Kaskus

Story

dewiriAvatar border
TS
dewiri
SEKEPING HATI ANITA


SEKEPING HATI ANITA

Oleh : Dewi RI

Aku dan mas Bimo sudah menjalin hubungan selama setahun, kami saling menyayangi. Mas Bimo sangat perhatian denganku. Aku merasa beruntung bisa memiliki kekasih setampan dan sebaik mas Bimo.

Walaupun hubungan kami berjalan sudah cukup lama, tapi aku masih belum berani mengenalkan mas Bimo pada keluargaku. Karena kakak sepupuku, mbak Mely juga belum pernah mengenalkan calonnya kepada pakde dan bude. Ya, selama ini aku ikut dengan keluarga pakdeku. Sejak ayahku meninggal dunia waktu aku masih berumur tujuh tahun, aku dirawat oleh pakde. Kakak dari ayahku.

Dan ketika aku berumur sepuluh tahun ibuku juga pergi meninggalkanku untuk selama-lamanya. Jadilah aku seorang anak yatim piatu. Tapi aku masih merasa beruntung, karena ada keluarga sebaik pakde yang mau menampungku tanpa membedakanku dengan anak kandung sendiri, mbak Mely. Aku dan mbak Mely diperlakukan sama oleh pakde dan bude. Itulah yang membuat aku merasa sangat berhutang budi pada keluarga pakde. Allah seperti mengirimkan malaikat buatku yang berwujud pakde sekeluarga.

Hari ini mas Bimo mengajakku ketemuan di tempat biasa. Di kafe dekat kantorku. Ada yang ingin dibicarakan, serius. Begitu pesan whatsapp yang dikirim ke aku. Maka setelah jam kantor berakhir akupun segera meluncur ke kafe tersebut. Kebetulan aku ingin bicara hal serius juga dengan mas Bimo.

Sesampainya di kafe aku melihat mas Bimo sudah menungguku. Aku segera menghampirinya.

"Assalamualaikum, Mas," sapaku pada mas Bimo.

"Walaikum salam," jawabnya.

Aku pun duduk di depan mas Bimo di seberang meja. Aku lihat wajah mas Bimo nampak tegang. Setelah makanan dan minuman yang kami pesan datang, mas Bimo mulai membuka percakapan.

"Anita, aku ingin mengajakmu ke rumah. Aku ingin mengenalkanmu pada orang tuaku bahwa kamu calonku, kamu mau kan, An?" ungkap mas Bimo dengan mimik muka serius.

Sebagai seorang kekasih tentu saja aku sangat bahagia dengan ungkapan mas Bimo. Rasanya mulut ini ingin langsung berkata "iya" dan segera menarik tangan mas Bimo untuk segera ke rumahnya.

Tapi, aku nggak tahu harus berkata apa. Aku hanya menunduk memandang isi gelasku yang hanya tinggal separo. Aku bingung.

"Anita, kenapa kamu diam? Apa kamu nggak mau aku ajak ke rumah?" tanya mas Bimo, "jawab dong, Sayang."

Aku berusaha mengangkat wajahku yang kurasa sangat berat, aku tatap wajah teduh yang memancarkan kasih sayang yang tulus itu. Ingin rasanya aku memeluknya dan berkata "mau" tapi kembali mulut ini rasanya terkunci. Aku hanya bisa diam.

"Anita, sayang. Kenapa kamu hanya diam, jawab dong. Kamu mau, kan?" tanya mas Bimo lagi, kali ini sambil menggengam tanganku.

Aku hanya menunduk, kali ini aku benar-benar nggak sanggup untuk kembali menatap wajah teduh mas Bimo. Dadaku bergemuruh dan tak terasa butiran-butiran bening menetes di pipiku. Makin lama makin deras. Mas Bimo terkejut melihatku menangis.

"Anita, kenapa kamu menangis?" tanya mas Bimo sambil mengelap butiran bening dari pipiku. Mas Bimo nampak tambah bingung melihat air mataku yang semakin deras.

"Anita, apakah aku salah? Kalau kamu belum siap, mungkin bisa kita tunda bulan depan," kata mas Bimo panik.

"Anita, maafin aku. Please, kamu jangan nangis gini."

"Mas ...," ungkapku lirih.

"Ya."

"Aku bahagia karena pada akhirnya Mas mau mengenalkanku pada keluarga Mas," ungkapku sambil sesenggukkan.
"Tapi ...."

"Tapi apa, Anita?"

"Maafkan aku, Mas. Aku nggak bisa menerima ajakan Mas."

"Kenapa? Kamu nggak mau serius denganku?"

"Bukan begitu, Mas."

"Lalu apa?"

"Aku tahu, Mas Bimo mau dijodohkan."

Mas Bimo nampak terkejut.

"Ka--kamu tahu darimana, Anita?!"

Aku menatap mas Bimo.

"Calon yang akan dijodohkan dengan Mas Bimo itu kakak sepupuku. Semalam keluarga pakdeku sudah membicarakannya denganku."

"Jadi, Mely itu kakak sepupumu? Ta--tapi ...."

"Aku mohon, Mas. Demi aku, tolong terima perjodohan ini. Mbak Mely nampak bahagia dengan perjodohan kalian. Aku nggak bisa bayangin kalau sampai Mas menolak," kataku masih dengan air mata yang deras mengalir.

"Tapi, Anita. Bagaimana dengan kamu?"

"Mas nggak usah pikirkan aku. Kalau mbak Mely bahagia, aku juga bahagia."

"Anita, kamu ...."

"Aku sayang sama Mas, aku cinta sama Mas. Aku bahagia menjadi orang yang Mas sayangi. Biar kusimpan semua rasa ini di hati. Dan semua kenangan bersama Mas Bimo nggak akan pernah aku lupakan, sampai kapanpun."

Mas Bimo hanya tertunduk sedih.

"Mas, aku mohon. Saat nanti Mas ke rumahku, bersikaplah seolah kita tak saling kenal," ucapku sambil memegang tangan mas Bimo.

Seketika mas Bimo memelukku, dan tangisnya pun pecah. Pun air mataku yang makin deras mengalir.

Aku berusaha tabah dengan semua ini, walau hatiku terasa robek jadi dua dan menjadi kepingan yang hancur. Mungkin memang benar, nggak semua orang yang saling mencintai bisa saling memiliki.
Gimi96
NadarNadz
nona212
nona212 dan 18 lainnya memberi reputasi
19
2.7K
34
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan