Hai, hai gansis, jumpa lagi dengan ane ninaahmad. Salam literasi dan salam sehat. Pernah ga sih kalian ngeransain hidup diperkotaan dan hidup dipedesaan. Bagi mereka yang pernah ngerasain tentunya bisa membandingkannya. Baik aktivitas orang dewasa maupun anak-anak tentu banyak hal yang berbeda antara mereka yang bermukim di perkotaan dan di pedesaan Gelak Tawa Anak Pedesaan. Tentunya keduanya memiliki hal positif dan negatif masing-masing tergantung dari sudut pandang siapa. Aktifitas orang-orang kota dan pedesaan pun sangat berbeda jauh.

Pedesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman pedesaan, pelayanan jasa, pemerintahan, pelayanan social, dan kegiatan ekonomi. Dengan kepadatan penduduk yang sangat jauh lebih rendah dari perkotaan. Pedesaan masih kental dengan nuansa kekeluargaan. Tentunya baik bermukin dipedesaan amaupun diperkotaan tentulah memiliki sisi positif dan negatifnya. Memasuki area pedesaan hal yang paling terasa adalah udara yang sejuk. Hamparan pepohonan yang menghijau kiri kanan memberi kesejukan tersendiri bagi para penduduk desa. Udara masih sangat jauh dari polusi, aktivitas penduduk yang lebih banyak mengandalkan tenaga manusia manjadi faktor utama bersihnya udara dipedesaan

Berikut aktivitas orang-orang pedesaan ala orang Bugis yang tidak akan kita temui diperkotaan, nah cus mari kita ulas satu per satu.

Membajak Sawah dengan menggunakan ternak sapi atau kerbau dalam istilah bugis disebut dengan Mareha. Mareka mengandalkan tenaga ternak sapi yang dikendalikan oleh pemiliknya. Alat didesain dan diikatkan pada 1 atau 2 ekor ternak dan ternak tersebut dipukul sehingga berjalan diatas sawah yang telah berlumpur. Hal itu diulang-ulang terus hingga sawah sudah layak untuk ditanami padi. Meski saat ini sudah banyak menggunakan traktor tetapi masih yang yang mempertahankan tradisi Mareha

Mencabut bibit bibit padi yang telah disemai sebelumnya yang dalam istilah Bugis disebut Mabbine. Aktivitas ini biasanya dilakukan oleh kaum perempuan, dan kaum laki-laki yang mengangkut hasil bibit yang telah dicabut untuk di bawa ke sawah yang telah siap ditanami. Aktivitas ini biasanya dilakukan oleh banyak orang dengan sistem gotong royong

Mengangkut bibit padi yang telah dicabut kelokasi persawahan yang telah siap ditanami atau dalam istilah orang bugis disebut dengan Mallempa' Bine. Mallempa' Bine dilakukan oleh kaum laki-laki dengan mengandalkan tenaganya. Bibit padi diikat kemudian diangkut menggunakan kayu panjang dengan terlebih dahulu menyeimbangkan berat antara bagian belakang dengan depan. Setelah itu diletakkan diatas bahu dan siap untuk diangkut ke sawah yang telah siap untuk ditanami.

Menanam padi atau dalam istilah bugis disebut Mattaneng. Mattaneng dilakukan oleh kaum laki-laki secara bergotong royong. Bibit padi yang telah diangkut tadi ditanam satu per satu atau biasanya 3 helai bibit per satu kali menanam karena akan tumbuh semakin banyak seiring dengan pertumbuh padi. Bibit bibit padi tersbut ditanam dengan terlebih dahulu membentangkan tali kecil agar jarak bibit akan sama dan lurus

Upaya memberantas hama adalah salah satu usaha yang dilakukan untuk mengurangi serangan hama pada padi dalam istilah bugis disebut Makkompa. Penyemprotan biasanya dilakukan setelah padi tumbuh setinggi paha orang dewasa

Memotong padi/panen padi atau dalam istilah Bugis disebut dengan Massangki. Aktivitas ini dilakukan oleh kaum perempuan dan kaum laki-laki mengangkut padi yang telah dipanen. Massangki ini mengandalkan tenaga manusia dan dikerjakan secara bergotong royong. Biasanya mereka akan hanya saling membantu saja atau diupah tergantung dari kesepakatan sebekumnya.

Memisahkan bulir-bulir padi dari tangkainya atau dalam istilah Bugis disebut dengan Ma'banting. Aktivitas ini dilakukan oleh kaum perempuan. Tetapi saat ini sudah banyak tergeser oleh tenaga mesin. Meski masih ada sebagian lecil masih memlertahankan tradisi ini.

Setelah lelah melakukan aktivitas dipersawahan dan matahari mulai meninggi saatnya untuk istirahat di pinggir sawah sambil menikmati bekal makan siang dalam istilah Bugis dikenal dengan Manre Esso Dihiling Galung. Semua pekerja akan beritirahat dan menikmati santapan siang, saat itu suasana pedesaan sangat terasa. Bekal akan terasa sangat nikmat karena disantap beramai-ramai.

Memisahkan butiran-butiran beras utuh dengan butiran beras kecil (menir) dalam istilah bugis disebut Mattafi Berre dengan menggunakan nyiru = Pattapi berre (Istilah bugis). Hasil pemisahan butiran beras utuh akam dimanfaatkan untuk konsumsi keluarga ataupun untuk dijual. Sedangkan pecahan beras kecil (menir) dimanfaatkan untuk makanan ayam. Aktifitas ini dilakukan oleh ornag tua perempuan. Pada umumnya gadis pedesaan tidak mahir pada aktifitas ini karena membutuhkan tehnik tertentu agar beras tidak tertumpah dari nyiru.

Menangkap ikan, belut dan memungut keong adalah aktifitas anak anak pedesaan dalam istilah bugis disebut Mattikeng Bale, Lenrong dan Bokkeng. Pada umumnya aktifitas ini digemari anak-anak. Menangkap ikan dan belut biasanya dilakukan setelah usai panen padi. Petani pada umumnya melepaskan benih ikan disawah setelah menanam benih padi dan menunggu panen ikan setelah selesai panen padi. Sedangkan untuk memungut/menangkap keong biasanya dilakukan setelah padi mulai tumbuh tinggi, biasanya dengan sendirinya keong-keong akan bertebaran dipinggir sawah.

Hasil tangkapan disimpan di bakul atau ember kecil yang telah disiapkan sebelumnya. Setelah merasa cukup anak anak akan pulang dengan berjalan diatas pematang sawah.

Mengangkut jerami kering setelah masa panen atau dalam istilah bugis disebut Mallaling Rame-Rame, biasanya menggunakan bantuan ternak. Jerami ini diangkut dan disimpan dalam lumbung, untuk persediaan pakan ternak sapi atau kerbau. Pada musim-musim tertentu pakan ternak akan langka sehingga menggunakan alternatif untuk menyimpan jerami sebagai antisipasi saat persediaan rumput segar berkurang.

Menjaga hewan ternak/Menggembala ternak dalam istilah bugis disebut Makkampi'. Makkampi' ini dimaksudkan agar ternak tidak masuk kedalam lahan petani lain. Aktifitas ini pada umumnya sangat disenangi oleh anak-anak pedesaan. Selain Makkampi' sering diselingi dengan permainan-permainan tradisional ala anak pedesaan.

Memandikan hewan ternak atau dalam istilah bugis disebut Cemme Tedong/Safi. Aktifitas ini pasa umumnya dilakukan oleh anak-anak setiap sore di saluran irigasi jika cukup luas atau sering dilakukan di sungai. Selain memandikan ternak anak-anak juga akan bermain dengan sesama penggemba lain sambil bermain air. Setelah selesai anak-anak akan berbondong-bondong pulang untu, memasukkan ternak ke kandangnya.

Memikul hasil kebun atau dalam istilah bugis disebut Mallempa' Hassele' Koko. Hasil kebun seperti pisang, nenas, manggis, petai, sayur-sayuran dan lain-lain. Umumnya setelah masa panen hasil panen akan dipikul untuk dibawa pulang kerumah baik untuk konsumsi keluarga maupun untuk dijual. Jika hasil melimpah terkadang petani menjual hasil kebun dengan mendatangkan langsung pembeli kekebun.

Bagaimana gansis, indah bukan aktifitas orang-orang pedesaan. Meski Zaman sekarang mulai tergeser dengan sentuhan tekhnologi namun sebagian orang tua kita masih bertahan dengan tradisinya