Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

lianasari993Avatar border
TS
lianasari993
Kumpulan Cerpen by Lianasari993
Kumpulan Cerpen by Lianasari993



Suara tangisan Nadia terdengar dari luar kamarnya, kesedihan yang dulu pernah dia alami sekarang terulang lagi.

Kekasih yang selama ini dia cintai menghianati. Sudah dua tahun Nadia berpacaran dengan Rio temen sekelasnya.

Suara ketukan pintu, panggilan tak ku hiraukan. Mama memanggilku namun aku tetap tak membuka pintu, aku tak menyangka kenapa Rio bisa tega padaku.

" Nadia, keluar kamu belum makan nanti sakit" ucap mama dengan cemas

" Ya sudah, makanan kamu mama letakkan di depan pintu" mama meninggalkan kamarku

Terlalu lama menangis membuatku lapar, mau tak mau aku harus keluar ambil makanan.

" Udah keluar? Laper ya?" Ucap mama dekat tangga

" Kalau kamu ada masalah cerita ke mama, mungkin saja mama bisa membantu" menghampiriku yang terdiam di pintu

Mama mengajakku masuk kamar dan menyuruhku menghabiskan makanannya.

" Mama ngerti kamu sudah besar, sudah waktunya kamu mengerti tentang cowok dan kamu harus menerima sakit hati. Itu memang wajar, semua orang pasti mengalaminya. Harus kamu tau nggak semua hubungan itu selalu berjalan baik, ada saatnya kita harus mempertahankan dan ada saatnya kita harus melepaskan" mama duduk di sampingku

" Aku...."

" Saat masalah seperti itu kita harus berfikir dan bersifat dewasa" memotong omonganku

" Iya ma" tersenyum

" Terus kelanjutan kamu dengan Rio bagaimana, kalau menurut mama lepaskan dia. Kita boleh memaafkan orang yang menghianati kita tapi tidak untuk kembali" saran mama

" Iya ma, aku akan mencoba memaafkannya" ucapku

" Memaafkan orang yang telah menghianati itu sulit, tapi kamu harus memaafkannya" mama berjalan meninggalkan kamarku.

Mungkin yang di sarankan mama memang benar, aku harus melupakannya Rio. Walaupun itu memang sulit aku mulai mencobanya.

Keesokan harinya, aku berangkat seperti biasanya. Memang sulit melupakan Rio apalagi dia se kelas denganku, setiap hari bertemu, duduk di belakangku, bahkan selingkuhannya temen sebangku denganku. Kalian tau sendiri perasaanku bagaimana?

Tiba-tiba selingkuhan Rio yang kini sudah sah jadi pacarnya, bertanya padaku, mau tak mau aku meresponnya kan dia sebangku denganku.

" Nadia, kamu sudah tau hubunganku dengan Rio" tanya Sasa

" Iya, kemarin sore aku melihatmu pacaran dengan Rio di taman" ucapku

" Aku tidak bermaksud ingin merebut Rio darimu" ucapnya

" Kalo lho suka sama Rio bilang ke gue gak usah diem-diem, nusuk kan sakit" ucapku ketus

"Gue...."

" udah buat lho aja" ucapku

Sebenarnya sakit mendengar ucapan Sasa, namun aku tak bisa berbuat apa-apa. Rio lebih memilih Sasa dari pada aku pacarnya sendiri.

Semua teman yang ada di kelas tau tentang hubunganku putus dengan Rio karena adanya Sasa. Mungkin berita itu di sebarkan oleh sahabatku Rina.

Dina menghampiriku, waktu jam istirahat.

" Nadia, bener kamu putus sama Rio gara-gara Sasa" ucapnya dengan kepo

" Kamu tau dari Ika" ucapku

" Iya, yang lain juga tau tentang itu" jawab Dina dengan santai

Aku hanya menghembuskan nafas tak menjawab pertanyaan Dina. Aku malah meninggalkannya yang masih heran dengan jawabanku.

Di dalam toilet, ada beberapa anak yang sedang membicarakanku. Saat aku masuk mereka kebigungan dan salah tingkah.

" Eh, Naaadi..." ucap dengan galagapan

" Hai, rame banget di kamar mandi mau tanding basket" ucapku dengan santai

" Ha...." ucapnya kebingungan

" Yaudah, lanjutin mumpung masih istirahat" aku meninggalkan mereka yang masih kebingungan

Beberapa bulan kemudian......

Suara mobil berjalan dengan pelan, kemacetan dimana-mana suara klakson dan teriakan orang terdengar dengan lantang.

Mobil yang aku naiki terjebak kemacetan, jalan menuju ke segala perjuru arah sulit telalui dengan mudah.

" Pak, masih lama nih" tanyaku ke sopir taksi

" Iya, mbak macet banget" ucap sopir

Perjalanan menuju rumah nenek sangat jauh, dalam perjalanan yang sangat melelahkan dengan kemacetan yang cukup panjang.

Aku hanya mendengarkan lagu dengan headset dan memakan snack yang aku bawa dari rumah.

" Pak, ini roti sama minum untuk bapak" aku menyerahkannya

" Terima kasih mbak"

" Kalau kurang bilang ya pak ini masih banyak, nanti kalau sudah sampai di rumah nenekku sekalian makan dulu sebelum kembali pak" ucapku santai

" Tidak usah, nanti saya beli di jalan aja mbk" dengan nada sopan

" Nggak boleh lho pak nolak rejeki" sok bijak

Perjalanan menuju rumah nenek yang jaraknya jauh dari rumah membuat badanku kecapean.

Sesampai di depan teras, aku melihat nenek yang sedah menyirami tanaman.

" Cucuku sudah datang, ayo masuk" nenek memelukku

" Pak, ayo masuk dulu saya sudah menyiapkan makanan" ucap nenek pada sopir taksi

" Makasih buk jadi ngerepoti" ucapnya sopan

" Justru saya terima kasih sudah mengantar cucu saya sampai sini"

Keesokan harinya.....

Nenek menyuruhku berjalan-jalan ke kebun teh, sedangkan nenek lebih memilih menonton tv.

Udara sejuk di pegunungan membuatku ingin lama-lama di sini. Jalan yang masih berbatu tertata rapi, jarang sekali ada kendaraan bermotor lewat. Udara di pagi hari sangat sejuk, aku menyusuri jalan berbatu sambil memotret pemandangan.

Tiba-tiba kakiku terkilir
"Aww...." ucapku menahan sakit, ada seseorang yang menghampiriku.

" Neng nggak papa" membantuku berdiri

" Aww...." aku menahan sakit

" Sepertinya kakinya terkilir, kalau gitu saya bawa ke ibu saya, rumah saya tidak terlalu jauh" dia menggendongku

Di perjalanan aku tak berbicara, menahan sakit kakiku, sampai di rumahnya aku di bawanya ke ruang tamu.

" Buk, ini ada orang yang terkilir" ibunya menghampiriku

" Arif tolong kamu ambilkan minyak urut di kamar ibuk"

Arif berjalan menuju kamar ibunya dan membawakan minyak urut.

" Neng, ini sedikit sakit tolong di tahan ya" ibunya memijat kakiku

Aku menahan sakit, hingga aku tak sadar dari tadi mencengkeram tangan Arif.

" Neng kalau sakit jangan ajak-ajak tangan saya kan sakit di cengkram"

" Maaf, saya nggak sangaja"

Setelah kakiku di pijat, ibunya menyuruh Arif mengantarku pulang. Saat di perjalanan aku masih menahan sakit.

" Aku nggak mau pulang dulu, lagian ini masih pagi aku mau jalan-jalan mumpung masih ada di sini" ucapku

" Neng udah tau tempat di sini" tanyanya

" Belum" ucapku santai

" Oh iya, nama neng siapa? nama saya Arif " mengulurkan tangannya

" Aku Nadia nggak pakek neng" menjabat tangannya

" Nadia, kamu mau jalan ke mana aja" tanyanya

" Terserah kamu aja, aku kan nggak tau"

Arif menunjukkan tempat yang bagus-bagus, seneng banget aku bisa melihat pemandangan di sini.

Sudah seminggu aku tinggal di sini, tiba-tiba aku merasa nyaman saat di dekat Arif, apa aku menyukainya?

Aku tak bisa menghentikan pikiranku dari wajahnya. Dia berbeda dari ke dua mantanku yang suka selingkuh.

Saat malam minggu, Arif mengajakku nonton pasar malam di desa sebelah.

" Nadia, mungkin kamu harus tau tentang ini"

" Maksud kamu apa?"

" Aku suka sama kamu" mendengar omongan Arif aku terdiam

" Mungkin kamu nggak mau, apa lagi aku kan anak desa, biasanya anak kota itu nggak mau punya pacar anak desa"

" Aku nggak mandang cowok anak desa atau kota, yang penting dia baik dan sayang sama aku" ucapku

" Apa kamu mau" tanyanya

" Iya" aku tersenyum

Arif tiba-tiba salah tingkah mau ngomong nggak jadi, mau meluk malah meluk pohon. Aku hanya tertawa melihat tingkah lakunya.

Setiap hari, Arif selalu mengajakku jalan. Walaupun ke kebun dan sekedar beli makanan di pinggir jalan, aku sangat senang bisa dekat dengannya.

Arif mengajakku datang kerumahnya, sampai di depan rumahnya ada beberapa orang yang sedang berbicara dengan ibunya.

Arif mengajakku masuk....

" Arif " ucap ibunya

" Ada apa ini buk, kok rame ada pak kades juga" tanyanya kebingungan

" Duduk dulu, neng Nadia duduk" ucapnya halus

" Begini, maksud kedatangan keluarga pak kades ke sini ingin menjodohkan kamu dengan anaknya. Sesuai wasiat yang bapak kamu ucapkan sebelum meninggal" ucap ibunya

Aku tak bisa menahan sakit hati mendengan omongan ibunya Arif. Cowok yang aku cintai kini harus pergi lagi, hatiku hancur mendengar semua ini.

" Tapi, buk" ucap Arif dengan nada halus

" Setiap wasiat harus di jalankan. Kamu nggak boleh menentang itu" memengang tangan Arif

Aku berpamitan pulang ke ibunya Arif. Sedangkan semua menghiraukan keberadaan.

Di jalan aku hanya menangis, menahan sakit hati, orang yang aku sayangi harus menikah dengan orang lain. Mengapa ini harus terjadi, apa aku harus seperti ini? Aku ingin mencintai tanpa harus ditinggal pergi.

Mungkin untuk sementara aku harus sendiri, jika sudah waktunya akan ada seseorang yang di kirimkan tuhan untuk terus menemaniku.
legionnareina
NadarNadz
nona212
nona212 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.3K
56
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan