NovellaHikmiHasAvatar border
TS
NovellaHikmiHas
Ngomong tanpa Ngegas dong Ma
Itu mau Ngomong atau mau Ngegas sih?


Assalamualaykum warahmatullah


Kembali lagi jumpa dengan thread nove ya gansis, semoga gansis semua sehat-sehat selalu dan tetap semangat untuk menjadi lebih baik. emoticon-excited

Gansis pernah tidak sih ada lawan bicara kita, tiba-tiba ngomongnya langsung nada tinggi? langsung ngegas?emoticon-Ngacir2

Bagaimana rasanya? Ketika kitalah lawan bicaranya? Rasanya kalau nabok itu halal sudah kita lakukan kali ya? emoticon-Cape deeehh

Nah gansis, pasti kita tidak suka, pakek bangetlah kalau ada yang begitu ke kita.


Akan tetapi, pernahkah kita selaku orang tua ketika naik motor misal, membonceng anak kita, kemudian kita teringat keburukan atau kesalahan anak, lalu langsung dah kita menasehatinya, bla bla bla. Dengan suara keras, nada tinggi, tanpa jeda.

Kira-kira apa yang dirasakan anak kita? Apa yang ada pada batin buah hati kita?
Bagaimana dengan kondisi otak mereka?

Wahai ayah bunda, mama papa, betapa tidak? Teriakan atau suara dengan nada tinggi itu berdampak destruktif pada sel otak anak. Selain itu, anak akan sangat berpotensi meniru sifat dan karakter tersebut.

Tidak cukup itu saja, tentunya hal semacam itu akan menambah lagi dampak buruk yang lainnya, yaitu pada sikap atau prilakunya. Bisa jadi berakibat si anak kurang percaya diri atau malah mungkin tidak memilikinya, bisa juga berakibat pada rasa minder yang berlebih, takut salah sehingga enggan untuk mencoba.

Mari mama papa, ayah bunda, mari sama-sama bertekad untuk selalu:
“Berlemah lembut dan Rendahkan Suara”

Tidak dapat dipungkiri, selaku orang tua ketika diri dalam kondisi banyak beban dan tanggung jawab, kemudian kita ingin anak-anak kita sempurna tanpa cela dan cacat, disisi lain ternyata anak kita berlaku tidak seperti apa yang kita inginkan dan kita harapkan.

Maka, apa yang dilakukan orang tua pada umumnya?
Ya .... Tidak sedikit para orang tua yang akan melampiaskan amarahnya, ekspresinya dengan berteriak dan meninggikan suara.

Sungguh memang sangat melegakan pada awalnya, akan tetapi pasti selalu ada penyesalan sesudahnya.

Sebagai orang tua, sedikitpun tidak bermaksud menafikan sikap tegas pada anak-anak kita. Karena memang terkadang ketegasan itu juga dibutuhkan. Akan tetapi itu bukanlah hukum asal.

Ibnu Taimiyyah menyebutkan sebuah rukun dari tiga hal yang mendasar dalam hal amar ma’ruf nahi munkar, yaitu adanya Ar Rifqu(Kelembutan).

Papa mama, Ayah Bunda, tentu juga merasakan, bahwasannya dinasehati dengan lembut itu jauh lebih gampang diterima dibandingkan nasehat yang disampaikan dengan cara yang kasar.

Itulah sebabnya mengapa seorang Luqman menasihati anaknya untuk senantiasa berkata dengan pelan dan lembut tanpa harus mengeraskan suara,

‎وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِن أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ

“Sederhanalah kamu dalam berjalan dan turunkan nada suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS. Luqman: 19)

Mengapa pada ayat tersebut setelah diperintahkan untuk menurunkan nada suara, setelah itu ditunjukkan seburuk-buruk suara adalah suara keledai?

Karena kita ketahui suara keledai itu buruk, suaranya keledai hampir sama dengan suara teriakan.



Mulai saat ini, mari kita coba Papa Mama, Ayah Bunda mulai mempraktekkannya. Ketika kita ingin marah kepada anak, maka coba kita mulai dengan mendekatinya, kemudian coba kita tatap matanya dengan lembut. Lalu pelankan suara kita. Turunkan dan rendahkan suara kita.

Kemudian katakanlah kepada mereka : “Anak Shalih/Shalihah, Bunda cuman ingin kamu jadi anak yang baik dan selalu ingat bahwa Allah selalu mengawasi. Bunda tidak suka Adik berbuat sesuatu yang Allah juga tidak suka perbuatan itu. Jangan diulangi lagi ya, Anak Shalih!”

Coba setelah itu, rasakan manfaatnya dan perubahannya. Memang butuh waktu lebih lama dibanding dengan cara berkata keras. Karena yang butuh kita sentuh adalah hatinya. Apalagi jika perkataan-perkataan itu kita barengi dengan tatapan yang akrab dan sentuhan ataupun pelukan yang hangat, maka in sya Allah, biidznillah respon penerimaan anak akan nampak.

Berbicara dengan lembut dan pelan kepada anak, akan lebih mudah diterima. Apalagi apabila hati sang anak dan orang tua, sudah sangat dekat. Bahasa apapun dari orang tua, maka akan mudah diterima dan mudah dipahami anak.

Sedangkan sebaliknya, pernah tidak Papa Mama, Ayah Bunda merenungkan? Kenapa yah, orang-orang yang suka sekali marah itu, meski berdekatan tapi mengapa justeru malah suka berteriak-teriak?

Bisa kita Jawab, memang raganya berdekatan. Akan tetapi hatinya sedang jauh. Apabila hati sudah sangat dekat, maka berbisik pun, nantinya akan mudah diterima sebuah nasihat itu dengan senang hati dan lapang dada.

Sampai disini dulu ya gansis, thread saya kali ini. Semoga bermanfaat dan kita bisa mulai bersama-sama berbicara lebih pelan, lembut dan penuh kasih sayang. Demi putra-putri kita semua, sebagai generasi penerus yang tangguh. Aamiin, aamin.
Wassalamualaykum warahmatullahi wa barakatuh


Sumber: Opini pribadi
Sumber gambar: Google, pinterest
Diubah oleh NovellaHikmiHas 02-02-2020 04:32
anasabila
sebelahblog
swiitdebby
swiitdebby dan 46 lainnya memberi reputasi
47
2.5K
133
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan