Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

arsugoAvatar border
TS
arsugo
[COC Regional: Makanan Tradisional]Dumbeg, Jajanan Berusia Ratusan Tahun Dari Rembang


Pada thread sebelumnya, telah dibahas mengenai minuman khas Rembang bernama legen ya gan. Legen yang merupakan produk kuliner yang dihasilkan oleh tanaman bernama pohon siwalan atau pohon lontar. Di thread tersebut juga sempat sedikit disinggung mengenai pemanfaatan dari buah siwalan atau lontar selain diambil legen dan buahnya. Pemanfaatan tersebut antara lain untuk digunakan menjadi bahan baku gula jawa. Selain itu, pohon siwalan ini dapat dimanfaatkan daunnya untuk menjadi salah satu bahan membuat jajanan bernama dumbeg dan kaoya lontar.


pohon siwalan: sumber

Pemanfaatan daun siwalan untuk membuat jajanan bukanlah untuk menjadi bahan utama dari jajanan tersebut, melainkan menjadi pembungkusnya. Meskipun sekedar menjadi pembungkus, tetapi aroma khas dari daun siwalan atau lontar ini ikut menyatu dengan jajanan yang dibungkusnya. Menjadikan jajanan dumbeg mempunyai rasa dan aroma yang khas. Jika agan-sista memakannya, pasti akan mencium dan merasakan harum khas daun lontar. Pokoknya sedap deh gan emoticon-Big Grin.

Dumbeg sendiri merupakan jajanan tradisional yang bahan utamanya adalah tepung beras, santan, dan gula jawa. Dari situ, agan-sista mungkin sudah bisa membayangkan bagaimana manis gurihnya jajanan ini. Di tempat lain mungkin ditemukan jajanan yang sejenis dengan dumbeg ini dengan nama clorot. Yang menjadikan dumbeg Rembang berbeda dari clorot dari daerah lain adalah pemakaian pembungkusnya gan. Jika clorot biasanya dibungkus menggunakan daun muda pohon kelapa, maka dumbeg rembang ini dibungkus menggunakan daun dari pohon siwalan atau lontar.


daun siwalan


Meskipun hanya jajanan sederhana, ternyata dumbeg ini mempunyai sejarah yang cukup panjang lho gan. Menurut berbagai sumber yang ada, menyebutkan bahwa jajanan itu sudah ada sejak abad kelima belas. Pada waktu itu kira-kira adalah masa walisongo. Dan uniknya, jajanan dumbeg ini merupakan salah satu camilan favorit para wali. Pada saat itu, dumbeg banyak disajikan sebagai suguhan tamu ataupun saat perayaan adat dan keagamaan. Sampai sekarang pun tradisi tersebut masih dipertahankan oleh masyarakat. Dumbeg menjadi salah satu jajanan yang wajib ada saat perayaan adat “sedekah desa” di Wilayah Blora atau “sekedah bumi” di Wilayah Rembang. Begitu juga saat acara pernikahan, di masyarakat pedesaan masih banyak yang menyajikan jajanan ini sebagai salah satu suguhannya.


gunungan dumbeg pada acara grebeg Desa Dasun


Salah satu alasan mengapa dumbeg masih lestari di masyarakat Rembang adalah karena selain memang rasanya yang nikmat, juga ada filosofi dari jajanan ini. Menurut penuturan Edi Winarno, salah satu tokoh masyarakat Rembang, dumbeg adalah symbol lambing laki-laki atau yang biasa disebut juga dengan lingga. Dalam tradisi jawa kuno, pasangan dumbeg ini adalah jadah ketan atau orang local menyebutnya dengan istilah gemblong ketan, yang menjadi simbol perempuan. Dengan demikian, kedua makanan tradisional tersebut melambangkan suatu kesuburan, tonggak dari peradaban manusia.

Atau jika agan-sista menginginkan jajanan ini pada hari-hari biasa, agan-sista bisa menemukan jajanan ini di pusat penjualan jajanan tradisional di seputaran wilayah Rembang, Blora, dan sekitarnya. Di wilayah Sulang sendiri terdapat sentra pembuatan jajanan dumbeg untuk dijual ke pasar.Selain untuk dijual ke pasar, biasanya para pengrajin jajanan dumbeg ini juga menerima pesanan dari masyarakat.


penjual jajanan pasar: sumber


Banyak masyarakat yang sedang membutuhkan jajanan dumbeg untuk suatu acara akan memesan kepada pengrajin baik berupa dumbeg yang sudah matang maupun hanya memesan wadahnya saja. Hal ini dikarenakan tidak semua orang bisa membuat dumbeg. Kesulitan membuat dumbeg bukan terletak pada proses pemasakannya, akan tetapi lebih kepada proses pembuatan wadah dumbeg itu sendiri. Wadah dumbeg atau yang biasa orang lokal menyebut dengan istilah wurung ini terbuat dari daun lontar yang digulung sedemikian rupa sehingga menyerupai terompet. Karena kesulitan tersebut, ada juga masyarakat yang khusus memproduksi bungkus saja. Biasanya masyarakat yang memesan wadah dumbeg ini, mereka akan memasak dumbeg di rumahnya masing-masing.

Berikut ini adalah resep pembuatan dumbeg khas Rembang:
 
Pertama, Menyiapkan wadah atau wurung dumbeg
Hal yang perlu disiapkan adalah wadah atau wurung dari dumbeg itu sendiri. Untuk pembuatannya secara langsung, selain dibutuhkan bahan utama berupa daun lontar muda atau biasa disebut janur, diperlukan keahlian khusus juga untuk membuatnya. Keahlian membuat wurung dumbeg ini harus dipelajari terlebih dahulu, seperti juga dalam pembuatan bungkus ketupat, yang tidak semua orang bisa. Akan tetapi jika kita tidak bisa membuat bungkus dumbeg ini, kita bisa membeli bungkus atau wurung ini dalam bentuk jadi. Oleh karena itu, hal pertama yang perlu disiapkan adalah bungkus atau wurung dumbeg, terserah agan-sista mau membuat sendiri atau mau beli langsung jadi. Yang penting harus ada wurungnya ya, karena wurung dari lontar ini adalah kekuatan utama dumbeg khas Rembang.


wurung dumbeg: sumber

Langkah kedua, bahan-bahan
Setelah wurung siap, langkah kedua adalah menyiapkan bahan-bahannya. Siapkan satu liter santan kental, 200 gram gula aren atau gula jawa, 200 gram gula pasir, satu sendok teh garam, setengah kilogram tepung beras, dua sendok makan air kapur sirih. Jika menginginkan variasi yang lain, bisa juga disiapkan buah nangka yang dipotong kecil-kecil, atau bisa juga kelapa agak muda yang diiris kecil-kecil sebagai isian.

Langkah Ketiga, proses persiapan bahan-bahan.
 Campur santal kental, gula pasir, dan garam. Rebus hingga mendidih lalu angkat dan biarkan hingga hangat suam-suam kuku. Campurkan tepung dengan air kapur sirih, lalu diaduk rata. Masukkan santan, lalu diaduk-aduk sampai merata. Hasil adonan harus agak cair ya gan, agar mudah dimasukkan ke dalam wadah atau wurungnya saat proses pemasakan nanti.



Keempat, proses pemasakan.
Setelah adonan siap selanjutnya adalah proses pemasakan. Siapkan alat untuk mengukus dumbeg. Wurung yang sudah disiapkan tadi dimasukkan ke dalam alat pengukus dengan posisi lubangnya menghadap ke atas.

Isi dandang dengan wurung sampai penuh agar wurung yang nanti akan diisi dengan adonan tidak ambruk. Setelah posisi wurung sudah tepat, selanjutnya adalah mengisi wurung dengan adonan yang telah disiapkan. Jika semua wurung telah terisi, maka bisa dilanjutkan dengan proses pengukusan. Tunggu hingga matang, setelah itu bisa ditiriskan dan siap untuk dihidangkan.



dumbeg saat matang


dumbeg siap disajikan: sumber


Berikut tadi adalah ulasan singkat mengenai dumbeg khas Rembang disertai dengan cara pembuatannya. Bagi agan-sista yang ingin menikmati rasa khas dumbeg Rembang ini, bisa membelinya di pasar yang menjual jajanan tradisional. Atau jika agan-sista menginginkan dalam jumlah banyak, bisa memesan ke para pengrajin di Wilayah Sulang. Atau mungkin agan-sista tertantang untuk mencoba membuat sendiri? Selamat mencoba deh gan emoticon-Big Grin



Referensi: cookpad, jatenglive, gerbang


Diubah oleh arsugo 03-03-2020 14:38
indra.blora
kаskus
tien212700
tien212700 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
4K
18
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan