belas kurang sepuluh menit. Kami di depan pintu kamar mandi dan melihat perempuan berbaju putih dengan rambut hitam acak-acakan sedang menolehkan kepalanya ke arah kami. Dia tersenyum. TER-SE-NYUM SODARA-SODARA! Senyum lebar yang membuat ujung bibir dan ujung matanya bertemu. Kami lari dan bubar.
Dua hari setelah itu saya memutuskan untuk pindah. Bukan saya tidak percaya apa yang sudah dituliskan di agama saya, saya percaya dan yakin sekali bahwa di bulan ramadan semua setan dibelenggu. Tapi lalu apa yang kami lihat itu? Siapa mereka? Masih menjadi pertanyaan besar bagi saya dan selama mengetik ini pun saya masih merinding disko.
~~~
Terima kasih sudah mampir ke thread saya, teman-teman. Yang mau berkomentar, silakan. Asalkan sopan dan bisa memancing diskusi yang baik.
Sumber Gambar: Unsplash.com






Cahayahalimah dan 5 lainnya memberi reputasi
6
1.4K
16


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan