

TS
lianasari993
Hidupku

Derasnya hujan hari ini, mengingatkanku kejadian sepuluh tahun lalu. Waktu itu aku dan ayah sedang naik pesawat tebang, tiba-tiba petir menyambar pesawat yang kami tumpangi. Banyak korban jiwa dalam kejadian itu, begitu juga ayahku. Aku bersyukur diberi kesempatan untuk hidup dan meneruskan semua mimpi-mimpiku.
Namun, aku harus mengikuti rehabilitasi untuk menyembuhkan traumaku. Aku selalu pengobatan dua minggu sekali. Selama tujuh tahun aku mengikuti rehabilitasi. Sekarang aku telah sembuh dari traumaku.Sepulang rehabilitasi aku berjalan menuju rumah. Namun,mobil menabrak hinggaku terpental jauh.
Setelah itu, aku tak tau lagi.Apa yang terjadi saat itu juga.Rasa sakit tak dapat terbayangkan lagi. Sudah seminggu aku tak sadarkan diri, ibuku selalu menjagaku hingga aku mulai sadar.
“ Allhamdulillah,kamu sudah sadar, Hanaya” ucap ibuku dengan senyumnya.
“ Ayah mana,bu?”aku melihat ibu mulai meneteskan air mata.
“Ayahmu sudah meninggal waktu ledakan pesawat itu” ibu hanya menunduk dan mengusap air matanya.
Aku hanya bisa diam mendengar bahwa ayah sudah pergi untuk selamanya. Seminggu kemudian ibu mengajakku pulang kampung tempat tinggal ayahku.
Keesokan harinya…….
“Hanaya cepat turun sekarang kamu harus sekolah,hujannya sudah berhenti” ibu membangunkanku dalam lamunan masalaluku.
“ Iya bu, aku turun” aku menghampiri ibu yang sedang menyipkan makanan dimeja.
“ Cepat makan kakak sudah kesiangan ini” kenalin dia Miko kakakku, orangnya baik seperti ayahku. Ibuku bernama Mukti dia sangat penyayang, baik, dan perhatian.
Hari ini hari pertamaku masuk sekolah, karena 3 minggu kemarin baru sembuh dari sakitku. Sekarang aku kelas dua SMA, aku harus belajar mengenal lingkungan sekolah baruku ini.Aku langsung menuju ruang kepala sekolah, diantar oleh seorang satpam.
“ Permisi bu. Kepala sekolah, nama saya Hanaya siswi baru di sini”
“ Silahkan duduk, sebentar lagi wali kelas kamu datang untuk mengantar kamu masuk kelas” ucapnya dengan ramah.
“ Selamat pagi bu, maaf saya telat” ucapnya sopan.
“ Bu.Siska tolong ibu antar Hanaya ke kelasnya, sekarang dia menjadi murid ibu.”
“Mari Hanaya iku saya ke kelas!” ucapnya dengan sopan.
Di dalam kelas aku di persilahkan mengenalkan diri, setelah itu Bu.Siska menyuruhku duduk. Pelajaran berjalan begitu singkat,suara bel istirahat berbunyi kencang, semua siswa pergi keluar. Ada seorang perempuan yang sedang duduk diam di belakang sendiri, aku menghampirinya.
“ Hai nama kamu siapa?” aku membuka pembicaraan.
“ Namaku Pita”
“ Kenapa kamu menunduk? Tidak sopan lho kalau diajak bicara tidak melihat orangnya!”
Dia langsung menatapku dengan sorotan mata yang begitu aneh, namun aku tau apa yang terjadi padanya.
“ Maaf bukannya aku ikut campur urusan kamu, apa kamu sedang punya masalah”
“ Kenapa kamu perduli padaku, di sini nggak ada yang perduli padaku” pelan.
“ Kamu kan teman aku, aku memang anak baru. Tapi jika kamu ada masalah boleh kok cerita ke aku, ayo kita ke kantin aku lapar nih.”
“ tapi” aku menarik tangannya, dia hanya bisa nurut saja.
Sampai di kantin semua pandangan mengarah padaku dan Pita. Tapi aku tau pandangan itu mengarah ke Pita.Saat aku memegang tangannya banyak hal yang di sembunyikan dirinya, terutama dalam keluarganya.Setelah makan aku di suruh menemui kepala sekolah, sedangkan Pita kembali ke kelas.Sampai di ruangan kepala sekolah beliau mempersilahkan aku duduk.
“Hanaya , apa kamu sudah mengenal Pita?”
“ Iya bu, tapi kenapa dia tidak mau berbicara?” aku mencoba cari tahu tentang Pita, walaupun aku sudah tau tentang dirinya.
“ Saya kurang tau jelas tentang dirinya, saat diajak bicara dia tidak mau bicara. Jadi saya cukup kesulitan untuk mengetahui tentang dirinya.” Ucapnya
“ Kalau boleh tahu sejak kapan dia seperti itu bu?”
“ Sejak dia awal masuk sekolah , waktu ada rapat orang tuanya tidak pernah datang hanya pembantunya saja, katanya orang tuanya bekerja jauh dan jarang pulang ke rumahnya.”
Kepala sekolah menceritakan apa yang dia ketahui tentang Pita, walaupun tak semuanya tapi aku bisa mengetahui tentang data diri Pita. Karena bel sudah bunyi kepala sekolah menyuruhku kembali ke kelas. Di dalam kelas begitu ramai sepertinya jamkos, ada anak yang duduk di depanku melarangku berbicara dengan Pita.Tapi dia tak memberi tahu alasannya apa,dia langsung meninggalkanku menghampiri teman- temannya yang sedang bercerita.
Sekolah kami di pulangkan lebih awal karena ada rapat, tapi masih ada tugas kelompok. Aku mengajak Pita mengerjakan tugas bareng tapi dia menolaknya. Katanya selesai sekolah dia harus cepat pulang. Aku mengusulkan mengerjakan tugas di rumahnya ,awalnya dia tidak mau tapi aku memaksanya. Sampai di rumahnya dia mempersilahkan aku masuk.
“ Hanaya kamu mau minum apa? Nanti biar di ambilkan bibik , aku ganti baju dulu ya.” Aku kaget banget barusan dia berbicara,aku pikir dia tak mau bicara denganku.
Bibik datang membawa segelas teh.
“ Ini silahkan diminum, bibik senang kalau Non Pita bawa teman. Baru pertama kalinya mau ngajak teman ke rumah. Soalnya dia tidak pernah bicara sama siapa-siapa.”ucap bibik
“ Memangnya kenapa bik, dia kok tidak pernah bicara?” ucapku ragu
“ Dulu waktu masih kecil Non.Pita mempunyai ibu yang selalu mengerti tentang dirinya, namun semenjak ibunya meninggal dia mulai menjadi seorang pendiam. Sedangkan ayahnya menikah lagi dan tinggal di luar negeri, ayahnya hanya mengirimkan uang saja. Ibunya meninggal saat dia berusia sebelas tahun, dua bulan kemudian ayahnya menikah dan pindah keluar negeri, sampai sekarang ayahnya tak pernah pulang.” Ucap bibik dengan pelan.
“ Maaf lama, kita kerjain tugas di tanam belakang aja!”
“ Aku senang bisa berteman denganmu, makasih kamu mau berteman dengan aku”
“ Yaelah santai aja, kita kerjain tugasnya dulu aja nanti kita cerita-cerita” aku tak menyangka ternyata Pita tak seperti yang di katakan teman-teman di kelas.
Akhirnya selesai juga tugas kami, bibik menyuruh kami makan. Ternyata sudah jam tiga sore aku berpamitan ke Pita dan bibik, sopir Pita mengantarku pulang. Sampai di rumah aku mandi, setelah itu aku diajak ibuku pergi belanja. Aku menceritakan pada ibu, aku mempunyai teman yang baik, ibu sangat senang aku sudah mempunyai teman di sekolah baruku.
“ Kamu mau beli apa” Tanya ibuku di depan toko pernak-pernik
“ Sepertinya aku melihat gelang bagus,bu”
“ ya sudah kamu beli! Sekalian buat Pita juga”
Selasai belanja kami kembali pulang.
Keesokan harinya aku berangkat sekolah seperti biasa. Pita selalu datang lebih awal dari pada aku yang selalu berangkat siang. Aku menghampirinya yang sedang duduk di bangkunya.
“ Hai…Pita”
“ Iya”
“ Ini gelang buat kamu, kemarin aku beli” menyodorkan gelang
“ Terima kasih”
Bel masuk berbunyi……..
Mulai hari ini aku duduk dengan Pita di bangku pojok paling belakang. Semua siswa menatapku aneh. Saat Pita pergi ke toilet ada seorang siswa yang menanyakan kenapa aku duduk dengan Pita. Aku menjawabnya bahwa Pita adalah sahabatku. Beberapa menit kemudian Pita datang sedangkan siswa tadi langsung menghadap ke depan.
“ Mengapa kamu bilang ke dia kalau kita sahabatan, bukannya kita baru kenal kemarin” ucapnya pelan
“ Memangnya kamu nggak mau jadi sahabatku” sambil menatapnya
Dia hanya tersenyum dan melanjutkan menulis.
Bel istirahat berbunyi…….
“ Ayo ke kantin aku lapar nih”
“ Tap”
“ Ayo aku udah lapar nih”
Pita dan aku tidak menghiraukan apa yang di bicarakan siswa-siswa yang ada di kantin. Rasa marah dalam diriku, karena ucapan mereka pada Pita yang keterlaluan dan tidak mempunyai hati. Membuatku menghampiri segerombolan siswa perempuan di pojok kantin.
“ Bisa nggak sih jaga ucapanmu” ku memukul meja
“ Memang kenapa, anak baru nggak tau apa-apa?”dengan nada tinggi
“ gue sahabat Pita, ini juga urusanku juga”dengan nada tinggi
“Pita itu aneh, gak jelas dan….”
Aku langsung memukulnya dan terjadilah pertengkaran di kantin. Hingga kepala sekolah memanggil kami dan menghadap ke ruangannya. Sedangkan Pita hanya terdiam duduk menunduk di hadapan kepala sekolah.
“ Apa yang telah kalian lakukan sampai seperti ini” kepala sekolah
“ Dia bu, yang duluan nyari masalah. Saya nggak terima kalau Pita di katakan yang nggak-nggak” ucapku
“Meta kamu tidak boleh berbicara seperti ini”kepala sekolah
“ Emang dia aneh, gak jelas lagi” ucapnya nada tinggi
“Sekarang kamu minta maaf ke Pita dan Hanaya” tutur kepala sekolah
“Ooo gah…” pergi meninggalkan ruangan
“ Ya sudah, kalian masuk ke kelas nanti saya yang mengurusnya” ucap kepala sekolah dengan halus.
Kami berjalan menuju kelas untuk mengikuti pelajaran yang sudah berjalan dari tadi.
Keesokan harinya………
Ketukan pintu membuat ibuku beranjak dari ruang tv.
“Ehh, Pita kamu langsung ke kamar aja”ibu dengan ramah
“Iya bu” Pita menuju kamarku
Ibu sudah menganggap Pita sebagai anaknya sendiri, hampir setiap hari Pita selalu ke rumah bermain, membantu ibu.
“woyy bangun masih molor aja”menarik selimutku
“Apaan sih masih ngantuk nih ganggu aja”
“Ayo bangun keburu macet “
“kemana?”
“ Ke puncak masak lupa?”
Aku langsung beranjak dari tempat tidurku membasuh muka dan menuju ke mobil. Ibu dan Pita sudah menungguku disana.
“ Kamu nggak mandi yaa?” Tanya ibu
“dingin”jawabku santai
“ ihhh,jorok”Pita
Mobilpun berjalan, memang arah menuju puncak sangat macet sekali apalagi ini hari libur. Suara klakson berbunyi kepulan asap kendaraan. Tak membuatku mengurungkan untuk melanjutkan tidur lagi. Sesampai di penginapan ibu membangunkanku yang masih tidur terletap. Kami langsung meletakkan tas di kamar.Sunyi,sejuk, membuatku ingin tinggal lama di sini. Tiba-tiba kepalaku terasa sakit, aku langsung bersandar dibawah pohon. Suara seketika berhenti keheninganlah yangku dengarkan. Tuhan apa yang terjadi,Kenapa aku tak mendengarkan apapun? Ku menutup mata sejenak. Setelah kepalaku membaik aku menuju penginapan.
“Hanaya kamu kenapa kok lemas”ibu dengan cemas
“ Enggak Cuma capek habis keliling”jawabku lemas
“Sebentar ibu buatkan minum”
Kepalaku terasa masih sakit seperti tadi. Aku tak bisa memandang sekeliling dengan jelas hanya samar-samar. Mungkin aku kecapean lebih baik tidur aja, nanti juga sembuh. Pita masih belum pulang mungkin belanja banyak. Aku pun terlelap.
“Ayah”senyum
“Hanaya, ayah senang bisa bertemu kamu lagi. Nanti ayah tunggu”memegang tangan ku
Pelukan ke hangatan ayah membangunkanku.
