Penulis Perempuan İnspiratif


Sumber gambar: Google

Assalamualaikum, gan, sis ...
Di Event Hari Perempuan İnternasional ini, ane mau mengangkat sosok perempuan yang telah menjadi inspirasi buat ane.

Siapa yang layak disebut Ibunya para penulis? Siapa yang layak disebut Perempuan Indonesia Terinspiratif?
Jawabannya, Pipiet Senja!

Itu versi ane ya, gan sis. Kenapa ane bisa berpendapat seperti itu?

Flashback dulu ke 'zaman baheula", saat ane masih SMP dan baru mengenal dunia bacaan seperti cerpen remaja atau novel berbau roman, setelah beranjak dari bacaan anak-anak.

Dari situ awalnya ane mengenal nama Pipiet Senja. Jika mendapat majalah atau kumpulan cerpen, pertama yang ane cari adalah penulisnya. Saat menemukan nama itu, rasanya excited banget. Tanpa menunggu lagi, pasti segera dilahap habis. Tahukah yang ada dibayangan ane saat itu tentang sosok beliau? Di kepala ane, sosok itu digambarkan seorang perempuan muda yang cantik, enerjik, cerdas dan menggemaskan. Ya, seperti burung pipit yang mungil terbang bebas mengarungi cakrawala. Biarlah dia tetap seperti itu dalam imajinasiku, bahkan hingga sekarang ini. Karena sebelumnya ane tak pernah melihat sosoknya secara nyata. Hingga setelah mengenal teknologi di dunia sosial media dan internet, ane baru tahu sosok idola itu.

Ane termangu ketika mengetik namanya di pencarian google. İmajinasi ane salah total. Ternyata yang muncul adalah sosok perempuan tua, kurus dan penyakitan! (İtu yang selalu ia katakan tentang dirinya). Namun hal itu tak membuat ane kecewa, justru semakin membuat penasaran. Rasa ingin tahu ane tergelitik mengikuti setiap artikel di berbagai pranala, akun sosmed juga halaman penggemarnya.

Thalasemia mayor, penyakit kelainan darah bawaan yang beliau derita seumur hidup, juga penyakit lain yang menyertai, tak menjadi kendala. Justru dijadikannya sebagai pemicu.

Begitu keras dan gigih perjuangan Manini, panggilannya kini, dalam mengarungi hidup. Kisah perjalanannya tak semudah yang ane pikirkan. Bagaimana ia tetap bertahan untuk tetap hidup, memperjuangkan nasib kedua buah hatinya, juga orang-orang disekeilingnya. Tempaan demi tempaan membuat ia setegar batu karang. Ujian demi ujian telah meninggikan derajatnya. Dalam keterpurukan, perempuan yang terlahir 16 Mei 1957 itu tak kenal lelah dengan berikhtiar. Menulis dan menulis, bagaimana pun keadaannya, hingga melahirkan ribuan cerpen, ratusan novel dan buku lainnya. Namun begitu ia tetap rendah hati dan mau berbagi ilmu kepada penulis pemula. Manini telah berhasil menaklukan dirinya juga dunia.

Sungguh, ane malu, gan, sis ... Malu pada diri sendiri, yang selalu berkeluh kesah dengan segala kekurangan. Ane mudah menyerah dengan menyalahkan keadaan sehingga menjadi penghambat dalam berkarya. Selama ini ane kufur nikmat. Jauh bila dibandingkan Manini yang selalu bersyukur dengan apa yang ia terima dengan ikhlas, tapi tetap berikhtiar tanpa batas. Di usianya yang sudah senja, ia masih mengabdikan diri pada dunia literasi, juga aktif di berbagai komunitas sosial.

Yang selalu ane ingat dan paling menginspirasi adalah kata-kata bijaknya yang menjadi pengingat hidup untuk mati.





Salah satu bukunya "Bagaimana Aku Bertahan" yang berisi curahan hati seorang penyintas Thalasemia, menggerakkan hati ane, untuk menulis novel tentang perjalanan hidup seorang perempuan dalam memperjuangkan nasibnya serta anaknya yang berkelainan khusus. Semua terinspirasi dari perempuan bernama Etty Hadiwati Arief, atau yang kita kenal dengan Pipiet Senja.

Satu Sosok, Penuh İnspirasi. Dialah Perempuan İnspirasiku.

Semoga beliau tetap diberi kesehatan, kekuatan, panjang umur agar tetap menebar manfaat untuk umat serta memotivasi. Segala kebaikan yang ditebarnya semoga menjadi amal jariyah. Aamiin Ya Robbal aalamiim.

Sumber: Opini pribadi