- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Agan/Sista, Masalah Lo Diselesaikan atau Melarikan Diri?


TS
Surobledhek746
Agan/Sista, Masalah Lo Diselesaikan atau Melarikan Diri?
Kehidupan kadang memang tak berjalan mulus. Masalah selalu saja datang silih berganti. Mulai dari masalah kecil hingga masalah besar, setiap hari masuk ke dalam kepala. Menggerogoti dada. Selesai masalah satu, datang masalah lainnya. Bertumpuk-tumpuk kaya kardus bekas.
Hidup memang berbanding lurus dengan masalah. Tak usah jauh-jauh. Gw contohnya, semua masalah saya anggap biasa. Hampir tak ada masalah besar apalagi yang mengancam jiwa jadi apa saja dianggap biasa. Dijalani dengan santai saja. Ternyata tetap saja ada masalah dalam kepala.
Ketika mancing di rawa saja, harusnya jadi kegiatan selingan sebagai perwujudan dari hobi dan dinikmati. Ternyata tidak juga nikmat rasanya. Bayangkan saja ketika duduk berdua. Di rawa yang sama, dengan kail yang sama, umpan sama, ternyata teman mendapatkan ikan dua kali lebih banyak dari Gw. Akhirnya kepikiran, jadi masalah, mata menatap langit kamar, karena mata tak mau terlelap.
Perkara sepele sebenarnya. Harusnya, akh itu bukan rejeki Gw. Esok atau lusa mungkin rejeki akan datang pada Gw. Dan mungkin Gw akan dapat lebih banyak dari dia. Nyatanya ketika mengembalikan perkara, bahwa hidup sudah ada garisannya sementara kita hanya menjalaninya kadang sangat sulit diterima. Masih ada protes dan ketidakpuasan.
Mengapa masalah ada?
Salah satu sebab timbulnya masalah adalah rasa tidak puas atas hasil pekerjaan atau usaha kita. Terlepas dari masalah yang telah diperbuat orang lain pada kita. Masalah ternyata datang karena kita sendiri yang menciptakan masalah tersebut.
Contoh sederhana yang lain, ketika kita naik kendaraan. Tiba-tiba teman satu kantor lewat mendahuli kita dan menyapa. Beberapa detik setelahnya ada di antara kita kemudian yang mulai berpikir.
"Kalau aku punya mobil pasti enak. Tak lagi kehujanan kepanasan. Bisa ajak jalan-jalan seluruh anggota keluarga. Tidak seperti sekarang. Sebuah kendaraan hanya muat berdua. Dan seterusnya."
Maka disusunlah rencana. Pinjam ke Bank, dengan menggadaikan apa yang dimiliki. Masalah mulai datang. Bagaimana nanti mencicilnya, kalau kebutuhan keluarga kurang ke mana pinjamnya, dan sebagainya. Padahal mulanya adem ayem, anteng-anteng saja.
Berbeda halnya ketika ada orang lain yang datang, kemudian berbuat sesuatu yang mengakibatkan datangnya masalah. Misalnya, karena sesuatu hal, orang tersebut datang ke rumah. Mau minjam uang. Sementara pada saat bersamaan memang kita lagi tak punya simpanan di rumah. Dia mencak-mencak terus terjadi keributan. Akhirnya masalah datang.
Masalah bisa datang dari dalam diri sendiri dan datang dari orang lain.
Nah, ketika masalah datang dari dalam diri bagaimana mengatasinya? Ternyata, keinginan yang tidak sebanding dengan kemampuan itulah penyebab utama datangnya masalah dari dalam diri.
Agar terlepas dari masalah yang datang dari dalam diri sendiri, menurunkan keinginan merupakan salah satu cara yang bisa ditempuh. Menakar kemampuan kemudian disesuaikan dengan keinginan.
Yang terjadi kadang terbalik. Keinginan kuat dan menggebu, namum kemampuan tidak dimiliki. Ditambah tidak mau berusaha keras. Lengkaplah masalah akhirnya kian membesar dan menumpuk.
Karena kita mahluk sosial pasti tak mungkin hidup sendiri. Interaksi dengan orang lain yang kita lakukan sering malah mendatangkan masalah. Baik kita sebagai penyebab masalah atau kita yang tertimpa masalah.
Ketika kita telah berbuat salah, memang seharusnya diselesaikan dengan baik-baik sesuai kemampuan kita. Minta tenggat waktu secara jujur mengakui kesalahan yang telah diperbuat juga tak mengapa. Sesekali mengalah demi menyelesaikan masalah akan lebih baik, daripada bertahan dengan keegoisan yang ada. Masalah tak akan selesai jika ego tetap tak mau diturunkan.
Ketika orang lain yang membuat masalah pada kita, memberi maaf adalah salah satu bentuk menyelesaikan masalah yang ada. Kita tak akan direndahkan karena telah meminta maaf. Sebab memang kesalahan kita.
Melarikan diri dari masalah bukanlah salah satu bentuk penyelesaian. Dengan melarikan diri, masalah yang ada tak selesai. Yang ada akan datang masalah baru yang mengiringi. Dan bisa jadi akan bertubi-tubi.
Jadi, agar terhindar dari masalah yang disebabkan oleh diri sendiri, sebaiknya bersyukur atas apa yang telah diraih, menikmati yang ada. Jika kita berbuat salah, segera meminta maaf dan menyelesaikan dengan baik-baik. Kalau kemudian orang lain yang salah pada kita, tak usah merasa rugi ketika memberi maaf dan melupakannya.
Dengan demikian, sedikit demi sedikit kita akan terlepas dari belenggu masalah. Baik masalah oleh diri sendiri maupun oleh orang lain.
So, karena hidup berbanding lurus dengan masalah maka kalau tak mau mendapat masalah, tak usah hidup.
Hidup memang berbanding lurus dengan masalah. Tak usah jauh-jauh. Gw contohnya, semua masalah saya anggap biasa. Hampir tak ada masalah besar apalagi yang mengancam jiwa jadi apa saja dianggap biasa. Dijalani dengan santai saja. Ternyata tetap saja ada masalah dalam kepala.
Ketika mancing di rawa saja, harusnya jadi kegiatan selingan sebagai perwujudan dari hobi dan dinikmati. Ternyata tidak juga nikmat rasanya. Bayangkan saja ketika duduk berdua. Di rawa yang sama, dengan kail yang sama, umpan sama, ternyata teman mendapatkan ikan dua kali lebih banyak dari Gw. Akhirnya kepikiran, jadi masalah, mata menatap langit kamar, karena mata tak mau terlelap.
Perkara sepele sebenarnya. Harusnya, akh itu bukan rejeki Gw. Esok atau lusa mungkin rejeki akan datang pada Gw. Dan mungkin Gw akan dapat lebih banyak dari dia. Nyatanya ketika mengembalikan perkara, bahwa hidup sudah ada garisannya sementara kita hanya menjalaninya kadang sangat sulit diterima. Masih ada protes dan ketidakpuasan.
Mengapa masalah ada?
Salah satu sebab timbulnya masalah adalah rasa tidak puas atas hasil pekerjaan atau usaha kita. Terlepas dari masalah yang telah diperbuat orang lain pada kita. Masalah ternyata datang karena kita sendiri yang menciptakan masalah tersebut.
Contoh sederhana yang lain, ketika kita naik kendaraan. Tiba-tiba teman satu kantor lewat mendahuli kita dan menyapa. Beberapa detik setelahnya ada di antara kita kemudian yang mulai berpikir.
"Kalau aku punya mobil pasti enak. Tak lagi kehujanan kepanasan. Bisa ajak jalan-jalan seluruh anggota keluarga. Tidak seperti sekarang. Sebuah kendaraan hanya muat berdua. Dan seterusnya."
Maka disusunlah rencana. Pinjam ke Bank, dengan menggadaikan apa yang dimiliki. Masalah mulai datang. Bagaimana nanti mencicilnya, kalau kebutuhan keluarga kurang ke mana pinjamnya, dan sebagainya. Padahal mulanya adem ayem, anteng-anteng saja.
Berbeda halnya ketika ada orang lain yang datang, kemudian berbuat sesuatu yang mengakibatkan datangnya masalah. Misalnya, karena sesuatu hal, orang tersebut datang ke rumah. Mau minjam uang. Sementara pada saat bersamaan memang kita lagi tak punya simpanan di rumah. Dia mencak-mencak terus terjadi keributan. Akhirnya masalah datang.
Masalah bisa datang dari dalam diri sendiri dan datang dari orang lain.
Nah, ketika masalah datang dari dalam diri bagaimana mengatasinya? Ternyata, keinginan yang tidak sebanding dengan kemampuan itulah penyebab utama datangnya masalah dari dalam diri.
Agar terlepas dari masalah yang datang dari dalam diri sendiri, menurunkan keinginan merupakan salah satu cara yang bisa ditempuh. Menakar kemampuan kemudian disesuaikan dengan keinginan.
Yang terjadi kadang terbalik. Keinginan kuat dan menggebu, namum kemampuan tidak dimiliki. Ditambah tidak mau berusaha keras. Lengkaplah masalah akhirnya kian membesar dan menumpuk.
Karena kita mahluk sosial pasti tak mungkin hidup sendiri. Interaksi dengan orang lain yang kita lakukan sering malah mendatangkan masalah. Baik kita sebagai penyebab masalah atau kita yang tertimpa masalah.
Ketika kita telah berbuat salah, memang seharusnya diselesaikan dengan baik-baik sesuai kemampuan kita. Minta tenggat waktu secara jujur mengakui kesalahan yang telah diperbuat juga tak mengapa. Sesekali mengalah demi menyelesaikan masalah akan lebih baik, daripada bertahan dengan keegoisan yang ada. Masalah tak akan selesai jika ego tetap tak mau diturunkan.
Ketika orang lain yang membuat masalah pada kita, memberi maaf adalah salah satu bentuk menyelesaikan masalah yang ada. Kita tak akan direndahkan karena telah meminta maaf. Sebab memang kesalahan kita.
Melarikan diri dari masalah bukanlah salah satu bentuk penyelesaian. Dengan melarikan diri, masalah yang ada tak selesai. Yang ada akan datang masalah baru yang mengiringi. Dan bisa jadi akan bertubi-tubi.
Jadi, agar terhindar dari masalah yang disebabkan oleh diri sendiri, sebaiknya bersyukur atas apa yang telah diraih, menikmati yang ada. Jika kita berbuat salah, segera meminta maaf dan menyelesaikan dengan baik-baik. Kalau kemudian orang lain yang salah pada kita, tak usah merasa rugi ketika memberi maaf dan melupakannya.
Dengan demikian, sedikit demi sedikit kita akan terlepas dari belenggu masalah. Baik masalah oleh diri sendiri maupun oleh orang lain.
So, karena hidup berbanding lurus dengan masalah maka kalau tak mau mendapat masalah, tak usah hidup.






4iinch dan 7 lainnya memberi reputasi
8
735
8


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan