nanitrianiAvatar border
TS
nanitriani
Sehangat Dua Cangkir Kopi

Joe duduk di sebuah kafe yang letaknya berada di pinggiran kota. Dia memilih duduk di kursi dekat jendela sambil menatap beberapa kendaraan yang berlalu lalang. Hari masih pagi, cahaya mentari masih terasa hangat, kemacetan kota masih belum terlihat. Joe memejamkan mata dan menghirup aroma secangkir kopi yang digenggamnya. Secangkir kopi panas menemaninya, kopi pahit tanpa gula. Ketika dia membuka mata, tiba-tiba, dia menaruh cangkir kopi tersebut di atas meja yang ada di hadapannya. Sekarang, Joe memilih tidak berkedip. Ya, tatapannya terperangkap pada sosok wanita yang berjalan di depan kafe tempat dia menikmati paginya. Tanpa disangka, wanita itu membuka pintu kafe dan memasukinya. Wanita itu berjalan medekat ke arah Joe. Lalu, Dia tersenyum melihat Joe yang terus memandanginya. Mudah saja bagi Joe untuk menaruh kagum, hanya satu goresan senyum manis dari seorang gadis bisa membuat hatinya kegirangan.

“Bolehkah aku duduk di kursi ini?” Tanya wanita itu sambil menunjuk kursi yang berada di depan Joe.

Joe tidak menjawab pertanyaan wanita itu, dia malah memandanginya tanpa berkedip.

Wanita itu tersenyum, “mungkinkah… tidak boleh?”

Joe mengedipkan matanya beberapa kali, dia mencoba menyadarkan dirinya yang sedari tadi seperti orang kikuk. “Tentu saja, duduklah,” Joe akhirnya tersenyum, rona merah terkuras dari wajahnya, dia merasa sangat malu.

Seorang pelayan mengahampiri wanita itu, menanyakan pesanan yang diinginkan. Wanita itu memesan secangkir kopi panas dengan gula secukupnya.

Joe akhirnya memberanikan diri memulai percakapan, “Kau menyukai kopi dengan gula?”

“Ya, aku tidak suka kopi yang pahit,” jawab wanita itu
Lalu beberapa saat kemudian, sang pelayan mengantarkan secangkir kopi sesuai pesanannya.

“Kopimu masih utuh. Kau belum meminumnya?” Tanya wanita itu kepada Joe.

“Ya, belum sempat aku meminumnya, kau sudah menghampiriku dengan senyum manismu,” sekali lagi, Joe memandanginya, menyadari bahwa wanita yang duduk di depannya jauh lebih indah dibandingkan jalanan kota di pagi hari.

Wanita itu terdiam sejenak. “Mungkinkah aku merusak pagimu?” Tanyanya.

“Tidak. Aku menyukai kopi pahit, aku takut jika kopi ini terasa manis jika aku melihat dirimu,” Joe tersenyum dengan tatapan yang tak mau lepas dari sosok indah yang baru saja menghampirinya.

Sang wanita tidak dapat menjawab ucapan Joe. Wajahnya memerah, kali ini dia yang merasa tersipu malu dibuatnya.

Joe tersenyum lebar. “Oh ya, siapa namamu?” Tanya Joe.

“Namaku Melati,” jawabnya singkat sambil menunduk ke bawah, masih tersipu malu.

“Nama yang bagus. Tapi tidakkah kau ingin tahu namaku?” Tanya Joe sambil menyeringai.

“Oh kau benar. Siapa namamu?” wanita yang bernama Melati itu tersenyum, kali ini dia berani melihat wajah Joe.

“Namaku Joe,” ucap Joe singkat.

Dia tersenyum, “Aku suka namamu,” ucap Melati tanpa diikuti sebuah alasan.

“Terima kasih. Namun bolehkah kau menyukai seseorang yang bernama Joe ini?” Ucap Joe menggoda.

Suasana menjadi sangat canggung. Dua cangkir kopi yang belum diminum masih mengeluarkan asap tipis. Yang satu kopi pahit dan yang satu lagi manis. Mungkin sekarang, kopi panas itu telah menjadi hangat.

“Kau tidak perlu menjawabnya. Aku minta maaf,” Ucap Joe. Terbesit rasa kecewa di wajahnya.

“Tidak apa-apa, sungguh.” Jawab Melati.

Joe menatap wanita yang sedang tersipu di hadapannya. Di mata Joe, dia sangat cantik, secantik namanya, Melati.

Melati memanggil pelayan untuk membayar secangkir kopi yang dibelinya, lalu dia beranjak dari tempat duduknya.

“Kau hendak pergi?” Tanya Joe heran.

“Ya, aku ada janji dengan kekasihku,” jawab Melati dengan senyum tipis.

“Kau mempunyai kekasih?” Tanya Joe terkejut.

“Ya, aku mempunyai kekasih. Sekarang aku harus pergi sebelum aku menyukaimu,” jawab Melati dengan ekspresi tumpul.

“Kau menyukaiku?” Tanya Joe dengan mata yang membulat.

“Sebelum itu terjadi, aku harus pergi,” jawab Melati sambil bergegas.

“Tunggu, kau bahkan tidak menyentuh kopimu,” ucap Joe seolah mencegah Melati pergi.

“Aku tidak suka kopi yang sudah dingin.” Kali ini dia benar-benar bergegas pergi meninggalkan Joe.

Joe tidak bisa berkata apa-apa. Dia tidak menyangka atas kejadian yang baru saja dialaminya. Hanya butuh waktu beberapa menit hatinya telah terpaut kepada wanita itu, sang Melati yang mempunyai senyuman hangat. Dua cangkir kopi yang belum sempat diminum kini mulai dingin, sedingin akhir pertemuan yang dialami Joe pagi ini.

Joe terperanjat, dia melupakan sesuatu. Joe melupakan janji bersama Mei, kekasihnya. Mungkin sudah setengah jam berlalu Mei menunggu, duduk termenung di bangku taman, melihat sekeliling berharap matanya menangkap sosok Joe, sang kekasih yang ditunggunya.

Benar saja. Ketika Joe sampai di taman, dia melihat kekasihnya duduk termenung lalu memandang ke arah Joe. Mei tersenyum lebar, merasa lega karena kini sang kekasih yang ditunggunya akhirnya datang. Joe terdiam, menatap senyuman Mei yang sangat cantik. Joe merasa pilu, kini Joe melihat lengkungan senyum Melati di dalam senyuman Mei. Sebuah senyuman hangat, sehangat dua cangkir kopi yang masih mengeluarkan asap tipis di pagi ini.

~TAMAT~



Sumber Gambar
Diubah oleh nanitriani 06-02-2020 05:47
NadarNadz
nona212
sistany
sistany dan 24 lainnya memberi reputasi
21
3.1K
19
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan