- Beranda
- Komunitas
- Female
- Sista
[Love Letter 4] Teruntuk Belahan Jiwaku yang Dulu, Sekarang, dan Selamanya Kucinta


TS
darmawati040
[Love Letter 4] Teruntuk Belahan Jiwaku yang Dulu, Sekarang, dan Selamanya Kucinta
Spoiler for Cinta Ibu:
Quote:
Dear my mom ...
Assalamualaukum, belahan jiwaku
Aku menulis surat cinta untukmu, meski rasa cinta itu sebanarnya tak terbilang dan tak terlukis oleh apa pun juga, kecuali bukti dalam bentuk baktiku padamu.
Teringat di masa kecil dulu. Engkau menggenggam jemariku. Engkau menopang langkahku. Engkau mengajariku banyak hal. Tentang rupa dan warna, tentang baik buruknya dunia. Tentang segala yang wajib dan tidak.
Sebagai gadis kecil yang tak banyak bicara. Yang mudah sekali tersinggung meski hanya dengar suara keras dan ucap yang salah, engkau selalu menjadi sosok paling mengerti tentang itu semua. Engkau dapat membaca hal-hal yang tidak dapat dipahami orang lain perihal aku.
Terima kasih, terima kasih tak terhingga dariku, Ibu š
Beranjak remaja, aku seringkali menyakitimu dengan perkataan maupun tingkah laku. Secara sadar maupun tidak sadar. Namun, meski begitu, engkau tetap menjadi sosok paling hangat. Pelukanmu selalau ada di saat takut dan resah menyelimutiku. Ya, walau kadang-kadang omelanmu kerap menyakitiku juga. Tapi, itu semua karena cinta, bukan?
Pernah aku berpikir, bagaimana jika aku hidup jauh darimu saja. Bertemu orang-orang baru, teman-teman baru, dan siapa pun itu, yang mungkin bisa memberi warna baru untuk hidupku. Dan ya, hal itu benar terjadi. Aku jauh darimu selama tiga tahun lamanya. Hidup di kota dan menjalani hari yang tidak sepenuhnya baik. Terkadang sarapan, kadang juga tidak. Tugas sekolah membuatku pusing. Tak punya uang dan sebagainya juga menjadi masalah.
Teman-teman baru yang dulu aku bayangkan, memang banyak sekali. Akan tetapi, ternyata tidak seperti teman yang ada di kampung. Orang-orang baru yang pernah aku bayangkan, ternyata tidak sebaik tetangga-tetangga kita. Juga tidak sepengertian dirimu tentunya.
Sampai akhirnya kita bertemu lagi usai kelulusan sekolah. Hidup bersama dan melakukan sesuatu bersama-sama. Sebelum akhirnya kembali berpisah demi inginku. Inginku yang selalu engkau tolak.
Aku hanya ingin pergi ke luar kota. Bekerja, dan bisa kuliah seperti teman-teman seangkatanku yang kini telah banyak hidup sukses. Namun, engkau tidak membiarkanku belajar berjalan dan berlari sebagaima masih kecil dulu.
Aku tahu, engkau begitu khawatir akan diriku. Itu sebabnya, aku tidak engkau biarkan jauh-jauh darimu. Tidak engkau lepas hingga tak terjangkau dengan mudah. Terkadang, aku merasa seperti dipenjarakan. Terlalu dibatasi membuatku berjalan di tempat. Tidak ada yang dapat kuraih. Ingin dan cita-citaku terbengkalai. Aku menyerah dalam kekhawatiranmu akan hidupku. Jujur saja, aku menyesalinya hingga saat ini.
Sekarang, gadis kecilmu yang selalu engkau khawatirkan telah beranjak dewasa. Kita hidup bersama sudah dua puluh enam tahun lamanya. Ya, walau kadang-kadang kita terpisah jarak. Seperti halnya saat ini. Jarak antara kampung halaman dan tempat tinggalku sekarang hanya satu setengah jam perjalanan saja. Aku bisa pulang dan menemuimu kapan saja aku mau. Begitu pula denganmu.
Bu,
Aku ingin pergi jauh bukan untuk melupakanmu. Bukan juga hendak menyiksamu dengan rindu. Karena, kenyataannya bukan hanya dirimu yang akan merasakan perasaan itu. Aku juga pasti akan sangat merindukanmu.
Selain ungkapan cinta dan kasih sayang, ada banyak sekali yang ingin aku sampaikan dalam surat ini, Bu. Tentang penyesalanku yang tidak mampu meraih cita-cita. Tentang keluh kesahku perihal cintamu yang terlalu mengikat. Juga tentang ketidakberanianku dalam mengambil sikap. Tetapi, itu semua tampaknya tidak perlu. Karena, damaimu lebih penting dari segalanya.
Bu,
Suatu hari nanti, mungkin kita tidak akan bisa sering bersama lagi. Mungkin, aku akan dimiliki dan memiliki orang-orang baru untuk menjadi teman dalam mengarungi hidup ini. Namun, meski begitu, jangan pernah beranggapan engkau telah kehilangan diriku. Karena di mana pun aku berada, dirimu selalu kubawa-bawa. Ya, aku telah menempatkanmu di sisi paling istimewa dalam relungku. Sejak dulu, sekarang, dan selamanya.
Sekian surat cinta dariku. Semoga ibu tidak bersedih hati apabila bertemu dan membaca surat dariku ini. Salam cintaku untukmu. Semoga Tuhan senantiasa menjagamu. Jangan lelah dan lupa mendoakan kebaikan untukku. Love you, Bu ... š
By: Dharma, anak gadismu yang ingin engkau selalu sehat dan bahagia.
Bima, 20 Februari 2020
Assalamualaukum, belahan jiwaku
Aku menulis surat cinta untukmu, meski rasa cinta itu sebanarnya tak terbilang dan tak terlukis oleh apa pun juga, kecuali bukti dalam bentuk baktiku padamu.
Teringat di masa kecil dulu. Engkau menggenggam jemariku. Engkau menopang langkahku. Engkau mengajariku banyak hal. Tentang rupa dan warna, tentang baik buruknya dunia. Tentang segala yang wajib dan tidak.
Sebagai gadis kecil yang tak banyak bicara. Yang mudah sekali tersinggung meski hanya dengar suara keras dan ucap yang salah, engkau selalu menjadi sosok paling mengerti tentang itu semua. Engkau dapat membaca hal-hal yang tidak dapat dipahami orang lain perihal aku.
Terima kasih, terima kasih tak terhingga dariku, Ibu š
Beranjak remaja, aku seringkali menyakitimu dengan perkataan maupun tingkah laku. Secara sadar maupun tidak sadar. Namun, meski begitu, engkau tetap menjadi sosok paling hangat. Pelukanmu selalau ada di saat takut dan resah menyelimutiku. Ya, walau kadang-kadang omelanmu kerap menyakitiku juga. Tapi, itu semua karena cinta, bukan?
Pernah aku berpikir, bagaimana jika aku hidup jauh darimu saja. Bertemu orang-orang baru, teman-teman baru, dan siapa pun itu, yang mungkin bisa memberi warna baru untuk hidupku. Dan ya, hal itu benar terjadi. Aku jauh darimu selama tiga tahun lamanya. Hidup di kota dan menjalani hari yang tidak sepenuhnya baik. Terkadang sarapan, kadang juga tidak. Tugas sekolah membuatku pusing. Tak punya uang dan sebagainya juga menjadi masalah.
Teman-teman baru yang dulu aku bayangkan, memang banyak sekali. Akan tetapi, ternyata tidak seperti teman yang ada di kampung. Orang-orang baru yang pernah aku bayangkan, ternyata tidak sebaik tetangga-tetangga kita. Juga tidak sepengertian dirimu tentunya.
Sampai akhirnya kita bertemu lagi usai kelulusan sekolah. Hidup bersama dan melakukan sesuatu bersama-sama. Sebelum akhirnya kembali berpisah demi inginku. Inginku yang selalu engkau tolak.
Aku hanya ingin pergi ke luar kota. Bekerja, dan bisa kuliah seperti teman-teman seangkatanku yang kini telah banyak hidup sukses. Namun, engkau tidak membiarkanku belajar berjalan dan berlari sebagaima masih kecil dulu.
Aku tahu, engkau begitu khawatir akan diriku. Itu sebabnya, aku tidak engkau biarkan jauh-jauh darimu. Tidak engkau lepas hingga tak terjangkau dengan mudah. Terkadang, aku merasa seperti dipenjarakan. Terlalu dibatasi membuatku berjalan di tempat. Tidak ada yang dapat kuraih. Ingin dan cita-citaku terbengkalai. Aku menyerah dalam kekhawatiranmu akan hidupku. Jujur saja, aku menyesalinya hingga saat ini.
Sekarang, gadis kecilmu yang selalu engkau khawatirkan telah beranjak dewasa. Kita hidup bersama sudah dua puluh enam tahun lamanya. Ya, walau kadang-kadang kita terpisah jarak. Seperti halnya saat ini. Jarak antara kampung halaman dan tempat tinggalku sekarang hanya satu setengah jam perjalanan saja. Aku bisa pulang dan menemuimu kapan saja aku mau. Begitu pula denganmu.
Bu,
Aku ingin pergi jauh bukan untuk melupakanmu. Bukan juga hendak menyiksamu dengan rindu. Karena, kenyataannya bukan hanya dirimu yang akan merasakan perasaan itu. Aku juga pasti akan sangat merindukanmu.
Selain ungkapan cinta dan kasih sayang, ada banyak sekali yang ingin aku sampaikan dalam surat ini, Bu. Tentang penyesalanku yang tidak mampu meraih cita-cita. Tentang keluh kesahku perihal cintamu yang terlalu mengikat. Juga tentang ketidakberanianku dalam mengambil sikap. Tetapi, itu semua tampaknya tidak perlu. Karena, damaimu lebih penting dari segalanya.
Bu,
Suatu hari nanti, mungkin kita tidak akan bisa sering bersama lagi. Mungkin, aku akan dimiliki dan memiliki orang-orang baru untuk menjadi teman dalam mengarungi hidup ini. Namun, meski begitu, jangan pernah beranggapan engkau telah kehilangan diriku. Karena di mana pun aku berada, dirimu selalu kubawa-bawa. Ya, aku telah menempatkanmu di sisi paling istimewa dalam relungku. Sejak dulu, sekarang, dan selamanya.
Sekian surat cinta dariku. Semoga ibu tidak bersedih hati apabila bertemu dan membaca surat dariku ini. Salam cintaku untukmu. Semoga Tuhan senantiasa menjagamu. Jangan lelah dan lupa mendoakan kebaikan untukku. Love you, Bu ... š
By: Dharma, anak gadismu yang ingin engkau selalu sehat dan bahagia.
Bima, 20 Februari 2020
Spoiler for Cinta Ibu:
Untuk para ibu di seluruh dunia. Terima kasih telah mencintai kami anak-anakmu. Semoga Tuhan membalasnya dengan surga paling indah.






tien212700 dan 11 lainnya memberi reputasi
12
1.5K
Kutip
14
Balasan
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan