Pejuang Wanita dari Tanah Rencong, Aceh



Jumpa lagi gansis, dalam rangka memperingati hari perempuan pada 8 Maret, ane ingin menceritakan tentang sesosok perempuan yang merupakan salah satu pejuang dari tanah rencong Laksamana Malahayati atau Keumalahayati.

Selama ini ane lebih paham tentang kehebatan Cut Nyak Dien, seorang pejuang wanita yang istimewa dari Aceh. Nama Keumalahayati atau Laksamana Malahayati sangat jarang ane dengar.


Pelabuhan laut Malahayati Aceh Besar

Pertama ane baca tentang beliau rasanya takjub, seorang perempuan pada masa itu menjadi seorang Laksamana? Betapa hebatnya bukan. Meski beliau adalah putri dari seorang Laksamana, tapi tanpa kemampuan yang benar-benar hebat sangat mustahil seorang perempuan bisa menjadi seorang pemimpin pasukan dan bahkan ikut berperang.

Bahkan pada masa kesultanan aceh tahun 1585-1604 Keumalahayati menjabat sebagai Kepala Barisan Pengawal Istana Panglima Rahasia dan Panglima Protokoler Pemerintah dari Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV. Suatu jabatan yang tidak main-main untuk seorang perempuan.

Sebagai putri dari seorang Laksamana yaitu Laksamana Mahmud syah bin Laksamana Muhammad Said syah. Malahayati tidak hanya mendapat pendidikan tentang militer dan kelautan dari ayahnya tapi juga belajar dari Baitul Makdis ( Pusat pendidikan tentara Aceh), meski perempuan tapi beliau tidak lalai memperdalam ilmu/belajar bahkan bakatnya dalam kemiliteran menjadikannya salah satu lulusan terbaik.

Kekaguman ane terhadap beliau bukan hanya tentang jabatan Laksamananya saja. Tapi juga tentang ketabahannya sebagai seorang perempuan.
Bagaimana tidak, saat sang suami gugur di pertempuran beliau tidak lantas terpuruk, tapi justru tetap tegar mengangkat senjata meneruskan perjuangan sang suami melawan para penjajah.

Tidak hanya itu, Malahayati juga menggerakkan para perempuan lain yang suaminya gugur di medan pertemuran untuk tegar dan berperan serta membentuk armada untuk melawan Portugis.



Armada perempuan yang dibentuk Malahayati bernama Inong Balee atau armada perempuan janda.
Pada kelanjutannya armada itu tidak hanya berisi para janda tapi para gadispun ikut berperan serta membela tanah airnya.
Tentu bukan hal yang mudah membawahi dan melatih 2000 perempuan untuk menjadi prajurit tangguh.

Namun Laksamana Malahayati membuktikan ketangguhannya. Saat melindungi pelabuhan-pelabuh dagang Aceh, mereka menghadapi kapal Belanda di Selat Malaka. Laksamana Malahayati berhasil mengalahkan dan menewaskan Komandan armada Belanda Cornelis de Houtman dalam pertarungan satu lawan satu. Hebat sekali bukan?

Sayang sekali gelar kepahlawanan Laksamana Malahayati baru beberapa tahun ini disematkan, sehingga mungkin banyak dari kita yang belum mengenal kehebatan dan perjuangan dari perempuan pertama yang menjadi seorang Laksamana. Semoga melalui tulisan ini akan makin banyak generasi muda yang mengenal dan mengapresiasi beliau sebagai salah satu pahlawan wanita kita.

Terimakasih kunjungannya


Resume :
Opini pribadi
wikipedia