Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat bermasalah mengenai kemacetan, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, dan lain sebagainya. Menurut Bank Dunia, seperti yang dilansir oleh banyak media cetak dan elektronik, kemacetan di Indonesia tidak hanya merugikan dari segi waktu tempuh yang semakin melar, namun juga mengakibatkan kerugian finansial sebesar 56 triliun rupiah dalam satu tahun. Kerugian tersebut diakibatkan oleh masifnya masyarakat yang hijrah dari daerah kecil menuju perkotaan besar sehingga menimbulkan penumpukan populasi di satu tempat dan beban perekonomian disana.

Foto: dapurtraffic.wordpress.com
Dengan berbagai macam dampak yang dapat diakibatkan oleh kemacetan, tak ayal topik ini selalu hangat dan seru untuk dibahas. Terlebih, para pihak terkait masih belum bisa untuk mengatasi kemacetan yang terjadi secara efektif dan efisien dari segi waktu dan sumber daya. Masih banyak hal yang harus dibenahi untuk menyelesaikan permasalahan tahunan ini. Untuk itu, pembahasan mengenai solusi dari masalah ini dirasa sangat diperlukan terutama dari segi teknis yang berperan langsung mengurai kemacetan. Untuk hal-hal non-teknis seperti kebijakan terkait, pada dasarnya merupakan keputusan lanjutan dari faktor-faktor teknis yang berperan sebagai resolusi kemacetan.
Berikut ini, beberapa analisis sederhana mengenai permasalahan-permasalahan penyebab kemacetan dan kemungkinan resolusi yang dapat diambil:
Quote:
1. Sistem Transportasi Massal yang Belum Terintegrasi
Di banyak negara maju di dunia, sistem transportasi yang terintegrasi satu sama lain merupakan salah satu tulang punggung penggerak kehidupan masyarakat. Banyak masyarakat dunia yang negaranya sudah memiliki sistem transportasi yang terintegrasi daya hidupnya meningkat akibat kemudahan dalam mobilisasi.

Foto: wikipedia.org
Di Indonesia sendiri, banyak sekali kota-kota yang belum memiliki sistem transportasi yang baik dan terintegrasi satu sama lain. Salah satu kota yang paling visioner mengenai masalah ini baru Jakarta dengan salah satu programnya yaitu Jak Lingko. Dengan adanya program tersebut, masyarakat menjadi dimudahkan dalam mobilisasi karena dapat menaiki banyak jenis transportasi dalam satu periode keberangkatan.
Namun, sistem ini masih belum merata ada di kota-kota lain. Sangat baik sekali apabila kita dapat menaiki kereta, kemudian melanjutkan dengan bus, lalu terakhir dengan angkot dalam satu kali bayar. Sistem seperti itulah yang kedepannya harus dikembangkan dengan lebih baik lagi.
Quote:
2. Sistem Pembayaran per Kilometer bagi Angkot
Tak dapat dipungkiri lagi bahwa terkadang, angkot yang mencari penumpang di sisi badan jalan cukup mengganggu dan menghambat arus lalu lintas. Bahkan tak jarang, angkot yang sedang mencari penumpang berhenti ketika lampu lalu lintas sudah menyala hijau.
Foto: wikipedia.org
Apabila angkot sudah terintegrasi dengan jenis transportasi massal yang lain kemudian dikenakan tarif per kilometer seperti sistem argo yang ada pada taksi, dapat sangat mungkin kemacetan berkurang akibat tidak adanya angkot yang berhenti di pinggir jalan untuk menunggu penumpang. Namun untuk sistem seperti ini, diperlukan kerjasama dengan pemerintah agar sistem pembayaran dapat ditangani dengan baik. Pemerintah mungkin dapat menerapkan aplikasi untuk mencatat jarak tempuh dari angkot yang bersangkutan kemudian memberikan bayaran berdasarkan jarak tersebut.
Quote:
3. Kurangnya Fokus dan Perhatian Ketika Berkendara
Dalam salah satu ilmu transport, reaksi normal orang Indonesia ketika berkendara adalah tiga detik, selisih satu detik jika dibandingkan reaksi orang luar yang ada di angka dua detik. Hal itu dapat dikatakan bahwa orang Indonesia memiliki rekasi yang lebih lambat dari orang luar negeri. Tak jarang, hal-hal sesederhana itu justru adalah penyebab utama kemacetan.
Foto: idntimes.com
Sering sekali ketika lampu lalu lintas menyala hijau, kita sebagai orang Indonesia terlambat bereaksi sehingga membuang beberapa detik yang penting untuk melewati satu lampu merah. Hal itu tampak simple, namun sebenarnya sangat berpengaruh khususnya pada reaksi berantai ke kendaraan di belakang. Banyak kendaraan yang mengantri justru malah gagal melewati lampu hijau karena keterlambatan reaksi dan lambatnya pengendara di depan untuk melaju.
Selain itu, fokus pengendara juga harus menjadi perhatian penting. Banyak sekali kejadian pengendara menghambat lalu lintas dibelakangnya karena berjalan tidak sesuai dengan kecematan yang semestinya walau jalanan di hadapannya kosong. Rata-rata mereka tidak memfokuskan sepenuhnya pikiran mereka pada jalanan sehingga justru melambat.
Penting sekali untuk kita dapat lebih mempelajari teknik-teknik dasar dalam mengemudi agar dapat mengurangi presentase kemacetan yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia.
Quote:
4. Kurangnya Pemahaman Mengenai RHK
Masih banyak yang belum mengetahui bahwa daerah bercat merah di bagian paling depan lampu merah adalah RHK (Ruang Henti Khusus) yang diperuntukan untuk pengendara motor. Kendaraan roda dua ditempatkan pada zona itu karena dapat bergerak lebih lincah dari pada mobil. Fungsi dari RHK sendiri adalah untuk mengurangi handicap sehingga dapat bereaksi lebih cepat ketika lampu sudah hijau.
Foto: moladin.com
Namun untuk saat ini, masih banyak yang belum paham akan hal itu. Sudah sepatutnya masyarakat lebih peduli lagi mengenai regulasi semacam itu agar kemacetan di jalanan dapat berkurang.
Quote:
5. Kurangnya Pemahaman Mengenai Regulasi
Setiap jalan yang ada di kota telah di kelompokan berdasarkan beberapa faktor. Berdasarkna fungsinya, jalan dapat dibagi menjadi empat golongan yaitu jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan. Jalan-jalan yang ada di pusat kota atau jalan-jalan protokol kota umumnya termasuk ke dalam jalan kolektor atau arteri. Dalam peraturan sendiri, jalan kolektor atau arteri merupakan jalan yang harus dilalui dengan kecepatan sedang-tinggi atau sekitar 40 km/jam - 60 km/jam. Oleh karena itu, Seharusnya pengendara yang melewati jalan ini tidak diperkenankan untuk pelan.
Foto: tribunnews.com
Lambatnya seseorang dalam melewati salah satu dari jalan kolektor atau jalan arteri tentu saja dapat menyebabkan kemacetan. Maka dari itu, pemahaman mengenai regulasi yang berlaku harus segera ditingkatkan.
Sumber:
https://www.liputan6.com/bisnis/read...jalanan-macet
https://id.wikipedia.org/wiki/Jak_Lingko
https://id.wikibooks.org/wiki/Penera...a/Kelas_Jalan
Pemikiran TS
Sumber Gambar:
Google Image