Seminggu kami tinggal di puncak.
Tidak terasa besok harus kembali ke sekolah. Kami memutuskan untuk kembali pagi agar tidak terlalu macet. Sampai di rumah aku langsung beres-beres. Pita langsung pulang ke rumahnya. Tidak lama kemudian, bibi menghubungiku kalau Pita berada di rumah sakit. Aku dan ibu langsung menuju rumah sakit.
“Bisa bicara dengan keluarga pasien”dokter
“iya dok, saya ibunya”jawab ibu
“Apakah ada keluarga yang menderita penyakit jantung,pasien mebutuhkan donor jantung. Hanya itu satu-satunya yang bisa menyelamatkan pasien”dokter
“Mamanya menderita penyakit jantung, namun mamanya sudah meninggal dok”ucap bibi sambil menangis
“saya akan mencarikan pendonor jantung untuk pasien”meninggalkan kami
Bibi langsung menghubungi papa Pita.
“Tuan, non Pita menderita penyakit jantung”menangis
“Sebentar lagi saya pulang”papa Pita
Keesokan harinya aku berangkat sekolah sendiri,tanpa Pita aku tidak ada semangat untuk mengikuti pelajaran hari ini. Aku hanya melamun melamun dan melamun. Sepulang sekolah aku langsung menuju rumah sakit. Aku menunggu pita yang sedang tertidur. Saat menuju kamar mandi kepalaku terasa sangat sakit. Lebih baik aku menemui dokter,berjalan sambil merayap menuju ruangan dokter.
“Permisi dok,saya mau Tanya kenapa akhir-akhir ini kepala saya terasa sakit sekali”
“Sebentar saya periksa”
“ Iya dok”
“ Akibat benturan pada otak adek sudah terlalu parah”ucap dokter
“Lalu bagaimana dokter”menangis
“Seharusnya ini diatasi sejak dulu sekarang sudah terlambat,maaf saya tidak yakin hidup adek akan bertahan lama lagi”
“saya permisi dulu dok”
Derasan air mata tak tertahan lagi, aku berlari pulang menuju kamar.Hidupku terasa tidak berarti lagi, semua mimpi-mimpiku telah sirna setelah ku tau penyakit yang ku derita. Mungkin ibu tidak perlu tau tentang ini, Aku tidak mau ibu bersedih karenaku. Ku ambil selembar kertas .
{ Ibu maafkan aku tidak memberi tau tentang penyakit yangku derita ini. Tadi saat ku ingin ke toilet kepalaku terasa sakit, aku langsung menemui dokter. Ternyata akibat benturan pada kepala, hidupku tak lama lagi. Mungkin saat ibu membaca surat ini aku sudah pergi menemui ayah. Ibu dan kak Miko jaga diri kalian ya…Maaf }.
Kepalaku masih terasa sakit aku langsung menuju rumah sakit menemui dokter.
“Dokter, apa jantungku bisa di donorkan ke sahabat saya, tapi dokter jangan bilang ke siapa- siapa kalau saya pendonornya. Nanti kalau sudah selesai operasinya dokter boleh bilang bahwa saya yang mendonorkannya”menangis
“Saya sudah tidak kuat lagi menahan sakit kepala saya,sebelumnya terima kasih dokter”
Di ruang operasi terakhir kalinya aku melihat Pita yang terbaring kritis. Rasa takut dalam diriku tidak dapat terhentikan( tak karuan).
“HIDUPKU” kata terakhir yang aku ucapkan
Proses operasi berjalan dengan lancar tidak ada sedikitpun halangannya. Namun aku tak akan bisa menemui mereka lagi. Setelah proses operasi Pita di pindahkan ke ruang rawat.
1 jam kemudian Pita sadar mencari aku yang tidak ada di sampingnya. Ibu hanya menangis tidak bisa terhenti.
“Bu di mana Hanaya” tanyanya dengan nada yang masih lemas
“ Dalam diri Pita terdapat Hanaya” jawab ibu yang menahan tangisanya
“Hanaya mendonorkan jantungnya untuk Pita” Pita tak dapat menahan tangisannya
Hanaya kau hidupku, terima kasih kau sudah menjadi sahabatku…….
Sumber: opri
Gambar: pinterest
Diubah oleh lianasari993 30-06-2020 11:57






makola dan 26 lainnya memberi reputasi
27
2K
16


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan