FootballStoryAvatar border
TS
FootballStory
Hari Dimana Reaktif Football Menghancurkan Tiki Taka

Setiap strategi sepakbola punya plus minus masing masing sekalipun tiki taka yang dianggap strategi paling gila dan sempat merajai eropa bahkan dunia dalam medio 2008-2013 pun bisa dikalahkan oleh strategi lain. Kalian tentu ingat tiki taka full power milik Munchen saat ditangani Guardiola, hasilnya sangat impresif mereka tak tersenggol di liga dan hingga giornata 21 mereka tak tersentuh kekalahan dengan catatan 2x imbang, 9 kebobolan, dan mencetak 57 gol! Banyak bursa taruhan yang menjagokan Munchen menjadi juara UCL di musim 2013/14, namun mereka lupa ada tim yang tak kalah agungnya tim itu bernama Real Madrid.

Diputaran UCL 13/14 laga Munchen melawan Madrid menjadi match yang tidak disangka banyak orang, match nya melempem Munchen diperlakukan seperti tim medioker dikedua leg, mereka tidak mencetak gol sama sekali, sedangkan Madrid menciptakan 5 gol dari total 2 leg dan mereka terlihat seperti "latihan" mengoper bola di tengah lapangan, itu adalah hari dimana tiki taka Guardiola dihancurkan oleh reaktif football milik Ancelotti. Tiki taka bahkan dianggap biang keladi dalam kekalahan tersebut, legenda Munchen Franz Berckenbauer mengatakan "Buat apa menguasai bola kalau tidak bisa mencetak gol?" ada benarnya juga omongan dari legenda yang satu ini, karena saat kekalahan 1-0 di Bernabeu, Munchen menciptakan 72% ball posession namun tidak ada serangan yang berarti untuk pertahanan yang dipimpin Sergio Ramos ini. Sepekan berselang, 4 gol lebih telak justru mempermalukan Munchen di depan rakyat mereka sendiri, selain tersingkir dari UCL kekalahan tersebut juga merupakan kekalahan terbesar mereka di Allianz Arena sejak 35 tahun, jika ditotal Ancelotti sudah mempecundangi Munchen dalam 4 hal di kurun waktu sepekan saja menyingkirkan Munchen di UCL, membuat Munchen tidak mencetak gol sama sekali, membuat rekor kekalahan terbesar Munchen sejak 35 tahun, dan yang paling berkelas beliau berhasil menghentikan era tiki taka.

Penguasaan bola sepertinya kurang efektif jika harus melawan pertahanan berlapis, kala itu Don Carlo menerapkan strategi yang sempurna untuk meredam kekuatan tiki taka Guardiola, ia nemakai pola 442 ketika menyerang dan berubah menjadi 4411 ketika bertahan. Strategi Ancelotti disebut sebagai Reaktif Football "bertahan sedalam dalamnya dan menyerang secepat cepatnya" dengan filosofi ini membuktikan penguasaan bola tidak lebih penting dari kecepatan. Strategi Ancelotti ini tentu serupa dengan strategi Atletico Madrid saat menghempaskan Barcelona diperempat final UCL, 4 gelandang Atleti membiarkan lini tengahnya dikuasai Barcelona serta tidak terpancing untuk meredam lebih kedepan mereka bahu membahu dengan 4 bek dibelakang untuk merapatkan area mereka sendiri lalu menyerang secepat mungkin. Dari kekalahan Barcelona dan Munchen tersebut bisa merubah stigma tiki taka adalah horror.

Saat Barca diasuh Guardiola, mereka benar-benar membabi buta menguasai sepakbola dunia lewat tiki taka dengan Iniesta dan Xavi menjadi duo dirigen orkestra tiki-taka di lapangan tengah La Blaugrana, sama halnya di tim nasional. Dan nampaknya, era tiki-taka memasuki masa rentanya di Piala Dunia 2014 silam. Iker Casillas dkk berhasil dikalahkan oleh Cile 2 gol tanpa balas dan dicukur 5-1 oleh tim oranje Belanda di babak penyisihan grup setelah mereka sukses menerapkan kontra tiki-taka.

Pelatih seperti Sampaoli(Cile), termasuk Louis van Gaal (Belanda), Diego Simeone (Atletico Madrid), Jose Mourinho (Chelsea), dan Carlo Ancelotti (Real Madrid) adalah jajaran pelatih cerdas yang selama ini meramu strategi kontra tiki-taka. “Pola tiki-taka sebenarnya sangat rapuh jika lawan bisa melancarkan serangan balik cepat,” ujar Mou dilansir Sportal. Kontra tiki-taka biasa dijuluki dengan Reaktif Football. Ketimbang memainkan pola 433 atau 4231 yang dibungkus dengan dominasi penguasaan bola di lapangan tengah yang acap kali dilabeli membosankan jika tidak bisa menerobos pertahanan lawan, Reaktif Football mengandalkan kesolidan serta kompaknya organisasi pertahanan dengan lini tengah sebelum tepat menemukan sedikit kesalahan dari penyembah tiki taka dan siap melancarkan serangan balik mematikan. Taktik ini menjadikan pola 5-3-2 sebagai andalan Belanda dan Cile dengan fulbek atau gelandang sayap yang sesekali bertugas sebagai sprinter untuk membuat pertahanan lawan mendadak kocar-kacir. Kalau agan review saat Belanda mempermalukan Spanyol 5-1 dan Madrid bantai Munchen 4-0 di Allianz, banyak gol hasil ciptaan counter attack yang memanfaatkan momen kelengahan dari penerapan tiki taka.
Diubah oleh FootballStory 01-03-2020 06:58
kumaniaks
nona212
tien212700
tien212700 dan 38 lainnya memberi reputasi
39
15.5K
128
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan