HitamkecutAvatar border
TS
Hitamkecut
Pembunuh Berantai Pantai Pasir Putih
Hallo semua 
Ini adalah pertama kalinya aku menulis cerita di kaskus
Jika ada kesalahan ketik, ataupun peletakan tanda baca yang salah mohon dimaklumi senior dan pembaca sekalian.

Selain itu aku belum terlalu paham soal beberapa fitur di kaskus ini seperti membuat List dsb. Mohon bimbingannya.

Oke selamat membaca!


Pembunuh Berantai Pantai Pasir Putih
Genre : Horror,Drama,Romance,Thriller


Note : Cerita ini hanyalah Karangan/Fiktif belaka

Chapter 1 - Rumah Tua

      Namaku Rei Mahendra, umurku 20 Tahun. Hobiku adalah membaca dan menulis. Aku kuliah di jurusan Sastra, terdengar membosankan tapi semua itu kulakukan untuk mengikuti jejak ayahku yang merupakan penulis novel terkenal. Kehidupanku terkesan mewah, karena keluarga kami bisa dibilang sangat kaya karena profesi Ayahku tadi. Selain itu, Ibuku berprofesi sebagai Dokter, meskipun hanya sebagai dokter umum. Ibuku sangat ingin aku menjadi Dokter Spesialis, namun karena ia melihat ketertarikanku hanya pada buku, Ia akhirnya membiarkan aku mengikuti kata hatiku untuk bisa seperti ayah. 



       Tapi sayangnya, Ayahku sudah meninggal 1 tahun lalu karena kanker stadium akhir. Ayahku adalah sosok yang sangat kukagumi, dimasa hidupnya dia selalu terlihat sangat elegan. Pendiam dan misterius, kedua kata itu selalu melekat dalam dirinya. Satu hal yang kuingat dari ayahku sebelum ia meninggal adalah saat ia berbaring di rumah sakit dan berkata padaku "Suatu cerita akan terasa lebih hidup jika kau pernah mengalaminya, carilah dan buat cerita mu dan bukukanlah itu dengan baik, sehingga saat melihatnya kau akan bangga". Sungguh kata-kata yang sangat elegan bukan?

       Kehidupanku di kampus juga terkesan sangat normal. Kampus terasa sangat menyenangkan karna ada sahabat karibku Renata,Dirga, dan Selly di Jurusan Tehknik Komputer, kami selalu melakukan hal konyol bersama. Kami ber-4 sudah teman sejak SMA, meskipun aku beda jurusan dengan mereka, tapi kebersamaan kami selalu terjaga.
Selain mereka ada juga temanku dari Klub Sastra yang juga sama konyolnya, yaitu Eben dan Jesika. Jesika adalah murid terbaik di kelas sastra, dan Eben adalah orang yang beruntung yang mendapatkan hatinya. Tingkah konyol membuat kami cepat akrab satu sama lain. Sejak semester 2, kami ber-6 sudah beberapa kali berpetualang bersama, Seperti mendaki gunung, Camping, Rekreasi bersama, banyaklah keseruan yang telah kami buat.   

Sore itu seperti biasa kami ngumpul-ngumpul di kantin Kampus saling bertukar pikiran satu sama lain,

Dirga : Eh Rei, dengar-dengar lu lagi nulis novel ya

Aku : Kepo, 

Renata : Novel tentang apa Rei? Tentang kamu sama Selly ya? Cieeeee 

(Mendengar hal itu, yang lain pun ikutan meledekku. Selly hanya bisa tersipu malu sambil senyum-senyum)

      Perlu kalian ketahui, Aku menyukai Selly sejak SMA, dan saat awal kuliah semester 1 aku memberanikan diri menyatakan cintaku padanya.  Kami mulai berpacaran sejak saat itu. 

Aku : Berisik ah, sabar aja tunggu jadi baru nanti lihat ya anak-anak
 
 Eben : (dengan logat bataknya) Ah perasaan kali kau, macam mau aja kau ngasi tunjuk karyamu. kau pun pemalu, takut kali kau dikritik


Jesika : Bener tuh, hahaha

Renata : Dari dulu itu mah, si Rei dari SMA kurang PD orangnya

Aku : Percaya diri ngga segampang yang kalian kira

Dirga : Lah,trus lo pas nembak Selly gimana?  hahahah

 Aku : itu kan lagi pas menggebu-gebunya bos gejolak cinta ini

(mendengar perkataanku itu,mereka semua tertawa terbahak-bahak. Hanya selly yang seperti tertawa kecil, tidak seperti dia yang biasanya. )


Dirga : Eh, liburan ini kita kemana yok?

Eben : (dengan logat bataknya) Ayok! Kalo bisa ke pantai dulu kita sekali sekali


Dirga : Eh, tumben mantap kali ide kau Batak!

Renata :  Boleh tuh, tapi kemana? kalo pantai disekitaran sini nggak deh, bosan. udah berapa kali aku kesana


Jesika :  Sama, kalo ada referensi 

(Disaat itu aku langsung teringat dengan Villa keluarga kami)


Aku : Ehh!!, bagaimana kalo ke villa keluarga kami aja? disnna ada pantainya mantap lah pokoknya!! tempatnya privat, emang agak terpencil gitu sih. Tapi suasana sepadanlah! Entar transport pake mobil ayahku gampanglah.

Dirga :  mantaplah kalo gitu, ga percuma ada anak orang kaya ( ledek Dirga sambil memalingkan muka) 


Aku : Anjirr


Dirga : Gimana? tempat udah ada, transport ada, Kalian mau nggak??

Eben : (Dengan logat bataknya ) kalo akunya okok ajanya, kau beb?

Jesika : Aku sih yes, hahaha 


Dirga : Renata? Selly?

Renata : Skuy lah !! Enak villa pribadi bisa suka suka hahahaha

Selly : (dengan sedikit memalingkan muka) iya boleh


Aku : Oke, kalo gitu minggu depan kumpul dirumahku ya. jangan lupa bawa perbekalan masing-masing, soalnya disana ga ada apa-apa. 

Semua :  Okeee!!!!!!!



............
..........
.......
....
..
.
(Satu minggu setelahnya)

       Sekitar jam 12 Siang kami persiapan dirumahku dan setelah semuanya siap kami pun berangkat menggunakan mobil ayah ke lokasi yang kumaksud. Untuk kesana Butuh 4 jam perjalanan, rencananya kami akan disana selama 2 hari. Hari itu sedikit mendung dan gerimis kecil, tapi tak menurunkan semangat kami untuk pergi. Sepanjang perjalanan kami bercanda tawa bersama, inilah enaknya punya teman yang kocak, kemana-mana pasti seru. 
 

       Oh iya, tempat yang kumaksud ini sebenarnya adalah tempat ayahku menyendiri untuk menulis Novel, Villa itu sudah ada sejak lama, dulunya dipakai untuk rekreasi keluarga. Tapi ayahku kemudian menjadikannya tempat untuk mendapat inspirasi dengan menyendiri. Aku sudah beberapa kali diajaknya kesana, katanya aku harus hapal tempat itu agar jika nanti aku bisa jadi penulis, aku bisa menggunakan tempat itu untuk mencari inspirasi dengan menyendiri sama seperti ayahku. Dari jalan sampai daerahnya aku pun sudah hafal semuanya.

       Hari semakin senja dan jalanan yang kami lewati pun perlahan sudah menuju pelosok. Rumah rumah semakin sedikit, dan aspal pun mulai digantikan dengan jalanan berpasir dan batuan. Gerimis berganti menjadi hujan kecil, untung saja ban mobil tidak selip. Sesekali keheningan sangat terasa di dalam mobil, tapi dirga dengan lawakannya berhasil memecah suasana.

       Sekitar jam 5 kami pun sampai di lokasi, Villa kecil dengan pemandangan laut berombak besar dan berkabut karna hujan pun terlihat. Saat itu hujan sudah lebat, kami buru buru masuk ke villa yang saat itu dalam kondisi gelap gulita.

Aku :  (sambil membawa jerigen berisi bensin dari bagasi belakang mobil) Bentar aku hidupin genset

Dirga : Yok kubantu ( Menarik genset keluar dari penyimpanan)


Renata : Hah? Pake genset?

Aku : (Sambil menuang bensin ke tanki Genset) Iya, soalnya listrik belum sampe kesini, bukan gimana-gimana sih. Tempatnya jauh sih dari pemukiman, jadi biaya instalasi listrik kemari mahal sekali.

Renata : Ohhh


Aku : (Menggalakkan genset dan mengganti tuas daya) Oke udah, hidupin aja lampuny semua. 

(Seketika ruangan pun menjadi terang. Tiba tiba suara jesika mengejutkan kami semua)

Jesika : aduhhh gimana inii.. sinyal kok nggak ada? 


Aku :  (sambil menepuk jidat) oh iya aku lupa bilang, disini sankin terpencilnya sinyal ga ada

Dirga:  yaelah bambang, baru bilang sekarang

Eben : Yah, ga bisa main Mobile legend ini

Aku : Sory sory

Renata :  yaudahlah, tempatnya lumayan enak kok. dibawa asik aja

Dirga : yah, apa mau dikata 

     Ruangan itu sngat berdebu sekali. Kami pun membersihkan terlebih dahulu ruangan yang ada. Villa ini memang hanya berukuran kecil. Hanya ada total 5 ruangan dilantai bawah, 1 ruang tamu,lalu diikuti 2 ruangan tidur beserta kamar mandi disetiap ruangnya, lalu dapur dan ruangan tempat genset tadi. Di lantai 2 ada 2 ruangan, 1 ruangan tidur dan 1 ruang kerja terbuka, disana banyak sekali buku-buku novelis terkenal koleksi ayah. Yang paling menarik ada buku bersampul kulit, yang mana itu semua adalah tulisan ayah. Tulisannya memang sangat mengagumkan dan sangat menarik.

      Setelah selesai bersih-bersih, Hujan diluar membuat suasana sangat dingin dan perut keroncongan. Akhirnya kami pun masak Mie instan karna tak mau repot dan lama. Setelah makan kami bersantai ria di ruang tamu. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 9, akhirnya kami memutuskan untuk membagi Ruangan tidur. Karna ruangan disini tidak banyak akhinya kami bagi menjadi 2, tim laki-laki dan tim perempuan di ruang bawah bersebelahan. Tempat tidurnya besar ukuran king size, cukup untuk 3 orang. Setelah mengganti Sprei dengan sprei yang kubawa dari rumah semua orang pun langsung rebahan, masih kudengar ketawa ketiwi anak anak tim perempuan disela sela suara hujan dari ruangan sebelah hingga akhirnya aku terlelap. Malam itu hujan sangat deras sekali, aku sempat terbangun. Tidak terdengar lagi suara apapun selain guyuran hujan. Aku pun kembali lagi tidur

       Keesokan harinya kami semua dikejutkan dengan suara teriakan wanita dari arah halaman luar. Aku,Eben dan Dirga buru-buru terbangun dan segera berlari keluar mendapati arah suara itu. Ternyata itu adalah Jesika dan Selly, mereka melihat sesuatu yang setelah kami lihat. Itu adalah pemandangan paling mengerikan yang pernah ada. 


(Bersambung...)




Chapter 2 : Ketegangan dan teror

cuplikan
...................
(Dirga berlari lari sambil tersengal sengal..

Dirga : Kalian ga bakal percaya!

....................
....................

 
Sampai jumpa di next Chapter!
 
Gimi96
NadarNadz
nona212
nona212 dan 18 lainnya memberi reputasi
17
5.2K
25
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan